Gordon Fee seorang professor Pentakosta

Di anggap sebagai sarjana alkitab pertama dari gerakan Pentakosta modern, Gordon Fee telah menghabiskan 40 tahun untuk membuktikan bahwa Roh Kudus dan kesarjanaan biblika dapat hidup berdampingan dengan damai

Gordon Fee mengetahui bagaimana rasanya menjadi seorang lone ranger. Di anggap sebagai sarjana alkitab pertama dari gerakan Pentakosta modern, Fee adalah seseorang yang tidak konvensional Selama 40 tahun dia telah berjuang dalam sebuah peperangan yang berat di kalangan orang Pentakosta, sebuah gerakan yang secara tradisi biasanya mewaspadai usaha-usaha teologis dan yang lebih kuat menekankan pengalaman-pengalaman rohani.
.
Ketika berhadapan dengan sebuah topik yang sering menimbulkan perdebatan seperti peranan wanita di dalam gereja, berbahasa lidah dan teologi kemakmuran dia berkata “saya sudah menerima dengan sabar banyak hal yang tidak masuk akal”

Namun pengetahuannya yang dalam terhadap pengajaran Paulus telah mempengaruhi ribuan orang kristen. Dan tulisan-tulisannya telah membuka perjanjian baru bagi orang kristen dari berbagai background teologi

Sekarang di umurnya yang sudah lanjut, Fee melihat kembali sebuah kehidupan yang di dedikasikan untuk menyingkapkan kebenaran alkitabiah dan bersikeras bahwa ada ruang bagi Roh Kudus maupun kesarjanaan biblika di dalam tradisi Pentakosta abad 21.

Sebagai anak seorang pendeta Assemblies of God (GSJA di Indonesia), dia menggambarkan dirinya sebagai “seorang anak yang menyedihkan” yang meluapkan kemarahannya di lapangan basket. Sewaktu SMA, dia  menyerahkan kehidupannya ke dalam tangan Allah dan mengalami baptisan Roh kudus di sebuah ibadah camp Pentakosta.

“Saya begitu berubah sehingga orang-orang tidak tahu bagaimana menanganinya,” kenangnya.

Pada waktu berumur 20 tahun sewaktu dia menjadi mahasiswa di Seattle Pacific University, Fee mengkhotbahkan khotbah pertamanya. Setelah selesai kuliah dia ditahbiskan untuk mengikuti jejak ayahnya untuk menjadi seorang pendeta. Tapi setelah dia menerima tawaran untuk mengajar di Seattle University, Fee terpukau oleh sebuah dunia baru – arena manuskrip yang berbau tidak sedap dan studi kesarjanaan alkitab. “seolah-olah semua semuanya menjadi terang” dia mengenangnya.


Fee dan istrinya Maudine – yang berpikir kalau mereka akan pergi ke ladang misi – merasakan dorongan Roh Kudus ke arah yang berbeda. Maudine bekerja pada malam hari sehingga suaminya dapat meraih Ph.D. nya dan juga mengurus anak mereka. Memilah-milah manuskrip dengan tanpa henti membuat Fee berada dalam tekanan besar, tapi pada tahun 1966 dia menjadi seorang sarjana pertama kalangan Pentakosta yang meraih gelar doctor dalam studi biblika.


Selagi dia mengejar kesempatan untuk mengajar dan menulis, reputasinya sebagai pemikir independen dan sarjana Perjanjian Baru terus meningkat. Fee berkata banyak sarjana alkitab menulis buku untuk bisa sesuai dengan teologi mereka. Fee berusaha untuk menjunjung tinggi kitab suci tanpa prasangka latar belakang Pentakosta yang dia miliki, sebuah pendekatan yang di kenal sebagai eksegesis di dalam istilah kesarjanaan.


‘Saya tidak berpikir kalau diri saya sebagai sarjana Pentakosta, saya berpikir diri saya adalah seorang sarjana yang kebetulan menjadi seorang Pentakosta seumur hidupnya” demikian kata Fee.

Hirarki di denominasi gerejanya selalu berusaha mempertahankan dia, tapi tidak yakin bagaimana menangani seseorang dari kalangan mereka yang mengambil lompatan yang belum pernah terjadi sebelumnya di kalangan mereka yang masuk ke dunia sarjana biblika. Eksposisi Perjanjian Baru Gordon Fee, khususnya teks-teks alkitab yang sulit, telah membuat orang-orang di denominasinya menaikkan alis mata dan keengganannya untuk secara otomatis tunduk pada garis teologis yang telah di tetapkan denominasinya telah membuat beberapa menjadi frustrasi.
                         
