Apa yang di percaya Katolik-Roma dan apa yang membedakannya dengan iman Kristen

Banyak orang berpikir bahwa Katolik-Roma dengan kristen[1] adalah sama, bahkan orang-orang kristen awam pun biasanya menganggap apa yang dipercaya oleh Katolik-Roma dengan kristen adalah sama. Mereka bisa beranggapan demikian karena beberapa hal, pertama adalah karena mereka tidak pernah menyelidiki apa sebenarnya yang dipercaya Katolik-Roma dan kedua adalah karena mereka tidak pernah mempelajari sejarah gereja mengenai terbentuknya Katolik-Roma dan perkembangan sesudahnya.

Namun jika kita menyelidiki apa yang sebenarnya dipercaya Katolik-Roma sungguh jauh berbeda dengan apa yang dipercaya oleh iman kristen, sehingga kalau kita mau jujur kita tidak dapat mengklasifikasikan mereka sebagai bagian dari tubuh Kristus.[2] Bahkan Leonard Ravenhill pernah mengatakan bahwa Roma-Katolik adalah “pemalsuan terbesar yang pernah dilakukan oleh Lucifer”[3] Leonard Ravenhill berkata demikian karena dia melihat betapa Katolik-Roma telah menipu begitu banyak orang sehingga mereka berakhir di dalam kegelapan abadi.

Di dalam tulisan ini penulis akan berusaha memaparkan apa yang dipercaya oleh Katolik-Roma kemudian memberikan respon atau tanggapan berdasarkan apa yang alkitab katakan. Di tulisan ini juga penulis juga mencoba menyajikan sejarah bagaimana terbentuknya Katolik-Roma, hal ini menurut penulis sangat penting untuk kita bisa mengerti bagaimana akhirnya Katolik-Roma bisa memiliki kepercayaan seperti saat sekarang ini. Kiranya makalah ini bermanfaat dan menjadi berkat bagi yang membacanya. Amin.

A.    Kapan gereja Katolik-Roma berdiri
Institusi gereja Katolik-Roma[4] sering kali mengklaim diri mereka adalah gereja yang sejati satu-satunya gereja pewaris yang sah dari para rasul. Dengan demikian mereka gereja Katolik-Roma sudah ada sejak para rasul. Namun apakah benar demikian kenyataannya? Kebenaran dari hal tersebut dapat kita ketahui dari beberapa pertanyaan berikut ini: 1) Apakah gereja mula-mula memiliki Paus? 2) Apakah doktrin Immaculate Conception of Mary? 3) Apakah gereja mula-mula mempercayai Infalibilitas Paus? 4) Apakah gereja mula-mula percay bahwa Maria adalah Ratu Sorga? Dari semua pertanyaan di atas gereja mula-mula akan secara tegas menjawab tidak kepada semua pertanyaan tersebut. Karena alkitab dengan jelas menginformasikan kepada kita bahwa tidak ada satu pun doktrin-doktrin tersebut ada di alkitab dan tidak juga di dalam sejarah gereja memberikan informasi bahwa bapa-bapa gereja mempercayai doktrin-doktrin demikian sebelum terbentuknya gereja Roma-Katolik.

Dari beberapa doktrin yang telah disebutkan di atas, Paus adalah doktrin pertama yang muncul dari keempat doktrin yang ada. Gereja Katolik-Roma berpendapat Petrus adalah Paus[5] pertama dalam gereja. Namun kita tidak mendapati kata Paus sepanjang perjanjian baru dan tidak juga muncul dalam sejarah gereja mula-mula. Hal ini dapat kita lihat dengan jelas dalam salah satu point dalam kanon no 6 Konsili Nicea pada tahun 325 yang secara jelas menyatakan bahwa Uskup yang satu tidak memiliki otoritas terhadap Uskup yang lain. Tidak ada seorang Paus yang memiliki otoritas atas semua gereja seperti Gereja Katolik Roma. “Biarlah kebiasaan-kebiasaan yang sudah dilakukan dari dulu di Mesir, Libya dan Pentapolis tetap berlaku, bahwa Uskup Alexandria memiliki kewenangan di dalam semuanya ini, karena hal Uskup Roma juga memiliki kewenangan ini. Seperti sebagaimana di Anthokia dan propinsi-propinsi yang lain, biarlah gereja-gereja menggunakan wewenang mereka.”[6]

