Mereka yang belum mendengar – Ajith Fernando
Salah satu inti yang telah ditekankan dalam buku ini, yaitu bahwa
Kristus merupakan penguasa tertinggi yang mengatasi semua dewa dan semua sistem
yang mengaku sebagai teman setia manusia. Kita telah menunjukkan bahwa
kebenaran-kebenaran yang terdapat dalam agama lain tidak cukup membawa
seseorang pada jalan keselamatan. Pertanyaan yang terpenting adalah apakah
tujuan dari seseorang yang tidak menerima ketuhanan Kristus, khususnya bagi
mereka yang belum pernah mendengar penginjilan.
SATU JALAN KEPADA KESELAMATAN
Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa Kristus adalah satu-satunya
jalan menuju keselamatan. Yesus berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan
hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui
Aku" (Yohanes 14:6). Petrus berkata kepada pemimpin Yahudi, yang sangat
tidak bersedia untuk menerima dan mengakui keagungan Kristus, "Keselamatan
tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong
langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita
dapat diselamatkan" (Kisah Para Rasul 4:12).
Keselamatan yang ditawarkan oleh Kristus disediakan bagi semua
manusia melalui imannya di dalam Kritus. Sehingga ketika penjaga penjara Filipi
bertanya pada Paulus dan Silas, "Apakah yang harus aku perbuat supaya aku
selamat?" mereka menjawab, "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan
engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu" (Kisah Para Rasul
16:30,31). Kisah Para Rasul 2:21 danRoma 10:13 meringkas
pengajaran ini dengan menyatakan, "Barangsiapa yang berseru kepada nama
Tuhan, akan diselamatkan."
Tetapi bagaimana dengan mereka yang sama sekali belum pernah
mendengar Firman Tuhan? Apakah mereka akan dihukum karena menolak Injil yang
sama sekali belum mereka ketahui? Kalau demikian, berarti Tuhan tidak adil.
Alkitab tidak mengajarkan bahwa mereka tersesat karena mereka menolak Injil.
Sebaliknya, seseorang akan dihakimi sesuai dengan respon terhadap terang yang
mereka terima. Tetapi hal ini juga menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun yang
hidup sesuai dengan terang yang telah mereka terima, dan bahwa tidak ada
seorang pun yang dapat diselamatkan tanpa Injil. Paulus menjelaskan kebenaran
ini di Roma 1-3.
TERANG MELALUI PENCIPTAAN (Roma 1:19-25)
Pada saat menjelaskan "terang melalui penciptaan" ini,
Paulus sering berhubungan dengan topik terang yang tersedia bagi orang-orang di
luar Injil Yesus Kristus. Terang Tuhan dapat dilihat melalui Penciptaan, hati
nurani, dan hukum Musa. Paulus memberi komentar atas dua sumber terang yang
sangat penting sekali.
Paulus mengawali suratnya dengan penekanan bahwa "Murka Allah
nyata dari surga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia" (1:18).
Menurut Paulus, kefasikan menyebabkan manusia "menindas kebenaran"
dan kebenaran yang mereka tindas itu adalah kebenaran tentang Allah yang
diwahyukan dalam penciptaan:
Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi
mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka. Sebab apa yang tidak
nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat
nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka
tidak dapat berdalih. (Roma 1:19, 20)
Sebagaimana penjelasan C.K. Barrett, Paulus mengatakan bahwa
dengan meneliti ciptaan manusia seharusnya dapat menyimpulkan bahwa
"ciptaan tidak menyediakan kunci jawaban atas keberadaan mereka
sendiri."{1} Dari ciptaan tersebut manusia seharusnya menyadari bahwa
ada Allah dibalik semua ini.
