Corrie Ten Boom dan Pengangkatan
Ini
adalah surat dari Corrie Ten Boom yang di tulis tahun 1974
Dunia
sedang sakit parah. Dunia sedang sekarat. Tabib yang Ajaib telah menandatangani
sertifikat kematian. Namun demikian masih banyak pekerjaan yang harus di
lakukan oleh orang kristen. Mereka adalah aliran air kehidupan, saluran
kemurahan bagi mereka yang masih berada di dunia. Adalah mungkin bagi mereka
untuk melakukan hal ini karena mereka adalah pemenang. Orang kristen adalah
duta besar Kristus. Mereka adalah representative sorga bagi dunia yang sekarat
ini. Dan karena kehadiran kita di sini, maka akan ada perubahan di dunia ini.
Saudari
saya, yang bernama Betsy dan saya berada di kamp konsentrasi Nazi di Ravensbruck
karena kami melakukan “kejahatan” karena kami mengasihi orang-orang Yahudi. Kami
bersama Tujuh ratus orang lainnya yang berasal dari Belanda, Perancis, Rusia,
Polandia dan Belgia di giring ke dalam ruangan yang seharusnya berkapasitas hanya
untuk dua ratus orang. Sejauh yang saya tahu, hanya kami berdua - Betsy dan
saya, yang merupakan representative surga di ruangan itu. Kita mungkin saja
menjadi satu-satunya representative di tempat yang penuh kebencian, namun
demikian kehadiran kita disana membuat perubahan. Yesus berkata “Dalam dunia
kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan
dunia." Kita juga harus menjadi pemenang -
membawa terang Yesus kepada sebuah dunia yang di penuhi kegelapan dan
kebencian. Kadang saya terkejut selagi saya membaca alkitab lalu saya melihat
dunia ini dan melihat semua kesengsaraan dan penganiayaan yang di janjikan
alkitab benar-benar terjadi (tergenapi). Sekarang saya dapat memberitahukan kepada
anda, meskipun anda terlalu takut, bahwa saya sudah membaca bagian terakhir
dari alkitab, saya sekarang dapat berseru “haleluya! Haleluya!” karena
mendapati dimana Yesus berkata,
“Barangsiapa
menang, ia akan memperoleh semuanya ini, dan Aku akan menjadi Allahnya dan ia
akan menjadi anak-Ku” (Wahyu 21:7)
Ini
adalah masa depan dan pengharapan dunia ini. Bukan kalau dunia akan selamat (di
pulihkan atau tetap baik dan bertambah baik) – tapi bahwa kita akan menjadi pemenang
di tengah-tengah sebuah dunia yang sekarat.
Betsy
dan saya berada di kamp konsentrasi, berdoa agar Allah akan menyembuhkan Betsy
yang sudah sangat lemah dan sakit. “Ya,
Tuhan akan menyembuhkan saya,” Betsy berkata dengan yakin. Dia meninggal esok
harinya dan saya tidak dapat mengerti kenapa hal itu terjadi. Mereka meletakkan
tubuhnya yang kurus di lantai beton bersama semua mayat perempuan lainnya yang
meninggal di hari itu. Sulit bagi untuk mengerti kenapa hal itu terjadi, untuk
percaya bahwa Allah memiliki sebuah tujuan atas semuanya itu. Namun demikian
karena kematian Betsy, sekarang saya bisa melakukan perjalanan keliling dunia untuk
memberitahukan kepada orang-orang tentang Yesus. Ada beberapa di antara kita
yang mengajarkan bahwa tidak akan ada penganiayaan, bahwa semua orang kristen
akan terlepas dari semua penganiayaan ini. Mereka ini adalah guru-guru palsu di
hari-hari akhir seperti yang telah Tuhan Yesus peringatkan. Kebanyakan mereka
hanya memiliki pengetahuan sedikit mengenai apa yang sedang terjadi seluruh
dunia. Saya telah berada di negara-negara dimana orang-orang kudus sudah
menderita karena penganiayaan yang mengerikan.
Orang-orang
kristen di China telah mendengar perkataan, “Jangan khawatir, sebelum
penganiayaan datang anda akan diangkat” lalu setelah itu akan ada penganiayaan
yang mengerikan.”