Konsep institusi gereja Katolik-Roma yang memiliki Paus seperti sekarang belum muncul pada tahun 325, itu baru muncul berabad-abad kemudian. Banyak orang berpendapat bahwa jabatan Paus itu muncul sekitar abad ke enam, namun hal ini di sanggah sendiri oleh Joseph F. Kelly seorang apologist Katolik-Roma yang juga merupakan seorang professor sejarah. Dia berpendapat bahwa kata Paus tidak dikenakan oleh Bishop Roma sampai abad sembilan sebagaimana pernyataan sendiri di dalam bukunya The Concise Dictionary of Early Christianity berikut ini adalah pernyataannya: “Kata Paus tidak digunakan secara khusus oleh Uskup Roma sampai abad ke sembilan, dan sepertinya bahwa di dalam komunitas Katolik-Roma mula-mula lebih merupakan sekumpulan penilik jemaat daripada seorang Uskup yang memberikan kepemimpinan tunggal.”[7]

Dari pernyataan Joseph  F. Kelly tersebut kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Katolik-Roma baru muncul abad ke sembilan. Bapa gereja mula-mula seperti mula-mula seperti mereka yang hadir di dalam Konsili Nicea tahun 325 bukanlah Katolik-Roma seperti yang mereka klaim selama ini dan tidak juga bapa-bapa gereja yang mengkanonkan alkitab pada Konsili Khartago pada tahun 397. Dan teolog-teolog besar seperti Augustine dan Athanasius juga bukanlah seorang Katolik-Roma karena mereka hidup sebelum abad ke sembilan. 

Tidak lama setelah adanya jabatan Paus pada abad ke sembilan gereja mulai terpecah dimana gereja timur memisahkan diri dari Roma-Katolik pada tahun 1054 yang salah satu alasan utamanya adalah karena Paus mengubah sebuah kredo hanya karena berdasarkan otoritas yang dimilikinya. Dan gereja timur memprotesnya, karena menurut mereka Paus tidak memiliki hak untuk melakukan itu. Dan kenyataannya memang setelah Katolik-Roma dipimpin oleh Paus semenjak itu mulai banyak doktrin sesat yang muncul dari Katolik-Roma yang tidak berdasarkan alkitab. Adalah sesuatu yang logis bahwa satu doktrin sesat akan melahirkan doktrin sesat lainnya. Dan inilah yang terjadi dengan Katolik-Roma, dimana mereka melahirkan begitu banyak doktrin-doktrin sesat yang tidak sesuai alkitab setelah dipimpin oleh seorang Paus.

B.    Doktrin-doktrin Katolik-Roma yang bertentangan dengan alkitab

1.     Sumber kebenaran bukanlah hanya alkitab saja
Bagi Katolik-Roma sumber kebenaran bukanlah hanya alkitab, ada tambahan sumber kebenaran lain bagi mereka yaitu, Otoritas Paus, Magisterium dan tradisi (pengajaran yang memiliki otoritas di sepanjang sejarah gereja) dan Apokripa. Otoritas Paus sangatlah luar biasa dalam Katolik-Roma, karena Paus memiliki otoritas yang penuh, tertinggi dan universal atas seluruh gereja (CCC 882-883).[8] Magisterium berasal dari bahasa latin yang artinya adalah “guru.” Magisterium adalah sebuah istilah dalam teologi Katolik-Roma untuk wewenang mengajar gereja[9] yang dimiliki Paus kepala dewan para uskup yang memiliki infalibilitas (tidak dapat sesat) dalam masalah iman dan susila. Akibat dari hal ini magisterium memiliki wewenang tertinggi bagaimana menafsirkan alkitab. (CCC 889-891). Tradisi didalam pengajaran Katolik-Roma mempunyai kedudukan yang equal atau sejajar dengan kitab suci itu sendiri (CCC 77-86).  Apokripa menjadi bagian dari kitab suci di dalam Katolik-Roma (CCC 120, 138)

Tanggapan
Dari hal inilah mengapa akhirnya muncul banyak perbedaan doktrin antara Katolik-Roma dengan Injili. Karena sumber kebenaran bagi Katolik-Roma tidak hanya alkitab maka  Katolik-Roma memiliki otoritas atas alkitab itu sendiri. Bukan lagi alkitab yang mengatur manusia tapi manusia yang mengatur alkitab. Sangat berbeda dengan kaum Injili yang berpegang pada doktrin Sola Scriptura, dimana kebenaran hanya berdasarkan alkitab saja.