Manusia dimintai pertanggung-jawaban untuk membuat respon yang
tepat atas pesan yang berasal dari penciptaan ini. Paulus menunjukkan bahwa
karena pengetahuan ini "manusia tidak memiliki alasan untuk berdalih"
(1:20). C.E.B. Cranfield menjelaskan pendapat Paulus demikian :"(manusia)
telah secara terus menerus dikelilingi dari semua sisi dan menempatkan dalam
diri mereka sendiri, bukti kuasa Allah yang kekal dan ilahi, tetapi mereka
tidak membiarkan dirinya dipimpin oleh Dia untuk mengenal Dia." {2} Paulus
mengatakan bahwa Allah mungkin mengunjungi mereka dengan murka (1:18) sebab
"walaupun mereka tidak mendapat keuntungan dengan mendengar Injil, mereka
menolak pengetahuan tentang Allah yang telah sempurna yang diberikan pada
mereka itu." {3}
Paulus menjelaskan bagaimana manusia menolak pengetahuan yang
telah disediakan Allah bagi mereka: "Sebab sekalipun mereka mengenal
Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur
kepada-Nya" (ayat 21). Masalah mereka bukan karena mereka tidak memiliki
pengetahuan tentang Allah. Tetapi ini merupakan pemberontakan manusia.
Selanjutnya mereka akan menggantikan Allah dengan berhala. Mereka telah
"menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip
dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang- binatang yang berkaki empat
atau binatang-binatang yang menjalar." (ayat 23). Paulus menyimpulkan,
"Mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah
makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji untuk
selama-lamanya" (1:25).
Paulus menegaskan bahwa semua orang telah mendapat kesempatan
untuk memberi respon kepada Tuhan melalui terang yang mereka terima dari
penciptaan, tetapi mereka menolak terang itu dan memilih praktek keagamaan
mereka sendiri (1:18-21). Hal ini disebabkan karena mereka tidak mau memuliakan
Allah sebagai Allah atau mengucap syukur kepada- Nya (1:21). Mereka memilih
jalannya sendiri daripada jalan Allah, yang merupakan akar dosa manusia -
ketidaktergantungan kepada Allah. Oleh sebab itu semua manusia secara alamiah
berada dibawah murka Allah (1:18).
TERANG MELALUI HATI NURANI (ROMA 2:12-16)
Paulus berkata, "Semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat
akan binasa tanpa hukum Taurat" (Roma 2:12). Paulus menyebutkan secara
khusus mereka yang tidak berada dibawah pengaruh penyataan khusus Allah. Mereka
tidak akan dihukum karena gagal dalam menjalankan hukum yang sama sekali tidak
mereka ketahui. Prinsip Paulus yang dibeberkan disini, seperti yang dikatakan
oleh F.F. Bruce, "bahwa manusia dihakimi oleh terang yang telah disediakan
bagi mereka, tidak oleh yang tidak tersedia."{4} Namun, orang kafir
tidak hidup dalam terang ini. Ia berdosa dan ia akan dihakimi dengan
sepantasnya
Terang apa yang tersedia untuk orang kafir? Sebelumnya Paulus
telah menyebutkan terang yang berasal dari ciptaan. Kemudian ia menyebutkan
terang datang dari hati nurani, "mereka menunjukkan, bahwa isi hukum
Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi
dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela" (2:15). Terdapat
rasa benar dan salah yang mereka alami melalui kata hati nurani mereka. Sebab melalui
keinginan seseorang, hati nurani tiap-tiap orang pada suatu saat nanti akan
menuduh atau membela mereka. Tuduhan dan pembelaan ini "akan nampak pada
hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi
segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus"
(2:16). Jadi orang kafir akan dihakimi sesuai dengan apa yang mereka perbuat
dengan hati nurani mereka.
Hati nurani bahkan mungkin akan membela orang Kafir pada hari
penghakiman nanti (2:16). Beberapa orang mengambil ayat ini dan mengartikan
bahwa akan ada orang-orang yang berdiri dihadapan tahta penghakiman dan
dibebaskan, walaupun mereka tidak mengenal Kristus, sebab mereka setia pada
suara hati nurani mereka. Tetapi bukan begitu yang dimaksud oleh ayat ini.
Paulus mengatakan bahwa pada hari penghakiman manusia akan diperlihatkan pada
tindakan-tindakan mereka yang setia terhadap hati nurani begitu juga dengan
perbuatan- perbuatan mereka yang tidak setia terhadap hati nurani mereka.
