Oswald Chambers
Satu-satunya
hak yang dimiliki oleh orang kristen adalah hak untuk menyerahkan haknya” –
Oswald Chambers
Apa
yang dikatakan Oswald Chambers ini begitu sederhana tapi begitu dalam. Saat
kita menyerahkan hak kita, kita tidak memiliki apapun lagi dalam kehidupan ini.
Kita berserah sepenuhnya kepada Tuhan didalam seluruh aspek kehidupan kita.
Adalah menarik untuk mengetahui bagaimana kehidupan orang yang bisa mengatakan
perkataan tersebut, karena perkataan tersebut bukanlah sebuah perkataan yang
mudah di ucapkan apalagi untuk di lakukan.
Orang
biasanya tahu nama Oswald Chambers melalui buku renungannya yang terkenal “My
Utmost For His Highest” salah satu renungan yang paling di sukai banyak orang
kristen selain renungan harian “Morning and Evening” yang di tulis Charles
Spurgeon. Oswald Chambers berasal dari keluarga kristen, ayahnya adalah seorang
pengkhotbah Baptist di Aberdeen Skotlandia. Namun Oswald Chambers sendiri
bertobat melalui pelayanan Charles Spurgeon. Saat itu Chambers sedang kuliah
seni di London namun setelah pertobatannya dia percaya Tuhan menginginkan untuk
dia meninggalkan kuliah seninya untuk hanya untuk hidup bagi Tuhan dan tujuan
Tuhan dalam hidupnya.
Keputusannya
itu menuntun dia memasuki sekolah teologi Dunoon College, sebuah sekolah teologi
interdenominasi yang kecil. Banyak orang dari keluarga sampai teman-teman
artisnya menganggap Chambers bodoh dan gila. Mungkin karena mereka menganggap
Chambers adalah seseorang yang berbakat dalam bidang seni.
Selama
belajar di sekolah teologi dia terkenal sebagai seseorang yang cerdas yang
membuat dia menjadi tutor dalam kelas Filsafat di Dunnoon College.
Sewaktu dia menjadi tutor inilah kemudian F.B Myer seorang guru alkitab yang
terkenal berkhotbah tentang Roh Kudus. Dan Chambers memutuskan untuk
mendapatkan apa yang telah dikhotbahkan F.B Meyer. Dalam usaha pencariannya
Chambers mengalami krisis rohani selama empat tahun, alkitab menjadi sangat
membosankan dan seluruh natur buruk yang dia miliki mulai terungkap. Tapi
anehnya di masa ini Chambers di izinkan Tuhan memenangkan banyak orang, di saat
dia sendiri mengalami kekeringan rohani yang luar biasa, sampai suatu hari dia
mendapatkan apa yang dia cari sewaktu kebaktian misi di Dunnoon College.
Segera
sesudah peristiwa di kebaktian misi itu Chambers mulai pergi pelayanan ke
Mesir, Jepang dan Amerika. Di Amerika inilah dia bertemu dengan istrinya
Gertrude Hobbs yang dia panggil Biddy. Sesudah dari Amerika dia kembali lagi ke
Inggris untuk mendirikan Bible Training College di London pada tahun 1911,
namun bible training college tersebut terhenti akibat adanya perang dunia I.
Pada tahun 1915 dia merasa terpanggil untuk melayani para tentara Inggris yang
sedang melakukan tugas di Mesir.
Saat
Chambers berbicara kepada para tentara atau pelajar, Chambers mendorong
pendengarnya untuk hidup agresif bagi Allah. Chambers berkata “kehendak Allah
dapat di temukan dalam apapun situasi atau persoalan kehidupan setiap orang,
asalkan setiap orang tersebut bersedia memiliki hubungan pribadi dengan Kristus
dan meninggalkan segala keberadaan dirinya untuk Dia.” Menurut Chambers
perkataan penting dari Yesus kepada murid-Nya adalah meninggalkan.
Apa
yang Chambers ajarkan dan katakan dia lakukan sendiri dalam kehidupannya. Dia
meninggalkan segala sesuatu dalam kehidupannya untuk mengikuti Kristus yang
tersalib. Chambers sendiri akhirnya meninggal pada usia 43 tahun sewaktu dia
melayani di Mesir karena sakit usus buntu. Sebenarnya Chambers bisa di rawat di
rumah sakit namun dia menolak karena menurutnya para tentara yang terluka atau
sakit lebih berhak untuk di rawat di rumah sakit dibandingkan dirinya.
Dari
beberapa khotbah yang saya dengar atau tulisan yang saya baca ada sebagian
orang bertanya kenapa Tuhan memanggil Chambers begitu cepat, padahal Chambers
adalah orang yang bisa menjadi berkat bagi banyak orang dan berguna bagi
pekerjaan Tuhan. Sama halnya seperti Tuhan memanggil begitu cepat orang-orang
kristen yang begitu devoted seperti Robert Murray McCheyne, David Brainerd,
Henry Martin yang meninggal sebelum usia 30 tahun. Namun seperti pernah
dikatakan orang juga persoalannya adalah bukan berapa lama kita hidup tapi
bagaimana kita hidup. Chambers hidup dengan menyerahkan haknya kepada Tuhan
yang membuat dia bejana yang berguna. Seseorang yang mengasihi Tuhan
menurut pendapat saya. Seseorang yang berusaha mengasihi Tuhan lebih daripada
apapun. Bahkan jauh sebelum pernikahannya dia berkata kepada Biddy calon
istrinya “saya tidak dapat menawarkan apapun kepadamu selain kasihku dan
pelayanan yang “boros” dan terus menerus bagi-Nya” Fokus Chambers adalah
Yesus bahkan sewaktu dia mengasihi istrinya.
Comments