Otoritas seperti yang dimiliki Paus dan Magisterium tidaklah di ajarkan dalam alkitab. Para rasul meninggalkan tulisan mereka (perjanjian baru) sebagai ganti kedudukan mereka yang mempunyai otoritas untuk mengatur gereja; oleh karenanya alkitablah yang mempunyai otoritas terhadap manusia dan tidak seorang manusia pun juga yang mempunyai otoritas terhadap alkitab (1 Kor. 14:17; 2 Tim 1:13; 2 Pet 1:19). Manusia sehebat apapun tetap bisa salah, dalam alkitab sendiri di catat bahwa Petrus pernah salah sehingga di tegor oleh Paulus. Jika Petrus bisa salah bagaimana mungkin Paus Katolik-Roma tidak bisa salah? Sehingga ada beberapa Catholic Scholar yang mengakui bahwa beberapa Paus telah melakukan kesalahan bahkan sesat.[10] Salah dari mereka yang terkenal menentang infalibilitas Paus adalah Hans Kung.

Katolik-Roma percaya bahwa mereka harus berpegang pada tradisi yang tertulis maupun yang lisan (2 Tes. 2:15).[11] Tradisi lisan inilah yang bisa masuk dalam kategori tradisi yang sejajar dengan alkitab, seperti Infalibilitas Paus dan Maria yang dikandung tanpa dosa. Namun hal ini tidaklah di ajarkan dalam alkitab. Namun apakah yang dimaksud dengan kata tradisi dalam teks ini, tradisi ini adalah tradisi yang telah diajarkan kepada jemaat Tesalonika. Kemudian yang jadi pertanyaan lagi adalah apakah pewahyuan secara oral yang sejajar dengan alkitab masih setelah adanya kanon alkitab? Teks di dalam 2 Tesalonika 2:15 bahkan tidak memberikan indikasi sedikitpun adanya sebuah ide seperti itu. Dan adalah jelas bagi sejarahwan Protestan ataupun Katolik-Roma bahwa tidak ada dasar untuk mempercayai bahwa jemaat Tesalonika atau siapapun mempercayai hal yang demikian.[12]

Aprokipa bukanlah firman Allah dan seharusnya tidak menjadi bagian dari alkitab; Apokripa tidak dianggap sebagai tulisan yang diinspirasi Allah baik oleh orang-orang Yahudi abad pertama, para penulis perjanjian baru atau bahkan oleh gereja Katolik-Roma sendiri hingga pada tahun tahun 1546. Para sarjana Yahudi  pada sidang di Jamnia tahun 90M tidak menerima Apokripa sebagai kanon Yahudi yang di inspirasi Allah. Begitu juga dengan bapa-bapa gereja mula-mula abad pertama sampai ke empat mereka juga menolak kitab Apokripa. Mereka di antaranya adalah Origen, Cyril dari Yerusalem, Athanasius. Bahkan Jerome seorang sarjana alkitab yang paling terkemuka di zamannya yang menterjemahkan Alkitab Vulgate secara terang-terangan untuk tidak mengaplikasikan kitab Apokripa ke dalam doktrin.

2.     Berdoa kepada Maria dan kepada orang-orang kudus yang telah mati
Magisterium gereja Katolik-Roma menganjurkan umatnya untuk memohon dukungan doa dari Bunda Maria, dan belajar dari teladan Bunda Maria, untuk dapat bertumbuh secara rohani. Hal ini diajarkan oleh para Bapa Gereja, para orang kudus (Santo/ Santa), Bapa Paus, dan dalam dokumen Konsili Vatikan II. Bunda Maria, Bunda Allah dan Bunda Gereja, yang mendampingi Gereja awal dengan doa-doanya juga akan terus mendampingi Gereja sampai akhir zaman (CCC 2675-2682, 2675). Dan menurut Katolik-Roma adalah tidak salah untuk berdoa kepada orang-orang kudus yang telah mati karena menurut mereka Kitab Suci mengajarkan bahwa para kudus yang sudah meninggal itu tidak mati, melainkan tetap hidup. Sebab yang mati hanya tubuhnya, tetapi jiwa orang- orang kudus tersebut tetap hidup bersama Tuhan.

Tanggapan:
Kita hanya harus berdoa kepada Allah saja dan melalui Kristus saja sebagaimana yang dikatakan alkitab:Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus.” (1 Tim. 2:5); “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” (1 Pet. 2:9).

Di dalam alkitab, doa selalu dinaikkan kepada Allah dan merupakan bentuk ibadah. Dan doa-doa tersebut diterima dan dijawab oleh Tuhan, bukan oleh diterima dan dijawab oleh mereka diciptakan. Tidak ada satu teks pun di dalam alkitab yang menyatakan bahwa doa-doa orang percaya didengar selain oleh Tuhan. Juga, doa bukanlah hal yang sama seperti berbicara dengan seseorang tatap muka. Doa adalah permohonan rendah hati kepada Tuhan dan bukan untuk seorang teman yang ada di ruangan yang sama dengan anda atau di ujung telepon - atau di surga. Doa dinaikkan kepada Allah - tidak pernah kepada suatu makhluk. Untuk melakukannya adalah untuk seperti menaikkan penyembahan yang seharusnya hanya ditujukan kepada Allah. Hal ini dilakukan Yohanes yang akhirnya membuat Yohanes di tegor (Wah. 19:10)