Selanjutnya dalam bab ini kita akan melihat bahwa perbuatan yang baik dan yang
tidak baik dari manusia akan sangat mempengaruhi penghakiman yang akan mereka
terima. Tetapi tidak hanya sampai disini saja. Seperti yang dikatakan oleh Max
Warren, "Pendapat Paulus tidak berhenti di Roma 2:16." Paulus
melanjutkan dengan menunjukkan bahwa "hati nurani manusia sedikit banyak
telah menurun secara menyedihkan."{5} Paulus kemudian menjelaskan
bahwa seluruh umat manusia, tanpa pengecualian, telah berada dibawah kuasa
dosa, sesat dan membutuhkan kuasa supranatural bagi anugerah keselamatan.
SEMUA MANUSIA BERDOSA (ROMA 3:9-12, 23)
Paulus membuat pembelaan yang lebih lanjut dengan melihat
kenyataan bahwa semua orang secara alami mereka tidak layak dihadapan Allah
karena dosa mereka (1:18 dst.). Ia meringkas hal ini dengan mengatakan,
"Jadi bagaimana? Adakah kita mempunyai kelebihan daripada orang lain? Sama
sekali tidak. Sebab di atas telah kita tuduh baik orang Yahudi, maupun orang
Yunani, bahwa mereka semua ada di bawah kuasa dosa" (3:9). Kemudian Paulus
menambahkan:
Seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorang pun
tidak. Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang
mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak
ada yang berbuat baik, seorang pun tidak" (Roma 3:10-12).
Maksud Paulus adalah untuk menunjukkan bagaimana setiap manusia
adalah seorang yang berdosa yang jauh dari Allah. Everett F. Harrison meneliti
bahwa bahasa yang digunakan Paulus "sangat jelas dan tajam,"
menunjukkan bahwa "tidak ada pengecualian yang diijinkan."{6}
Paulus menegaskan, "Karena semua orang telah berbuat dosa dan
telah kehilangan kemuliaan Allah" (3:23). Menurut standart manusia, orang
bisa kelihatan benar. Tetapi, jika dihakimi menurut standar kemuliaan Allah,
semua manusia telah tidak berpengharapan. Bahkan seorang yang dianggap benar
seperti Yesaya sekalipun, ketika ia mendapat penglihatan kemuliaan Allah, ia
berseru dalam keputusasaan, "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini
seorang yang najis bibir dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis
bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni Tuhan semesta alam"
(Yesaya 6:5).
Fakta bahwa setiap manusia secara alami adalah berdosa dihadapan
Allah yang suci, dan itu sebabnya mereka terhilang, dan telah dilupakan
sekarang ini. Sebagian besar kotbah, pengajaran, dan tulisan Kristen masa kini
menekankan pada berkat-berkat yang diberikan oleh Injil. Berkat-berkat tentu
saja sangat penting. Tetapi harus juga sesuai dengan penekanan pada kegelapan
bila terpisah dari Allah dimana manusia hidup terpisah dari Injil. Kegagalan
untuk menekankan kedua hal inilah yang menjadi alasan mengapa banyak ditemukan
kesulitan untuk menerima fakta bahwa tanpa iman dalam Kristus tidak ada harapan
keselamatan untuk siapapun. Mereka melihat pengalaman "kelahiran
baru" sebagai berkat "tambahan" untuk kehidupannya. Mereka tidak
melihatnya sebagai sebuah transformasi dari mati kepada hidup (Roma 6:23); dari
gelap kepada terang (1Petrus 2:9); dari penolakan oleh Allah kepada penerimaan
dari Allah (Roma 5:9-11).
JALAN KELUAR ALLAH (ROMA 3:21-31)
Paulus menguraikan jalan keluar Allah untuk masalah dosa universal
manusia (3:21-31). Pertama-tama ia mengatakan bahwa "tanpa hukum Taurat
kebenaran Allah telah dinyatakan" (3:21). Maksudnya adalah bahwa metode
Allah untuk membawa manusia pada hubungan yang benar dengan diri-Nya sendiri adalah
bukan dengan berusaha mematuhi Hukum Taurat, sebaliknya "kebenaran Allah
karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya" (3:22).
Mereka harus percaya dalam Yesus. Itulah satu-satunya jalan keselamatan.
