Just Content To Be A Son

“On Generosity On our own, we conclude: there is not enough to go around we are going to run short of money of love of grades of publications of sex of beer of members of years of life we should seize the day seize our goods seize our neighbours goods because there is not enough to go around and in the midst of our perceived deficit you come you come giving bread in the wilderness you come giving children at the 11th hour you come giving homes to exiles you come giving futures to the shut down you come giving easter joy to the dead you come – fleshed in Jesus. and we watch while the blind receive their sight the lame walk the lepers are cleansed the deaf hear the dead are raised the poor dance and sing we watch and we take food we did not grow and life we did not invent and future that is gift and gift and gift and families and neighbours who sustain us when we did not deserve it. It dawns on us

  “Mendambakan hal-hal lain” – itulah musuh. Dan satu-satunya senjata yang akan menang melawannya adalah sebuah rasa lapar akan Allah.   Kurangnya rasa lapar akan Allah adalah bukan karena Dia tidak baik, tapi karena kita terus mengisi diri kita dengan “hal-hal lain”. Mungkin saat kita menyangkal rasa lapar perut kita terhadap makanan hal itu mungkin mengekspresikan atau bahkan meningkatkan rasa lapar kita akan Allah.  Apa yang dipertaruhkan di sini bukan hanya kebaikan jiwa kita, tetapi juga kemuliaan Allah. Allah paling dimuliakan di dalam kita, saat kita paling dipuaskan di dalam Dia. Perjuangan iman adalah sebuah perjuangan untuk berpesta atas siapa Allah bagi kita di dalam Kristus. Apa yang membuat kita paling lapar itulah yang kita sembah. …Oleh karenanya, saat saya mengatakan akar dari puasa kristen adalah sebuah rasa lapar yang merindukan Allah, yang saya maksud adalah bahwa kita akan melakukan apapun dan pergi tanpa apapun, dengan cara apapun agar kita bisa melindungi