Munculnya doktrin-doktrin seperti berdoa kepada Maria dan kepada orang-orang kudus adalah saat alkitab tidak lagi menjadi otoritas tetapi manusia yang menjadi otoritasnya. Saat kita bersandar pada alkitab yang menjadi otoritas kita tidak akan kesulitan untuk mengerti bahwa doa memang tidak boleh dinaikkan selain kepada Allah. Doa harus hanya dinaikkan kepada Allah melalui Kristus karena Kristus adalah pengantara kita yang esa yang melalui-Nya doa-doa kita di jawab. Gereja Katolik Roma perlu bertobat dari praktik palsu dan penyembahan berhala yang berdoa untuk orang-orang kudus yang telah mati.

3.     Pengulangan Pengorbanan Kristus di dalam Ekaristi
Gereja Katolik-Roma menganggap pengorbanan Krsitus terus berulang dan tidak selesai sekali di kayu salib, hal ini bisa lihat dalam Katekismus gereja Katolik-Roma “Apabila Gereja merayakan Ekaristi, ia mengenangkan Paska Kristus; Paska ini dihadirkan. Kurban yang dibawakan Kristus di salib satu kali untuk selama-lamanya, selalu tetap hadir/ tinggal berhasil guna “Setiap kali korban salib yang di dalamnya dipersembahkan Kristus, Anak Domba Paska, dirayakan di altar, terlaksanalah karya penebusan kita”….. Dalam Ekaristi, Kristus mengaruniakan tubuh ini, yang telah Ia serahkan di kayu salib untuk kita, dan darah ini, “yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa” ..Kurban Kristus dan kurban Ekaristi adalah satu kurban.. “ (CCC 1364-1367).

Tanggapan
Pengorbanan Kristus telah selesai satu kali dan selamanya di kayu salaib sebagaimana dikatakan alkitab: “Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.” (Yoh. 19:30) ; “Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah, dan sekarang Ia hanya menantikan saatnya, di mana musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan kaki-Nya.” (Ibr. 10:12-13); “Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita. Dan Ia bukan masuk untuk berulang-ulang mempersembahkan diri-Nya sendiri, sebagaimana Imam Besar setiap tahun masuk ke dalam tempat kudus dengan darah yang bukan darahnya sendiri Sebab jika demikian Ia harus berulang-ulang menderita sejak dunia ini dijadikan. Tetapi sekarang Ia hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh korban-Nya.” (Ibr. 9:24-26).

Adalah satu hal yang sangat berbahaya bagi iman Kristen jika pengorbanan Kristus terus menerus berulang, seakan-akan pengorbanan Kristus belum selesai. Efek dari doktrin seperti ini adalah tidak akan ada kepastian di dalam keselamatan yang telah diberikan Kristus bagi mereka yang percaya pada korban-Nya di kayu salib. Akibatnya adalah orang akan terus berusaha untuk mendapatkan keselamatan melalui usaha mereka dan bukan bersandar pada korban Kristus yang telah dianggap selesai sekali untuk selamanya oleh Allah Bapa. Sakramen-sakramen seperti Ekaristi ini bisa terlihat seperti sesuatu yang religius dan ada pesona-pesona “rohani” yang mungkin kelihatannya menarik, namun hal ini sebenarnya adalah penipuan yang luar biasa. Karena orang-orang akan tidak dapat melihat pijakan iman yang dapat menyelamatkan mereka.

Loraine Boettner seorang teolog Reformed di dalam bukunya Roman Catholicism pernah mengutip sebuah buku yang di tulis oleh Katolik-Roma yang isinya begitu mengerikan “Tanpa imam, kematian dan penderitaan Tuhan kita akan tidak ada gunanya bagi kita. Lihatlah kuasa dari imam! Dengan satu kata dari bibirnya ia mengubah sepotong roti menjadi Allah! Suatu fakta yang lebih besar dari pada penciptaan suatu dunia. Jika aku bertemu dengan seorang imam dan seorang malaikat, maka aku akan memberi hormat kepada imam sebelum aku memberi hormat kepada malaikat. Imam memegang tempat Allah.”[13] Dengan perkataan seorang imam Katolik-Roma pengorbanan Kristus dapat diulang lagi, demikian apa yang dapat kita simpulkan dari pernyataan diatas. Ini adalah sebuah penyesatan yang luar biasa di dalam ekaristi. Bukan hanya pengorbanan Kristus belum selesai dan dapat di ulang tapi pengorbanan Kristus dapat terjadi lagi di dalam sakramen ekaristi oleh perkataan seorang imam Katolik-Roma. Tidaklah mengherankan dengan doktrin seperti ini kalau agama Katolik-Roma memperbudak orang mendapatkan keselamatan dan memberikan penghargaan yang sangat berlebihan kepada mereka yang di anggap imam, sehingga imam dapat menakut-nakuti jemaat mengenai keselamatan sebagaimana yang telah terjadi di zaman Martin Luther

