Rahasia Panggilan – A.W Tozer



….dipanggil menjadi rasul…..dipanggil menjadi orang-orang kudus.. (1 Korintus 1:2)

Kata dipanggil yang singkat yang digunakan rasul di sini adalah bagaikan sebuah pintu yang terbuka kepada dunia yang lain, dan saat kita memasukinya kita akan menemukan diri kita memang berada di dunia yang lain. Karena dunia yang baru yang kita masuki adalah sebuah dunia dimana kehendak Allah berdaulat dimana manusia tidak bisa memasukinya, atau jika dia memasukinya, dia memasukinya dengan sebuah kebergantungan dan sebagai seorang hamba tapi tidak pernah sebagai seorang tuan (penguasa atas dirinya)

Paulus di sini menjelaskan tentang kerasulannya:  dimana itu adalah sebuah panggilan efektif, bukan karena keinginannya atau kehendaknya ataupun keputusannya, dan ini adalah sesuatu yang ilahi, cuma-cuma, sama sekali tidak dipengaruhi oleh tangan-tangan manusia. Responnya dari manusia, tapi panggilan, tidak pernah berasal dari manusia. Panggilan ini hanya berasal dari Allah sendiri.

Ada dua dunia, dimana dua dunia ini berlawanan satu dengan lainnya, di dominasi dengan dua kehendak: kehendak manusia dan kehendak Allah. Dunia lama dari natur yang sudah mengalami kejatuhan adalah dunia kehendak manusia. Disana manusia adalah rajanya dan kehendaknya menentukan berbagai peristiwa. Sejauh dia sanggup walau di dalam kelemahannya dia menentukan siapa, apa kapan dan dimana. Dia menentukan nilai: apa yang harus dihargai, apa yang tidak berharga, apa yang harus diterima dan apa yang harus di tolak. Kehendaknya terjadi di dalam semuanya. “saya menentukan”, “saya menetapkan”, “saya memutuskan” ”saya yang membuatnya”. Perkataan ini terus kita dengar keluar dari mulut manusia-manusia yang kecil. Dan bagaimana mereka bergembira di dalam khayalan ”menentukan mana yang benar menurut mereka” dan di dalam lawakan kesia-sian mereka bermegah sebagai “pemberi suara (voter) yang berdaulat”, mereka tidak tahu, atau menolak untuk mempertimbangkan bahwa hidup mereka hanya sekejap, sebentar lagi akan berlalu dan tidak ada lagi.

Namun di dalam kesombongannya manusia memaksakan kehendaknya dan mengklaim kepemilikan bumi ini. Memang, untuk sementara waktu itu benar bahwa ini adalah dunia manusia. Allah hanya di diakui di dalam penderitaan yang manusia alami. Dia diperlakukan seperti kunjungan seorang raja di negara demokrasi. Setiap orang menyebut nama-Nya di bibir mereka (khususnya di saat-saat tertentu) dan Dia di jamu, dirayakan dan dinyanyikan. Tapi dibalik semua bujukan manusia ini kepada Allah manusia tetap memegang teguh haknya di dalam menentukan segala sesuatu bagi dirinya sendiri. Selama manusia di perbolehkan untuk memainkan peran sebagai “tuan rumah” dia akan menghormati Allah dengan perhatian mereka, tapi selalu Allah harus tetap menjadi seorang tamu dan tidak pernah dijadikan Tuan (penguasa / majikan). Dalam pengertian manusia dunia ini adalah dunia mereka; mereka akan membuat aturan-aturannya dan menentukan bagaimana jalannya dunia ini.  Allah tidak di izinkan untuk memutuskan apapun. Manusia membungkuk kepada Allah dan selagi manusia membungkuk, manusia mengatur dengan kesulitan untuk menyembunyikan mahkota di atas kepalanya.

Saat kita memasuki kerajaan Allah, kita berada di sebuah dunia yang lain. Dunia yang sama sekali berbeda dengan dunia yang lama dari mana kita berasal; selalu berbeda dengan dunia yang lama dan biasanya selalu bertentangan dengan dunia yang lama. Saat dua-duanya terlihat sama itu hanya terlihat di dalam, “Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua berasal dari sorga.” (1 Korintus 15:47). “Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.” (Yohanes 3:6). Yang pertama akan binasa, yang terakhir akan kekal selamanya.

Comments

Popular posts from this blog

Masih Adakah Pewahyuan Sekarang Ini?

Sebuah Biografi Singkat Mengenai Kehidupan John Wesley

Pengertian Kelahiran Kembali (Regenerasi) dan Efek yang mengikutinya