Mengapa iman dalam Kristus adalah satu-satunya jalan? Paulus
menjawab pertanyaan ini dalam beberapa ayat selanjutnya. Pertama ia menyebutkan
bahwa semua orang betul-betul tersesat dan tak berpengharapan, "Karena
semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah"
(3:23). Mereka tidak dapat menyelamatkan diri mereka dengan usaha mereka
sendiri. Lalu Paulus menjelaskan bahwa, karena manusia tidak dapat
menyelamatkan diri mereka sendiri maka Allah melalui Kristus bertindak untuk
memberikan keselamatan.
"Dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma
karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah
menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya." (3:24-25)
Dalam dua kalimat ini berisi beberapa kata kunci yang menjelaskan
rencana keselamatan Allah. Kata kunci pertama adalah "dibenarkan",
sebuah istilah umum yang berarti tindakan seorang hakim membebaskan seorang
yang sedang diadili. Ketika seseorang dibenarkan, ia diperlakukan sama seperti
seorang yang tidak berdosa atau bersalah.
Tetapi Paulus telah mengatakan bahwa semua orang telah berbuat
dosa. Kalimat "oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma"
menunjukkan bagaimana Allah dapat membenarkan orang berdosa yang telah
kehilangan kemuliaan-Nya. Kata "dibenarkan" dan "kasih
karunia" kedua- duanya menunjukkan bahwa pembenaran adalah sesuatu yang
kita terima tanpa usaha dan secara cuma-cuma. Dan merupakan suatu hadiah. Kasih
karunia menjelaskan dasar dari hadiah ini, sesuatu yang disediakan atas apa
yang telah diperbuat Yesus untuk kita. Seperti yang disebutkan oleh sebuah
sajak yang terkenal "Karunia Allah atas Pembayaran Kristus". Tidak
ada seorang manusia pun yang berjasa dalam keselamatan. Sebaik apa pun kita di
hadapan manusia, kita telah kehilangan kemuliaan Allah dan berada dalam
penghukuman. Kita tidak dapat berbuat apa-apa untuk menyelamatkan diri kita
sendiri. Hanya Allah yang dapat menolong kita. Bersyukurlah kepada Allah,
karena ia menolong kita.
Disini kita melihat kekurangan dalam argumen orang-orang yang
mengaku bahwa ketulusan hati dan kerohanian seseorang dapat menjadi alat
keselamatan. Manusia sudah terperangkap dalam dosa sehingga mereka tidak
mempunyai kemampuan dan ketulusan yang cukup untuk mengupayakan keselamatan.
Akibat dari dosa atas mereka dan atas hubungan mereka dengan Tuhan adalah
sangat menyedihkan sehingga mereka tidak dapat menolong diri mereka sendiri.
Harapan satu-satunya adalah anugerah kasih karunia dari Allah yang diberikan
secara cuma-cuma melalui Yesus Kristus.
Dengan menggunakan kata "penebusan", Paulus menjelaskan
sesuatu yang terjadi sesudah mereka dibenarkan. Kata-kata ini pada dasarnya
merupakan kelepasan dari kuasa jahat dengan membayar sejumlah harga. Harga ini
biasanya digunakan untuk membayar uang tebusan bagi orang yang tertawan atau
budak. Ketika Yesus mencucurkan darah-Nya, Ia membayar harga untuk membebaskan
kita dari keterikatan dosa dan kuasa- kuasa kegelapan.
Paulus berkata Kristus "telah ditentukan ... menjadi jalan
pendamaian" (3:25). Sebelum manusia menghadap tahta Allah, sebuah
pengorbanan diperlukan. Dosa manusia dan murka Allah menjadikan manusia tidak
bisa berhubungan dengan Allah. Melalui pengorbanan hidup Kristus, Dia menghapus
dosa-dosa kita dengan menanggungnya diatas tubuh-Nya dan menghapus murka Allah
dengan dihukum sebagai ganti dosa kita. Walaupun kita telah kehilangan
kemuliaan Allah, kebenaran Kristus telah memuaskan sebab Kristus telah dihukum
sebagai ganti dosa kita.
Inilah apa yang Allah telah lakukan untuk keselamatan manusia.
Paulus dengan setia mencatat ini supaya kita mengerti. Ketika kita mengerti,
kita juga melihat bahwa tidak mungkin bagi manusia untuk diselamatkan dengan
jalan lain. Kita terlalu berdosa untuk melakukan apa pun sebagai usaha bagi
keselamatan kita. Tetapi Allah kita yang mulia telah melakukan segala sesuatu
yang diperlukan untuk kita.