4.     Maria sebagai Co-Mediatrix (pengantara bersama)

Katolik-Roma percaya bahwa Kristus membutuhkan seorang mitra untuk menjadi pengantara bagi manusia, Kristus bukan satu-satunya pengantara. “Ia (Maria) secara sungguh istimewa bekerja sama dengan karya Juru Selamat, dengan ketaatannya, iman, pengharapan, serta cinta kasihnya yang berkobar, untuk membaharui hidup adikodrati jiwa-jiwa. Oleh karena itu  dalam tata rahmat ia menjadi Bunda kita”  Adapun dalam tata rahmat itu peran Maria sebagai Bundat tiada hentinya terus berlangsung, sejak persetujuan yang dengan setia diberikannya pada saat Warta Gembira, dan yang tanpa ragu-ragu dipertahankannya di bawah salib, hingga penyempurnaan kekal semua para terpilih. Sebab sesudah diangkat ke surga, ia tidak meninggalkan peran yang membawa keselamatan itu, melainkan dengan aneka perantaraannya ia terus-menerus memperolehkan bagi kita karunia-karunia yang menghantar kepada keselamatan kekal… Oleh karena itu di dalam Gereja santa Perawan disapa dengan gelar: pengacara, pembantu, penolong, dan perantara” (CCC 968-969).

Tanggapan:
Keselamatan kita dapatkan hanya oleh karena karya Kristus sendiri, dan perjanjian baru penuh dengan pujian kepada Kristus saja, tidak Maria, untuk keselamatan kita (1 Tim. 2: 5; Yoh. 14: 6; Kis. 4:12). Di Filipi 2: 8-11 dikatakan “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!” Kalau melihat teks ini tidak ada satupun peran Maria di dalam menyelamatkan manusia. Semua karya Kristus oleh karenanya pujian Paulus hanya di tujukan bagi Kristus saja dan tidak di tujukan bagi Maria. Kalau kita hanya baca alkitab saja kita tidak pernah terpikir sedikitpun untuk berpikir bahwa Kristus bekerjasama dengan Maria untuk menyelamatkan manusia dari dosa.

Adalah hal yang jelas bahwa doktrin Maria sebagai Co-Mediatrix  tidak berasal  Alkitab, dan juga tidak berasal dari sejarah. Doktrin in muncul dengan jalan yang sama dengan dogma-dogma tentang Maria lainnya telah mengikuti sebelumnya: Ketika pertama muncul, itu dianggap ekstrim, bahkan sesat. Tapi berjalannya waktu doktrin ini mulai diterima sampai, baru-baru ini pada tahun 1950, Gereja Roma telah bersedia menggunakan "karisma infalibilitas" untuk memasukkan doktrin tersebut kedalam iman Kristen, dogma yang tidak diketahui Pendiri dan para rasul-Nya.[14]

Saat orang kristen sejati membaca statement tentang Maria yang memberikan anugerah atau “berpartisipasi” dalam karya penebusan Kristus, di dalam diri orang kristen sejati pasti akan timbul perasaan bahwa ada sesuatu yang salah dengan statement tersebut. Seseorang yang telah ditebus akan tahu siapa yang menebusnya, hanya satu orang dan tanpa perantara yaitu Kristus Yesus sendiri. Yesus mengatakan domba-domba mengikuti-Nya, karena mereka mengenal suara-Nya dan orang asing yang tidak mereka kenal mereka akan lari daripadanya. Begitu juga dengan Maria versi Katolik-Roma, orang-orang kristen sejati tidak akan mendengarkan suaranya dalam level apapun, karena Maria Co-Mediatrix bukanlah Maria yang ada di dalam alkitab yang mana domba-domba Kristus sejati tidak akan mendengarkannya. Iman kristen yang sejati tidak dapat menambahkan pengantara lagi seperti Maria, atau jalan keselamatan yang lainnya. Hanya Kristus atau tidak sama sekali.

