Dimana Tuhan?

Pertanyaan seperti ini kadang timbul bukan dari orang yang tidak beriman, tetapi dari orang yang beriman dan yang saleh dari seseorang yang murni dan bersih hatinya seperti Asaf (Mazmur 73), yang secara tidak langsung menanyakan keadilan Tuhan.

Beberapa hari lalu saya sempat membaca berita ada seorang putri kerajaan Arab Saudi sekali belanja bisa sampai ratusan milyar. Pernah juga saya nonton video seorang pangeran Arab mengguyur pelacur dengan uang. Mungkin bagi mereka yang serius dengan Tuhan, orang-orang Arab yang super kaya ini tidak memusingkan atau merisaukan, karena orang-orang yang super kaya ini tidak mengklaim memiliki iman yang benar menurut kita. Tapi kadang yang membuat mereka mempertanyakan Tuhan adalah saat mereka melihat kemujuran orang-orang fasik. Orang fasik ini bukanlah orang yang tidak mengetahui hukum-hukum Allah yang benar. Menurut Thayer, orang fasik adalah  orang yang kurang kagum atau hormat terhadap Allah.

Pernah suatu kali Yeremia seperti menuntut keadilan kepada Tuhan “….Tetapi aku mau berbicara dengan Engkau tentang keadilan: “Mengapakah mujur hidup orang-orang fasik, sentosa semua orang yang berlaku tidak setia?  Engkau membuat mereka tumbuh, dan merekapun juga berakar, mereka tumbuh subur dan menghasilkan buah juga Memang selalu Engkau di mulut mereka, tetapi jauh dari hati mereka.” (Yeremia 12:1-2).

Apa yang dirasakan Yeremia mungkin mirip dengan apa yang di alami Asaf di Mazmur 73, mereka bingung kenapa orang-orang fasik mujur hidupnya. Seandainya mereka juga merasa mujur seperti yang di alami orang fasik ini, tentu mereka tidak akan mengalami kebingungan ini. Disini Yeremia ataupun Asaf di Mazmur 73 seperti sedang mengkontraskan keadaan antara orang fasik dengan orang saleh, dimana Tuhan “kelihatannya” seperti memberkati orang fasik dan meninggalkan orang saleh yang bisa kita katakan orang yang kagum dan hormat kepada Tuhan.

Dimana Tuhan? Koq tidak adil bangat sih? Mungkin seperti itu isi hati Yeremia dan Asaf. Kita sudah sungguh-sungguh berusaha hidup bagi Tuhan, koq hidup kita sepertinya kena penuh penderitaan, banyak masalah? Apakah kita kena kutuk? Yang lain kayanya enak bangat seperti bisa hidup di “dua dunia.”

Ya manusia sekalipun saleh sekalipun kadang tetap suka mengasihi dirinya sendiri, merasa dia sedang tidak menerima keadilan, yang bahkan belum tentu dia tahu ketidakadilan itu sebenarnya baik bagi dirinya (Asaf sadar pada akhirnya). Tapi kalau mau jujur memang hidup ini kelihatannya seperti tidak adil bagi kita di saat ini selagi masih hidup di dunia. Tapi sebenarnya Pribadi yang paling memiliki hak untuk mengatakan itu adalah Allah. Karena dalam semua kebenaran yang kita lakukan kita tetap tidak luput dari dosa dan kesalahan. Tapi Allah yang tidak memiliki kesalahan harus menanggung kesalahan manusia berdosa. Saya suka dengan quotenya R.C Sproul JR untuk masalah ini, dia bilang begini : mengapa hal-hal buruk terjadi pada orang baik? Itu cuma terjadi sekali dan Tuhan telah menjadi sukarelawannya. Dia yang tidak mengenal dosa dibuat-Nya menjadi dosa karena kita.

Menurut saya kita sebagai penerima kasih karunia Allah yang tidak adil, memang di wajibkan untuk menerima ketidakadilan di dunia ini. 
 
Dimana Tuhan saat kita menerima ketidakadilan? Dia ada sedang memperhatikan dan berdoa untuk kita, Dia ikut merasakan apa yang kita alami. Tetap bertahan, segala sesuatu bekerja bagi kebaikan kita, walaupun mungkin tidak "baik" bagi kita di dunia ini, tapi itu pasti akan baik bagi kita di kekekalan.

Comments

Popular posts from this blog

Masih Adakah Pewahyuan Sekarang Ini?

Sebuah Biografi Singkat Mengenai Kehidupan John Wesley

Pengertian Kelahiran Kembali (Regenerasi) dan Efek yang mengikutinya