Ayat berikut ini juga menyebutkan berulang-ulang bahwa iman (atau
kepercayaan) adalah jalan yang layak disediakan bagi karya Kristus.
Kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang
yang percaya (3:22). Ia (Allah) benar dan juga membenarkan orang yang percaya
kepada Yesus (3:26). Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman,
dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat (3:28). Kalau ada satu Allah, yang
akan membenarkan baik orang-orang bersunat karena iman, maupun orang-orang tak
bersunat juga karena iman (3:30)
Percaya bukan sekedar memberikan persetujuan mental akan apa yang
Kristus lakukan dan hidup sesuai dengan yang kita inginkan. Iman yang
menyelamatkan mempunyai 4 langkah penting. Pertama, kita harus memutuskan untuk
meninggalkan hidup lama kita. Kedua, kita harus mengakui bahwa kita tidak dapat
menolong diri kita sendiri. Ketiga, kita harus menerima apa yang Kristus sudah
lakukan sebagai ganti atas dosa kita. Keempat, kita harus mempercayakan diri
kita seutuhnya kepada Dia sedemikian rupa; kita menerima cara hidup-Nya sebagai
cara hidup kita. Jadi ketika Ia menjadi Juruselamat kita, Dia juga menjadi
Tuhan kita.
Mengapa iman begitu penting bagi keselamatan kita? Iman adalah
lawan dari dasar dosa yang memisahkan manusia dari Allah. Kejatuhan manusia
terjadi ketika ia memutuskan sendiri apa yang baik dan apa yang buruk. Ia
memilih untuk membangun sistim nilainya sendiri. Jadi dasar dosa manusia adalah
ketidaktergantungan kepada Allah. Ketika seseorang mempraktekkan imannya, maka
ia akan menolak caranya sendiri untuk menyelamatkan dirinya sendiri dan
mengendalikan hidupnya serta tunduk pada jalan yang Allah sediakan dalam
Kristus Yesus.
Disinilah akhirnya Injil dalam kulit kacang: Allah, dalam Yesus Kristus,
telah melakukan semua yang perlukan untuk keselamatan kita dan kita harus
menerimanya dengan iman.
HARUSKAH MEREKA MENDENGAR
Dapatkah mereka yang tidak mendengar Injil mempraktekkan iman yang
menyelamatkan? Beberapa orang ada yang mengatakan bisa. Mereka mengatakan bahwa
apa yang penting dari Kristus adalah kualitas-Nya. Menyerukan nama-Nya berarti
menempatkan kepercayaan kita kepada kualitas yang dimiliki oleh seseorang yang
pantas untuk diikuti. Kita yang mengenal Kristus tahu bahwa yang dimaksud adalah
kualitas Kristus. Menurut pandangan ini, jika seseorang bertobat dari sifat
mementingkan diri sendiri dan mengikuti prinsip-prinsip Kristus, maka ia akan
diselamatkan walaupun ia tidak mengenal Kristus.
Banyak yang dapat dikatakan untuk menentang pandangan ini. Banyak
ayat-ayat yang menjelaskan perlunya iman yang menunjukkan obyek iman sebagai
seorang Pribadi - Kristus. Ada lebih dari sekedar sifat- sifat Kristus yang
dimaksud disini. Ayat-ayat ini berbicara tentang permohonan kepada seseorang
sebagai Juruselamat dan Tuhan.
Ayat-ayat yang lain mengajarkan bahwa kita harus mendengar berita
Kristus sebelum menyerahkan diri kita kepada-Nya. Yesus berkata,
"Sesungguhnya barang siapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia
yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum"
(Yohanes 5:24). Mendengar terlebih dahulu baru percaya. Logika dari pernyataan
ini diterangkan dengan jelas sekali oleh Paulus:
Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan
diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka
tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika
mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia,
jika tidak ada yang memberitakan-Nya? (Roma 10:13-14)
Selanjutnya Paulus menambahkan, "Iman timbul dari
pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Kristus" (Roma 10:17)
Namun, beberapa orang yang setuju dengan logika yang disampaikan
diatas mengatakan bahwa itu bukan satu-satunya cara Allah bekerja. Mereka
percaya bahwa mungkin ada orang-orang yang dapat diselamatkan dengan cara lain
selain mendengarkan Firman Kristus melalui seorang pengkotbah atau kesaksian.