5.     Pembenaran bukan hanya melalui iman saja
Menurut Katolik-Roma pembenaran bukan hanya melalui iman saja, tetapi iman juga digunakan sarana kasih karunia untuk menghasilkan kemurnian moral dalam diri kita, dan tidak selesai dalam kehidupan ini. “Pembenaran bukan hanya pengampunan dosa, tetapi juga pengudusan dan pembaharuan dari manusia batiniah.” (CCC 1989).

Tanggapan:
Menurut alkitab pembenaran hanyalah karena iman saja dan ini adalah jantungnya injil. “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” (Efe. 2:8-9); “Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorangpun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat.”(Gal. 2:16).

Pandangan Katolik-Roma tentang pembenaran hampir tidak ada bedanya secara natur dengan agama-agama lain di dunia ini yang berusaha untuk bisa menjadi benar atau bisa masuk sorga baik melalui perbuatan baik maupun ritual-ritual, tapi alkitab mengatakan manusia hanya dibenarkan oleh iman bukan oleh perbuatan-perbuatan baik, atau bahkan melalui usaha pengudusan yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Alkitab hanya mengatakan bahwa manusia dibenarkan oleh iman tidak ada oleh yang lain apapun itu namanya. Mungkin orang Katolik-Roma akan mengutip Yakobus tentang dibenarkan oleh perbuatan, namun Yakobus dalam surat yang di tulisnya sama sekali tidak mempertentangkan antara iman dan perbuatan. Yakobus di suratnya seperti mengingatkan bahwa orang yang telah dibenarkan akan memiliki perbuatan yang  baik yang menunjukkan kalau dia memang beriman.

Untuk dibenarkan selain hanya oleh iman akan membuat manusia tinggal dalam kegelapan yang paling suram, mereka akan berusaha berbuat baik dan saleh untuk membenarkan diri mereka sendiri dan hal inilah yang terjadi pada Martin Luther sebelum dia menemukan kemerdekaan dalam Kristus. Sampai Martin Luther berkata “kalau ada seorang imam yang bisa masuk sorga karena kehidupannya sebagai seorang imam, orang itu adalah saya.” Dia mengatakan demikian karena dia sudah berusaha-usah sungguh untuk menjalani kehidupan kristen yang baik, berpuasa sampai mengaku dosa berjam-jam lamanya. Namun dia tetap belum merasa dibenarkan. Sampai suatu hari dia mengalami bahwa memang benar dibenarkan itu hanya melalui iman "Siang dan malam saya merenungkan sampai saya dapat melihat hubungan antara keadilan Allah dan pernyataan bahwa 'orang benar akan hidup oleh iman'. Kemudian saya menangkap bahwa keadilan Allah adalah kebenaran, yang dengannya, melalui anugerah dan rahmat, Allah membenarkan kita melalui iman. Di sana saya merasa diri saya dilahirkan kembali dan mengalami pintu firdaus terbuka. Keseluruhan Alkitab diberikan dalam kasih yang lebih besar. Nas Paulus ini bagi saya menjadi satu pintu gerbang ke surga ...."[15]

Yang sangat sulit di sadari manusia adalah tidak ada sesuatu yang baik dalam diri manusia karena mereka semua telah berdosa, Yesaya bahkan mengatakan kesalehan kita pun seperti kain kotor. Kebanyakan banyak orang merasa dirinya baik karena mereka membandingkan diri mereka dengan sebuah masyarakat yang bobrok moralnya bukan membandingkan hidup mereka dengan Yesus Kristus. Standar Allah adalah Yesus Kristus. Allah hanya menerima mereka yang benar, taat dan kudus seperti Putra-Nya. Dan Allah melalui kasih karunia-Nya Allah menganggap benar semua manusia yang beriman kepada Putra-Nya.

6.     Kelahiran kembali (Regenerasi) melalui sakramen baptisan air

Pendapat gereja Katolik-Roma kelahiran kembali terjadi hanya melalui sakramen baptisan. “Pencelupan ke dalam air adalah lambang kematian dan pembersihan, tetapi juga kelahiran kembali dan pembaharuan. Jadi, kedua akibat pokok adalah pembersihan dari dosa dan kelahiran kembali dalam Roh Kudus.” (CCC 262).

Tanggapan:
Sakramen baptisan adalah simbol luar yang tidak menyelamatkan siapapun (Efe 2:8 9; Gal 2:16; 4:10-11; 5:2-4, 11).  Dan memang tidak ada satu teks pun di alkitab yang mendukung kalau seseorang menerima sakramen baptisan dia langsung mengalami regenerasi. Lagipula kalau sakramen baptisan membuat seseorang mengalami kelahiran kembali yang artinya didiami Roh Kudus, harusnya Hitler juga mengalami regenerasi karena Hitler dibaptis secara Katolik-Roma. Tapi apakah ada yang percaya seseorang yang telah mengalami regenerasi dan memiliki Roh Kudus bisa membunuh jutaan orang? Belum lagi para imam-iman Katolik yang pedhopile atau “piranha priest” istilahnya David Ravenhill,[16] dimana para iman ini  mensodomi anak-anak, sampai Vatikan membayar ganti rugi puluhan juta dollar kepada korban-korbannya.[17] Apakah ada percaya kalau mereka ini telah mengalami regenerasi?

