Covid-19 dan Eskatologi

Terlepas dari setuju atau tidak dengan penafsiran yang mengaitkan Covid dengan eskatologi (hal-hal yang berhubungan dengan akhir),  pesan eskatologi memang memberikan kita harapan bagi kita hidup dizaman seperti ini sebagaimana dikatakan Michael Kruger.

"Eskatologi bukanlah sebuah topik khusus untuk para teolog atau pakar alkitab, eskatologi adalah topik untuk setiap orang kristen dan karena itu juga bagi setiap orang. Kita semua hidup disebuah dunia yang gelap, dan tidak ada pesan yang lebih relevan bagi mereka yang hidup di sebuah dunia yang gelap daripada sebuah pesan bahwa suatu hari dunia akan berubah."

Eskatologi tidak hanya berbicara tentang kedatangan Tuhan, kehancuran apokaliptik (eskatologi umum) tapi juga tentang kematian (eskatologi pribadi). Dengan demikian setiap orang pada akhirnya akan mengalami realitas eskatologis, apakah saat ini mereka mempertimbangkannya atau tidak, mereka akan tetap mengalaminya karena realitas eskatologis adalah hal yang tidak terhindarkan.

Namun demikian banyak orang takut untuk hidup dalam realitas eskatologis. Ketakutan untuk hal-hal yang tidak terhindarkan bagi Tertulian adalah sebuah pemikiran yang menyedihkan. Mengapa harus takut berpikir tentang kematian, kedatangan Tuhan jika hal itu memang pasti akan terjadi. Seharusnya hal itu membangkitkan pengharapan kita. Namun yang jadi masalah sekarang apa yang merupakan pengharapan (kebangkitan melalui kematian, kedatangan Tuhan) bagi para rasul  bagi sebagian orang kristen bukanlah pengharapan tapi tragedi.

Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa pengharapan eskatologis, sesuatu yang sangat fundamental bagi iman kristen bisa berubah menjadi sebuah tragedi, hal ini menurut saya karena sebagian orang kristen masih hidup dalam ilusi. Mereka belum minum "pil merah" seperti di film Matrix yang akan membuat mereka hidup dalam realitas sekarang ini. Hidupnya masih mabuk dalam ilusi.

Jika seseorang hidup dalam realitas eskatologis, hal-hal seperti kematian yang mendekat dan kedatangan Tuhan yang kedua kali, akan membuat mata mereka semakin berbinar.

Analogi sederhananya mungkin seperti ini. Semua orang kristen tentu akan setuju jika sorga adalah tujuan akhir perjalanan kita. Maka kita umpakan saja tujuan akhir (sorga) itu Bogor. Kita melakukan perjalanan naik kereta dari Depok menuju Bogor. Logikanya semakin kita dekat ke tujuan kita semakin senang, Ketika kereta sampai di Citayem kita  senang, sampai di Bojong kita tambah senang, melewati Cilebut kesenangan kita semakin memuncak karena setelah itu Bogor. Teorinya seperti itu. Tapi bagi sebagian orang kristen ketika mereka sudah sampai di Cilebut mereka ngin turun lalu mau balik arah sampai ke stasiun kota. Sesuatu yang tidak konsisten antara doktrin dan tindakan.

Ada sebuah cerita lagi dari teman yang cukup lucu, menurut dia ada seorang pendeta berkhotbah "sorga itu nyata" tapi pendeta ini sendiri takut mati. Menawarkan kepada orang lain yang dia sendiri tidak inginkan. Cukup aneh ya, dan ini sama anehnya juga dengan orang yang memberitakan injil tapi dia sendiri tidak yakin selamat.

Ketika pengharapan eskatologis menjadi realitas dalam kehidupan kristen, hal itu akan memberikan dampak yang sangat luar biasa bagi gereja ataupun orang yang tidak percaya. Namun ketika pengharapan eskatologis itu cuma ilusi, gereja akan mengalami degradasi dan bahan tertawaan bagi dunia ini.

Comments

Popular posts from this blog

Masih Adakah Pewahyuan Sekarang Ini?

Sebuah Biografi Singkat Mengenai Kehidupan John Wesley

Pengertian Kelahiran Kembali (Regenerasi) dan Efek yang mengikutinya