Sekarang ini Fee adalah professor emeritus studi Perjanjian Baru di Regent College sebuah sekolah teologi interdenominasi di Vancouver. Keyakinannya untuk bertahan pada isu-isu teologis yang dia yakini telah menambah sebuah generasi baru para sarjana yang tetap memegang keyakinan Pentakosta dan Kharismatik.

Semenjak Fee telah menjadi pionir, ada orang-orang dari Pentakosta menjadi di kenal sebagai sarjana alkitab dan banyak mereka mengakui bahwa Fee sebagai inspirasi mereka. The Society for Pentecostal Studies di Cleveland adalah forum untuk lebih dari 600 sarjana Pentekosta dan kharismatik. Direkturnya David Roebuck mengatakan tentang Fee: "Studi biblikanya sangat berpengaruh bagi mayoritas anggota kami.”

Namun sebagian besar orang-orang Pentakosta tetap resisten atau acuh tak acuh terhadap teologi dan kesarjanaan alkitab. Alasan mereka bagaimanapun Pentakostalisme modern dilahirkan dalam pengalaman rohani, bukan intelektualisme. Seiring gerakan itu menyebar, orang-orang Pentakosta tidak melihat adanya sebuah kebutuhan untuk mengejar hal-hal teologis. “Kita tidak membutuhkan para sarjana; kita hanya membutuhkan Roh Kudus!” adalah seruan arus utama orang-orang Pentakosta selama 100 tahun terakhir ini.

Di antara orang-orang injili, jarang yang menganggap orang-orang Pentakosta memiliki pengajaran alkitab yang mendalam. Biasanya orang-orang akan berkata “Teologi Pentakosta? Apa itu?”

Fee berkata” Di dalam mempertahankan tradisi Pentakosta, kami bertumbuh dengan sebuah pencurahan Roh kudus yang menyapu dunia seperti sebuah badai. Bagi banyak orang kristen Allah Tritunggal adalah “Bapa, Putra dan Kitab Suci.” Mereka akan berkata “saya percaya kepada Roh kudus, tapi hanya itu. Gerakan pentakosta membawa orang-orang untuk memiliki perjumpaan langsung dengan Allah yang hidup.

Jadi, apakah orang Pentakosta membutuhkan para sarjana alkitab?

“Pertanyaannya adalah bukan apakah kita membutuhkan para sarjana alkitab, tapi apakah kita mau merangkul mereka?’ Demikian respon Fee. “Jika kita bersedia merangkul seseorang dengan gelar Ph.D sejarah, kenapa kita tidak mau merangkul seseorang dengan gelar Ph.D studi Perjanjian Baru, yang mana bagaimanapun semuanya adalah cabang dari sejarah?”

Fee menambahkan: “Memiliki sebuah gelar Ph.D tidak membuat saya berhenti menjadi seseorang yang di penuhi Roh”

Fee adalah seorang penulis yang di cari dan banyak penerbit kristen ingin menerbitkan buku-bukunya yang menolong para pembacanya mempelajari lebih dalam firman Tuhan. Buku yang paling populer “Hermeneutik - Menafsirkan Firman Tuhan Dengan Tepat” yang di tulis bersama Douglas Stuart saat mencapai edisi ketiga sudah terjual lebih dari 1 juta copy. Mungkin alasan lakunya buku tersebut adalah pendekatan Fee yang sederhana “Musuh paling utama dari kitab suci adalah angka-angka dan ayat-ayat (yang di maksud misalnya pasal berapa dan ayat berapa) ” Fee berkata “Hilangkan angka-angka dan anda dapat membaca kitab suci.”

Fee mengaku heran bahwa tidak buku teologi yang dipublikasikan orang-orang Pentakosta sebelum dia. Para mahasiswanya saat mendengarkan kuliahnya berkata “Dimana saya bisa mendapatkan ini di dalam buku yang sudah di publikasikan?” Menyadari bahwa sebuah buku tidak ada, Fee memutuskan untuk mengisi kekosongan. Semenjak tahun 1970an, dia telah menulis banyak buku yang menyelidiki Perjanjian Baru dan khususnya pengajaran Paulus.

Diluar kalangan Pentakosta Fee telah tolak oleh beberapa pengkritik dari kalangan injili yang memandang “sarjana alkitab Pentakosta” sebagai sebuah kebodohan. Dia telah dilarang untuk berbicara di sekolah-sekolah teologi injili tertentu karena akar Pentakostanya.

Fee menjelaskan kepada seorang rekan di sebuah sekolah teologi  dimana dia di undang untuk mengajar “Anda perlu tahu bahwa saya adalah seorang Pentakosta yang berkomitmen”  Ada sebuah keheningan di akhir pembicaraan. Mereka berkata “terima kasih” dan itu adalah akhir pembicaraan.