Efek regenerasi pada seseorang pasti menimbulkan suatu perubahan yang signifikan pada sikap atau gaya hidup seseorang. Walaupun efek regenerasi ini mungkin tidak langsung terlihat pada orang yang mengalami regenerasi. Tapi saat seseorang merasa mengalami regenerasi tapi tidak perubahan sifat atau gaya hidupnya dalam jangka waktu tahunan, regenerasinya patutlah di pertanyakan. Regenerasi itu tidak memberikan agama yang baru kepada kita tapi sebuah kehidupan yang baru dimana kita bisa menyesuaikan diri untuk hidup sesuai dengan kebenaran Allah. Penyesuaian diri kepada Allah ini adalah suatu proses dan tidaklah sempurna, tapi jelas ada perubahan yang cukup signifikan dalam gaya hidup atau perubahan sifat dari seseorang yang telah mengalami regenerasi. John Calvin mengatakan tujuan dari regenerasi ialah supaya dalam kehidupan orang-orang percaya ternyata ada keselarasan dan kesesuaian antara kebenaran Allah dengan ketaatan mereka. [18]Dari pendapat Calvin ini jelas bahwa efek regenerasi itu bagi dia akan tampak dalam sikap dan gaya hidup seseorang yang telah mengalami regenerasi. Begitu juga pendapat C.H Spurgeon yang mengatakan jika “regenerasi mendatangkan perubahan dalam seluruh sifat manusia, dan sejauh yang dapat kita nilai, esensinya ada dalam tertanam dan terciptanya sebuah prinsip baru dalam diri seseorang.” ”Regenerasi yang sejati juga menimbulkan kebencian terhadap semua kejahatan…harus ada keselarasan antara kehidupan dan keyakinan.”[19]

Wayne Grudem memberikan definisi Regenerasi adalah “sebagai sebuah tindakan rahasia Allah yang mana Dia mengimpartasikan kehidupan rohani yang baru kepada kita.”[20] Regenerasi adalah tindakan aktif Allah sepenuhnya. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa regenerasi adalah murni karya Allah semata-mata, Allah dengan tindakan yang aktif membuat regenerasi terjadi untuk menghidupkan kehidupan rohani seseorang yang telah mati, disini keterlibatan manusia adalah sama sekali pasif karena manusia sudah mati dalam dosa dan tidak bisa merespon atau beriman kepada Allah.

7.     Kesimpulan

Dari apa yang telah dipaparkan diatas mengenai apa yang dipercaya Katolik-Roma adalah sangat jelas sekali bahwa Katolik-Roma walaupun banyak orang menganggapnya sama dengan kristen Protestan atau kristen Injil namun kenyataannya sangat berbeda dan bertolak belakang. Bahkan kalau orang Injili jujur harusnya mereka menganggap Katolik-Roma adalah sebuah bidat, karena apa yang di ajarkan Katolik-Roma sangat menyimpang dari alkitab. Di sini orang-orang Injili harusnya memiliki keberanian seperti yang dimiliki Leonard Ravenhill yang tidak takut sama sekali untuk mengatakan kebenaran. Walaupun hal itu akan membuatnya tidak populer dan menimbulkan banyak pertentangan.

Saat kita melihat betapa jauhnya Katolik-Roma menyimpang dari alkitab misalnya seperti doktrin tentang Maria sebagai Co-Mediatrix, pertanyaannya adalah “apakah tidak ada doktrin lagi yang bisa dibuat institusi Katolik-Roma tentang Maria jika mereka mau? Secara teori mereka bisa buat doktrin apapun dikarenakan mereka menafsirkan pengajarannya sendiri, mereka selalu bisa membuat ruang untuk doktrin apapun sebagaimana yang mereka mau karena mereka memiliki otoritas terhadap alkitab maupun tradisi, sehingga mereka bisa menafsirkan apapun yang mereka mau.