Kenyataannya
jutaan orang kristen telah disiksa hingga mati. Kemudian saya mendengar ada
seorang Bishop (semacam jabatan pendeta) dari China berkata dengan sedih,
“Kita
telah gagal. Seharusnya kita membuat umat untuk kuat menghadapi penganiayaan
daripada mengatakan kepada mereka kalau Yesus akan datang terlebih dahulu. Untuk
mengatakan kepada mereka untuk tetap kuat di waktu penganiayaan, bagaimana
untuk tetap teguh saat penganiayaan tiba – untuk tetap berdiri dan tidak menjadi
lemah”
Saya
merasa saya memiliki mandat Ilahi untuk pergi dan mengatakan kepada orang-orang
kristen di dunia ini untuk tetap kuat di dalam Tuhan Yesus Kristus. Kita sedang
latih untuk menghadapi penganiayaan, tapi lebih dari 60% tubuh Kristus di
seluruh dunia ini sudah memasuki penganiayaan. Tidak ada jalan keluar untuk
menghindarinya. Giliran kita berikutnya.
Di
karenakan saya sudah pernah di penjara bagi Yesus dan karena saya pernah
bertemu Bishop di China, sekarang setiap saya membaca sebuah ayat alkitab yang “tepat”
saya berpikir “Hei, saya dapat menggunakan ayat itu nanti di waktu penganiayaan”.
Kemudian saya menulisnya dan menyimpannya di hati saya. Saat saya ada di kamp
konsentrasi, sebuah kamp dimana hanya 20% perempuan yang keluar hidup-hidup,
kita berusaha menghibur satu sama lain dengan berkata, “tidak ada lagi yang
lebih buruk dari hari ini” Tapi apa yang kita hadapi esok hari ternyata lebih
buruk. Di masa inilah ayat alkitab yang saya usahakan untuk saya ingat
memberikan kepada saya pengharapan yang besar dan sukacita. Saya mendapati diri
saya berkata “Haleluya” Karena penderitaan saya, Yesus di muliakan!”
Di
Amerika, gereja-gereja bernyanyi, ‘Biarlah jemaat terlepas dari penganiayaan”,
tapi di China dan Afrika penganiayaan sudah tiba. Akhir tahun ini saja lebih
dari 200 ribu orang kristen menjadi martir di Afrika. Sekarang hal-hal seperti
itu tidak pernah masuk surat kabar karena akan menyebabkan relasi politik
menjadi buruk. Tapi saya tahu. Saya telah berada di sana. Kita perlu untuk
berpikir tentang hal itu saat kita duduk di rumah kita yang bagus dengan
pakaian yang bagus siap memakan steak makan malam kita. Banyak, banyak anggota
tubuh Kristus di siksa hingga mati pada saat ini, namun kita tetap melanjutkan
hidup kita seolah-olah kita akan terlepas dari penganiayaan.
Beberapa
tahun lalu saya berada di Afrika di sebuah negara di mana pemerintahan baru
memegang kekuasaan. Pada malam pertama saya berada di sana ada beberapa orang
kristen yang diperintahkan untuk datang ke pos polisi untuk registrasi. Saat
mereka tiba di sana, mereka di tahan dan pada malam yang sama itu juga mereka
di eksekusi. Esok harinya hal yang sama terjadi pada orang kristen yang lain. Hari
yang ketiga juga sama semua orang kristen di distrik tersebut di bunuh secara
sistematis. Hari yang keempat saya berbicara di sebuah gereja yang kecil.
Orang-orang datang, tapi mereka di penuhi dengan ketakutan dan ketegangan.
Sepanjang ibadah mereka saling melirik satu sama lainnya, mata mereka berkata, “akankah
orang yang di samping saya ini mendapat giliran selanjutnya untuk di bunuh? Akankah
saya yang selanjutnya?” ruangan tersebut sangat panas dan pengap, serangga
masuk melalui jendela yang tidak ada kacanya dan berputar-putar di sekitar
lampu di atas bangku kayu. Saya menceritakan kisah masa kecil saya kepada
mereka.
“Saat
saya masih menjadi anak perempuan yang kecil,” saya mendekati ayah saya dan
berkata,
“Ayah,
saya takut kalau saya tidak akan cukup kuat untuk menjadi seorang martir bagi
Yesus Kristus.”
“Katakan
kepada saya, ucap ayah,
“Saat
engkau melakukan sebuah perjalan dengan kereta api ke Amsterdam, kapan saya
memberimu uang untuk membeli tiket?
