Sebuah tahun yang baru? – Paul Ravenhill
Saya terkesan selagi tahun ini berakhir dengan bagaimana ironisnya sikap manusia terhadap waktu. Untuk berpikir tentang manusia tanpa Allah, terikat dengan kehampaan karena kegelapannya sendiri dan di ancam dengan tahun-tahunnya yang singkat dan cepat berlalu dan yang tentu saja itu akan mendatangi kehidupannya juga…untuk berpikir tentang seseorang seperti itu…”merayakan” berlalunya waktu - bergembira atas terhilangnya satu-satunya kesempatan yang dia miliki, buta terhadap satu-satunya harapan yang dia miliki, kelihatannya seperti pukulan yang jitu dari musuh yang menipu.
Betapa gelapnya kegelapan bagi mereka yang belum pernah melihat terang dan betapa besarnya tanggung jawab dari mereka yang telah melihat terang! Saya berpikir tentang nabi yang diberikan iluminasi oleh Roh Kudus, berseru "Hai bumi, bumi, bumi! Dengarlah firman TUHAN!” Dengan kerinduan yang luar biasa Allah memanggil ciptaan-Nya yang miskin, terhilang, buta dan terluka. Dengan intensitas yang besar Dia memberitakan firman-Nya mengenai pembebasan mereka, dengan memanggil mereka ulang sebanyak tiga kali yang menekankan bahwa debu tanah bumi ini (manusia) mungkin akan mendengar suara-Nya dan hidup kembali.
Saya yakin kita akan menemukan Allah lebih lagi jika kita dapat mengubah penekanan dalam hidup kita tentang kemampuan rohani (sebagaimana umumnya yang di pikirkan) dengan lebih menekankan dalam kehidupan kita sensitifitas rohani dan pengetahuan akan kehendak-Nya dan jalan-Nya.
Kiranya kita mendapati di dalam diri kita di tahun yang baru ini gema dari seruan-Nya – yang terutama bumi ini dimana kita hidup dapat mendengar suara-Nya dan reruntuhan dapat dibangun oleh kuasa-nya yang menciptakan untuk memunculkan dan menjadikan kehidupan. Kiranya kita berjalan sesuai dengan kebenaran firman-Nya dan dengan hidup dari iman kepada iman, kemenangan kepada kemenangan dan kemuliaan kepada kemuliaan.
Comments