Kita percaya argumen yang sudah kita bicarakan tidak memungkinkan hal itu.
Tetapi dalam bab selanjutnya kita akan mempertimbangkan beberapa cara yang
mereka usulkan dan perlihatkan bahwa tidak ada landasan yang alkitabiah untuk
pandangan bahwa iman yang menyelamatkan dapat diperoleh selain dari mengabarkan
Injil.
DERAJAT TINGKATAN TANGGUNG JAWAB
Sebelum mengakhiri diskusi ini kita harus mengerti ajaran Alkitab
bahwa akan ada tingkatan penghukuman menurut tingkat tanggungjawab dari
individu yang berbeda. Ini adalah pemikiran baru bagi banyak orang Kristen.
Mereka telah belajar bahwa bagi Allah dosa adalah dosa, dan ketika kita sampai
pada penyelamatan, tidak ada perbedaan antara dosa besar dan dosa kecil.
Hal ini bukanlah masalah dosa pribadi yang membawa akibat kekal.
Adalah suatu kenyataan bahwa manusia adalah seorang pendosa. Jika seseorang
mati dalam dosa, ia tetap mati tidak peduli apakah dia orang baik di dalam
pandangan dunia atau tidak. Kita semua setuju dengan ini semua. Itu sebabnya
kita telah menegaskan hal itu, selain melalui beriman kepada Kristus, tidak ada
harapan untuk keselamatan bagi siapa pun.
Namun demikian, sejalan dengan keseluruhan pengajaran Alkitab,
kita juga harus mempertimbangkan ayat-ayat Alkitab yang mengajarkan bahwa pada
hari penghakiman beberapa orang akan menerima penghukuman yang lebih keras
daripada yang lain. Ada dua kriteria yang menentukan beratnya hukuman, yaitu
terang yang telah ia terima dan perbuatan yang telah ia lakukan.
Empat perikop dalam Perjanjian Baru menyebutkan bahwa tingkat
terang yang diterima orang yang tidak percaya mempengaruhi tingkat hukuman yang
akan diterima nanti. Perikop yang pertama terdapat dalam Matius 11:20-24,
yang mengatakan bahwa Tirus, Sidon dan Sodom dihancurkan karena kekejian mereka
karena mereka tidak menerima terang seperti yang Korazin, Bethsaida, dan
Kapernaum telah terima. Yesus berkata bahwa pada hari penghakiman, bagi kota
Tirus, Sidon dan Sodom yang keji akan menerima penghukuman yang lebih ringan
dibandingkan dengan ketiga kota yang tidak terkenal lainnya karena kejahatannya
yang lebih keji.
Firman Kristus dalam Lukas malah lebih jelas lagi. Ia berfirman
bahwa "hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan
persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima
lebih banyak pukulan" (Lukas 12:47). Hamba ini menerima banyak terang
tetapi tidak mengindahkannya. "Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak
tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima
sedikit pukulan." Ia sebenarnya mempunyai terang yang cukup untuk
mempertanggung-jawabkan tindakannya, itulah sebabnya ia dihukum. Tetapi karena
tuannya belum memberikan perintah yang jelas kepadanya, maka ia mendapat sedikit
pukulan. Yesus melanjutkan dengan memberikan prinsip-prinsip sebagai alasannya:
"Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak
dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih
banyak lagi dituntut" (12:48).
Pertama-tama Paulus memberikan ketegasan tentang sifat keadilan
Allah, "Sebab Allah tidak memandang bulu." Kemudian ia memberikan
ilustrasi bagaimana keadilan Tuhan diwujudkan dalam penghukuman: "Sebab
semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan
semua orang yang berdosa dibawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum
Taurat" (Roma 2:11,12).
Kita perhatikan bahwa masing-masing dari ayat ini menyebutkan
bahwa mereka yang menerima sedikit terang akan dihukum. Tetapi mereka yang
menerima lebih banyak terang akan dihukum lebih keras.