Tiga
minggu sebelumnya?” Tidak ayah, ayah memberi saya uang untuk membeli tiket pas sebelum
kita naik kereta.
“Itu
benar” ayah saya berkata,” dan begitu juga dengan kekuatan yang Allah berikan.
Bapa
kita di sorga tahu kapan engkau membutuhkan kekuatan untuk menjadi martir bagi Yesus
Kristus. Dia akan memberikan semua yang engkau butuhkan – tepat pada waktunya…”
Teman-teman
kristen Afrika saya mengangguk dan tersenyum. Tiba-tiba roh sukacita turun atas
gereja itu dan orang-orang mulai bernyanyi.
“Indahnya saatnya kita jumpa di kota permai. Indahnya
saatnya kita jumpa dikota permai.”Seminggu kemudian, setengah dari jemaat itu
di eksekusi.
Saya
mendengar kemudian setengah sisanya di bunuh beberapa bulan lalu. Tapi saya
harus katakan kepada anda sesuatu. Saya begitu bahagia kalau Tuhan memakai
hidup saya untuk menguatkan mereka, tidak seperti banyak pemimpin mereka, saya
memiliki firman Allah. Saya telah membaca alkitab dan mendapati bahwa Yesus
berkata bukan hanya Dia saja yang telah menang atas dunia ini, tapi juga semua
yang tetap setia sampai akhir, Dia akan memberikan kepada mereka sebuah mahkota
kehidupan.
Bagaimana
kita bisa siap untuk penganiayaan? Pertama-tama kita harus memenuhi diri kita dengan
firman Allah, mencernanya, membuatnya menjadi bagian dari diri kita. Ini
artinya melakukan mempelajari alkitab dengan disiplin setiap hari, dimana kita
tidak hanya menghapal banyak ayat alkitab tapi juga menempatkan prinsip-prinsip
yang terdapat di dalamnya untuk kita pakai dalam hidup kita, Selanjutnya kita
perlu membangun sebuah hubungan pribadi dengan Yesus Kristus. Bukan hanya Yesus
hari kemarin, atau Yesus sejarah, tapi Yesus yang hidup hari ini yang mengubahkan
kehidupan dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Kita harus dipenuhi dengan Roh
Kudus. Ini adalah bukan perintah yang boleh dilakukan atau tidak di dalam
alkitab, tapi ini benar-benar di perlukan. Orang kristen mula-mula tidak akan
bertahan menghadapi penganiayaan orang—orang Yahudi dan Romawi jika mereka
tidak menanti Pentakosta. Setiap kita perlu pentakosta pribadi, baptisan Roh Kudus.
Kita tidak akan pernah sanggup menghadapi penganiayaan tanpa Roh Kudus. Di dalam
penganiayaan yang akan datang kita harus siap saling menolong dan menguatkan satu
sama lain. Tapi kita tidak harus menunggu sampai penganiayaan terjadi.
Buah-buah
roh seharusnya menjadi kekuatan yang dominan bagi setiap kehidupan orang
kristen. Banyak yang takut terhadap penganiayaan yang akan datang, mereka ingin
kabur. Saya juga sedikit takut memikirkan hal itu pada waktu usia saya delapan
tahun, termasuk takut terhadap kamp konsentrasi Nazi yang mengerikan, bahwa
saya harus melewati penganiayaan itu juga. Tapi kemudian saya membaca alkitab
dan saya bahagia. Alkitab mengatakan saat saya lemah, maka saya akan menjadi
kuat. Betsy dan saya adalah tahanan bagi Tuhan, kami begitu lemah, tapi kami
mendapatkan kuasa, karena Roh Kudus yang ada dalam kami. Kekuatan Roh Kudus yang
luar biasa menolong kami sepanjang penganiayaan tersebut. Tidak, anda tidak
akan kuat di dengan kekuatan diri anda sendiri saat penganiayaan datang.
Melainkan anda akan kuat oleh karena kuasa-Nya yang tidak akan meninggalkan
anda. Selama 76 tahun saya mengenal Tuhan Yesus dan tidak sekalipun Dia
meninggalkan saya atau membiarkan saya kecewa. “Meskipun Tuhan membunuh aku,
namun aku akan tetap percaya kepadaNya (Ayub 13:15 versi KJV) karena Dia akan memberikan mahkota kehidupan
bagi semua mereka yang menang. Haleluya!
Comments