Disinilah pentingnya sola scriptura, karena saat kebenaran tidak hanya berdasarkan alkitab saja maka “kebenaran-kebenaran” yang bukan kebenaran akan mulai muncul, karena tidak ada batasan atau ukuran yang tetap dan pasti untuk mengukur sebuah doktrin benar atau salah. Saat yang mempunyai otoritas untuk menentukan kebenaran adalah manusia munculah doktrin-doktrin yang sesat. Dan satu kesesatan akan selalu melahirkan kesesatan yang lain, dan inilah yang terjadi pada institusi gereja Katolik-Roma. Dimulai dari timbulnya jabatan Paus yang diikuti dengan berbagai macam doktrin yang tidak pernah ada di alkitab dan tidak pernah dipercaya bapa-bapa gereja mula-mula.




[1] Dalam hal ini kristen yang dimaksud tentu saja adalah kristen Protestan atau kristen Injili. Dalam kalangan Injili sendiri mungkin banyak hal yang minor yang bertentangan di antara mereka, namun tidak dalam hal-hal yang major
[2] Walaupun tidak menutup kemungkinan adanya orang-orang di gereja Katolik-Roma yang mengalami kelahiran baru.
[3] Leonard Ravenhill, Why Revival Tarries, (Ravenhill Books),  27
Di dalam buku yang kata pengantarnya di tulis oleh A.W Tozer ini Leonard Ravenhill sangat keras menyerang Katolik Roma. Mungkin karena terlalu keras sehingga terjemahan buku ini dalam bahasa Indonesia mengganti kata Katolik-Roma menjadi agama palsu.
[4] Adalah perlu untuk menegaskan bahwa Katolik dengan Katolik-Roma adalah dua hal berbeda. Setiap orang kristen adalah merupakan bagian dari gereja Katolik yang merupakan gereja yang kudus dan am, dan ini sesuai dengan pengakuan iman Rasuli. Namun Katolik di dalam pengakuan iman Rasuli berbeda dengan institusi Katolik-Roma yang dibahas dalam tulisan ini
[5]  Kata Paus sendiri berasal dari bahasaYunani  yaitu πάππας yang berarti "ayah" atau "bapa, namun pengertian Paus dalam gereja Katolik Roma adalah kepala gereja yang memiliki otoritas dari semua gereja.
[6] First Council of Nicæa (A.D. 325)
[7] Joseph F. Kelly , The Concise Dictionary of Early Christianity (The Liturgical Press, 1992)
[8] CCC adalah singkatan dari Catechism of the Catholic Church
[9] Ian A. McFarland,  The Cambridge Dictionary Of Christian Theology, (Cambridge: Cambridge University Press, 2011), 295
[10] Norman L. Geisler, Baker encyclopedia of Christian apologetics, (Grand Rapids, MI: Baker Books, 1999),  Ebook edition
[11] LAI menerjemahkan kata παράδοσις dengan ajaran-ajaran, kata παράδοσις ini dalam hampir semua alkitab versi bahasa Inggris diterjemahkan dengan kata tradisi.
[12] James R. White, Scripture Alone, (Minnesota: Bethany House Publishers, 2004) Ebook edition
[13] Loraine Boettner, Roman Catholicism, (P & R Publishing, 1962), 51
[14] James White, Mary--"Another Redeemer?, (Minneapolis Minnesota: Bethany House Publishers, 1998), Ebook edition
[15] Wilhelm Pauck, Luther: Lectures on Romans, (Louisville Kentucky: Westminster John Knox Press, 1961), xxxvii
[16] David Ravenhill seperti ayahnya Leonard Ravenhill sangat keras menentang Katolik-Roma. Seperti di dalam puisi dan artikel yang dia tulis tentang Paus Yohanes Paulus II
David Ravenhill on Pope John Paul II

[17] Keuskupan Los Angeles Bayar Ganti Rugi 10 Juta Dollar untuk kasus pelecehan seksual anak-anak
https://en.wikipedia.org/wiki/Roger_Mahony#Sexual_abuse_cases
Mantan dubes Vatikan (Jozef Wesolowski) diduga melecehkan anak-anak
[18] Yohanes Calvin, Institutio, (Jakarta,: BPK, 2013), 147
[19] Charles H. Spurgeon, The Soul Winner, (Yogyakarta: Andi, 2010), 17- 23
[20] Wayne Grudem, Systematic Theology-An Introduction to Bible Doctrine, (Grand Rapids: Zondervan, 1994), Ebook edition


Comments

Anonymous said…
Sports Betting in 1xbet korean - Is 1xbet legal in korea
What is 1xbet? 1xbet is a virtual sportsbook with a range of sports and games 1xbet appli to bet on. In addition, it also offers a

Popular posts from this blog

Masih Adakah Pewahyuan Sekarang Ini?

Sebuah Biografi Singkat Mengenai Kehidupan John Wesley

Pengertian Kelahiran Kembali (Regenerasi) dan Efek yang mengikutinya