Dalam sebuah contoh yang lain sekelompok sarjana di dalam sebuah studi panel interdenominasi menentang semua proposal Fee. Tapi tidak semua mereka yang bukan Pentakosta menentang Fee. Bnayak dari mereka yang menghormatinya karena pengertiaannya yang mendalam mengenai kitab suci dan pengertian yang dia berikan, bahkan jika mereka tidak setuju dengan dia dalam beberapa point. “Orang-orang muda kita perlu afirmasi bahwa tidak masalah untuk menjadi seorang intelektual, menjadi seorang sarjana dan menjadi seorang pentakosta” katanya.

Namun demikian dalam arena interprestasi biblika atau “kritik teks” sebagai yang dikenal dalam lingkungan para sarjana, dapat menjadi ladang kontroversi. Fee mendapati dirinya berulang kali dan tanpa di sadari berada di pusat perdebatan mengenai masalah peranan perempuan di dalam pelayanan. Setelah bertahun-tahun bertempur di dalam isu ini, Fee akhirnya lelah berdebat. Tapi dia bersikeras bahwa Allah memberikan karunia kepada perempuan di dalam pelayanan.

Selain itu Fee juga seseorang yang mempertahankan Continuationism (karunia Roh seperti nubuat, bahasa lidah dll sampai sekarang masih ada) sesuai dengan background Pentakostanya. Fee juga mengkritik dengan sangat keras teologi kemakmuran yang banyak di sukai orang-orang Pentakosta. Tapi dia tidak mau berperang atau berdebat mengenai teologi kemakmuran. Fee berkata “berdebatlah mengenai bahasa lidah dan nubuat jika di perlukan, tapi jangan berdebat mengenai sesuatu yang tidak alkitabiah seperti teologi kemakmuran dan kesehatan” Fee pada tahun 1990 menggantikan F.F Bruce menjadi editor seri komentar alkitab injil yang terkenal the New International Commentary of the New Testament. Fee juga adalah seorang anggota dari komite yang menerjemahkan alkitab NIV.

Selain pengaruhnya dalam bidang akademik kehidupan Fee selain mempengaruhi banyak orang secara pribadi salah satunya adalah Floyd McClung yang pernah menjadi direktur YWAM, seseorang yang telah menanam ribuan gereja di seluruh dunia. Berikut apa yang dikatakan Flyod McClung tentang Gordon Fee.

Salah seorang professor di Universitas dimana saya kuliah adalah teolog Dr. Gordon Fee. Meskipun Dr. Fee adalah seorang sarjana kelas dunia yang terkenal, dia memberikan waktunya kepada saya sebagai seorang mahasiswa. Dia ingin tahu secara pribadi lebih jauh tentang diri saya. Dia mengundang saya ke rumahnya, dia menghadiri pertandingan olahraga yang saya ikuti dengan menyemangati saya dan dia mengunjungi saya di asrama dimana saya tinggal. Saat saya jatuh cinta dengan Sally yang menjadi istri saya kemudian hari, dialah orang pertama yang berbicara kepada saya dan memberikan petunjuk dalam hubungan kami dan persiapan untuk menikah.

Dr. Fee memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap saya dengan berbagai macam topik yang dia ajarkan di ruang kelas (inkarnasi, kerajaan Allah, kasih karunia Allah dan Roh Kudus), tapi apa yang membuat semua yang di ajarkan ini akhirnya sampai mengubahkan kehidupan saya adalah bagaimana Dr. Fee menyampaikan kebenaran-kebenaran tersebut melalui pertemanan pribadi. Dia tidak hanya mentransfer informasi. Dr. Fee membuat dirinya untuk menjadi seorang teman bagi saya. Sangat mengherankan, seorang professor memilih untuk hang out dengan saya, seorang mahasiswa yang tidak ada apa-apanya.

Salah satu harta terbesar dalam kehidupan saya adalah hubungan yang tidak terputus yang saya nikmati dengan Dr. Fee – yang adalah seorang penulis, pembicara konferensi, sarjana…dan teman saya. Dia adalah salah satu mentor utama yang menginvestasikan hidupnya secara pribadi di dalam kehidupan saya. Saya menghargai hubungan ini jauh lebih berharga dibandingkan konferensi apapun yang pernah saya hadiri atau gelar apapun yang saya terima. (Sumber: internet)


Comments

Popular posts from this blog

Sebuah kajian kritis terhadap doktrin pre-tribulasi rapture

Sebuah Biografi Singkat Mengenai Kehidupan John Wesley

Masih Adakah Pewahyuan Sekarang Ini?