Penulis Ibrani menjelaskan dengan sangat terperinci tentang mereka
yang menolak Injil. Nasib mereka akan lebih buruk daripada mereka yang telah
menolak hukum Musa:
"Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh
pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa
itu. Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api
yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka. Jika ada orang yang
menolak hukum Musa, ia dihukum mati tanpa belas kasihan, atas keterangan dua
atau tiga orang saksi. Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas
dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian
yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?" (Ibrani 10:
26-29)
Dari perikop ini kita dapat menyimpulkan bahwa orang yang menolak
Injil, setelah memahami isinya, akan menghadapi hukuman yang berat. Orang yang
tidak mendengar Injil akan dihukum sebab tidak hidup dalam terang yang telah
datang padanya. Tetapi tanggung-jawab mereka sedikit, sehingga penghukuman
mereka juga akan diperhitungkan sedikit. Kitab lain dalam Alkitab mengajarkan
bahwa semua orang dihakimi sesuai dengan perbuatannya. Kita tentu saja tahu
bahwa perbuatan yang tidak baik akan menghasilkan hukuman jika tidak diampuni
dan dihapus oleh darah Kristus. Prinsip yang mendasari kejadian ini ditunjukkan
dengan jelas dalam Galatia 6:7, "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan
diri- Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan
dituainya."
Di sini kita menemukan bagian dari jawaban atas pertanyaan yang
berhubungan dengan keadilan Tuhan dalam menyelamatkan orang yang mendengar dan
memberikan respon pada berita Injil. Dosa merupakan sesuatu yang menakutkan dimana
tak seorang pun berhak mendapat keselamatan. Dalam kemuliaan-Nya Allah
menyelamatkan beberapa orang, dan yang lain akan mendapat penghukuman. Tetapi
barangsiapa mencoba untuk hidup sesuai terang yang mereka terima maka mereka
akan menerima hukuman yang lebih ringan.
KEBUTUHAN TERPENTING DALAM PENGINJILAN
Melihat kenyataan bahwa mereka yang tidak mendengarkan Injil akan
dibinasakan seharusnya menunjukkan betapa pentingnya tugas-tugas penginjilan
kita. Jika orang-orang tersesat dan dihadapkan pada hukuman sebelum mereka
menerima Injil, maka kita harus segera memberitakan Kabar Keselamatan kepada
mereka. Yudas menanggapi pentingnya arti penginjilan ini ketika menulis,
"Selamatkanlah mereka dengan jalan merampas mereka dari api" (Surat
Yudas 23).
Orang-orang yang tersesat tanpa Kristus telah membawa semangat
yang besar untuk melakukan penginjilan selama berabad-abad. Misionaris besar,
Hudson Taylor, mengatakan, "Saya tidak pernah berfikir untuk pergi ke
China sebelum saya percaya bahwa orang-orang China adalah orang-orang yang
tersesat dan membutuhkan Kristus." William Booth, pendiri Bala keselamatan
(Salvation Army), mengatakan bahwa dia berharap pekerjanya bisa menghabiskan
"satu malam di neraka" untuk melihat betapa pentingnya tugas penginjilan.
Saya percaya buku ini akan membantu utusan Allah untuk menemukan kembali ajaran
Alkitab mengenai orang yang tersesat tanpa Kristus dan akhirnya memotivasi
mereka untuk tetap setia dalam penginjilan.
CATATAN :
1.
C. K. Barret, "A
Commentary on the Epistle to the Romans" (New York: Harper & Row,
1975), hal. 35.
2.
C.E.B. Cranfield,
"A Critical and Exegetical Commentary on the Epistle to the Romans",
vol I (Edinburgh: T & T Clark, Ltd., 1975) hal. 116.
3.
Barret,
"Romans", hal. 36
4.
F.F. Bruce, "The
Epistle of Paul to the Romans, Tyndale New Testament Commentaries" (Grand
Rapids: Eerdmans, 1963), hal. 90.
5.
Max Warren, "I
believe in the Great Commission" (London: Hodder & Stoughton, 1976),
hal. 157.
6.
Everett F. Harrison,
"'Romans,' The Expositor's Bible Commentary (Grand Rapids: Zondervan,
1976), hal. 38.
Comments