Perbedaan antara agamawi dan rohani – Zac Poonen
Kita akan mempelajari sekarang perbedaan
antara menjadi agamawi dan menjadi rohani. Mungkin anda tidak memikirkan tentang
hal ini, tapi perbedaan antara agamawi dan rohani sangatlah penting untuk kita
mengerti. Kita membaca dalam firman Allah di 2 Timotius 3:1,5, bahwa “di
hari-hari terakhir akan banyak orang yang secara lahiriah mereka menjalankan
ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya.” Sama
seperti seseorang yang ingin meracuni orang lain, orang itu tidak akan memberikan segelas penuh racun
tapi mungkin akan memberikan segelas penuh susu dengan tiga tetes racun di
dalam susu tersebut yang cukup untuk membunuh orang yang di ingin di racuninya.
Adalah hal yang sama, saat setan ingin menyesatkan orang, dia tidak akan
menyesatkan orang tersebut dengan memberikan kepadanya sesuatu yang jelas-jelas
salah. Dia tidak akan berkhotbah tentang dosa dan ketidakbenaran. Alkitab berkata
dalam 2 Korintus 11:14-15 “setan datang seperti malaikat terang. Setan datang
dalam banyak bentuk. Dia datang seperti seekor singa , seekor naga, seekor ular; dan saat dia datang dalam bentuk
ini, dia mungkin dapat menakut-nakuti kita tapi dia tidak dapat menipu kita.
Anda tidak akan terkejut saat anda melihat seekor singa atau seekor naga dengan
apa yang menjadi tujuan mereka, tapi anda bisa tertipu saat anda melihat setan
seperti malaikat terang dan saat pelayannya adalah pelayan-pelayan kebenaran.
Dan begitu juga dengan setan, dalam rangka
mencapai tujuannya untuk membuat orang tersesat sehingga tidak mengikuti Allah
yang benar dan kebenaran-Nya, setan telah begitu banyak menciptakan agama dan
juga menciptakan berbagai macam versi kekristenan yang mana berbeda dari apa
yang kita baca di kitab suci. Kita suka menggunakan ekspresi “Kristen kebanyakan” yang artinya
mereka yang lahir dalam sebuah keluarga kristen, apapun denominasi gereja mereka;
tapi yang tidak mempunyai iman secara pribadi di dalam Yesus Kristus dan banyak
dari mereka ini yang secara lahiriah menjalankan ibadah mereka. Dan bahkan
mereka yang telah menerima Kristus sebagai Juruselamat mereka, jika mereka
tidak dapat membedakan antara yang agamawi dan rohani, adalah mungkin mereka
akan semakin menjadi agamawi dan bukan menjadi lebih rohani. Agamawi adalah
sebuah hal buatan manusia, sementara rohani adalah sesuatu yang ilahi, karena
itu berasal dari sorga. Hukum perjanjian lama misalnya, tidak dapat membuat
seseorang menjadi rohani. Ada beberapa orang di dalam perjanjian lama yang
hidupnya melampaui standar hukum perjanjian lama; orang-orang seperti Musa,
Elia, Yohanes Pembaptis yang mana mereka menjadi memiliki pikiran rohani dan mengetahui
hati Allah. Tapi hukum perjanjian lama tersebut tidak dapat membuat seseorang
menjadi rohani karena hukum meminta kita untuk menyesuaikan diri kepada
standar-standar eksternal tertentu. Jika anda melakukan sepuluh hukum taurat,
dengan kata lain anda tidak mempunyai allah lain, anda tidak menyembah berhala,
anda tidak menyebut nama Tuhan dengan sembarangan, anda mengingat dan
menguduskan hari sabat, anda menghormati ayah dan ibu anda, anda tidak
melakukan perzinahan, tidak mencuri, tidak membunuh, tidak mengucapkan saksi
dusta atau tidak mengingini milik sesama anda, maka anda baik-baik saja. Secara
eksternal hukum taurat tidak menemukan kesalahan pada diri anda dan jika anda
mentaati semua hukum taurat yang diberikan, anda akan di anggap seseorang yang
sangat baik, seorang Yahudi yang luar biasa di Israel tapi anda tidak rohani.
Sekarang hal yang sama dapat terjadi sekarang,
seseorang dapat mengikuti ibadah di gereja secara teratur. Dia dapat memenuhi
tuntutan eksternal dari denominasi gereja tertentu dan memiliki reputasi yang
baik, bahkan dapat menjadi pengurus di gereja atau seorang penatua di gereja
tapi tidak rohani sama dia mungkin hanya agamawi. Dan dia hanya akan sama saja
seperti orang-orang Farisi di zaman Yesus, yang memenuhi penuntutan hukum
taurat secara eksternal di mata orang-orang tapi hati mereka tidak menyembah
Yesus. Mereka tidaklah rohani. Mereka tidak memiliki penyembahan kepada Allah.
Mereka tidak mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, kekuatan dan akal budi.
Mereka mencintai uang, saat kita baca di dalam Lukas 16. Itu hanyalah satu
contoh, orang yang agamawi dapat berdoa, membaca alkitab setiap hari, hadir
dalam setiap ibadah doa dan puasa, mereka mungkin akan memberikan persepuluhan tapi
bersamaan dengan itu mereka juga mencari hormat dari manusia, hidup bagi diri
mereka sendiri; mencintai uang, senang pada gosip dll. Dan mereka melihat tidak
ada sebuah kontradiksi antara dua aspek kehidupan mereka. Yang pertama, yang
mana adalah aspek agamawi kehidupan mereka, dimana mereka berdoa, membaca
alkitab, ikut kebaktian, berkhotbah, memberi dan menghadiri semua ibadah doa
dan di sisi yang lain mereka bergosip, memfitnah, mencintai uang dan dengan
egois mencari keuntungan mereka sendiri. Yang mana terlihat tidak ada sebuah
hubungan di antara kedua sisi tersebut. Di satu sisi adalah sebuah bentuk ibadah
lahiriah tapi secara batiniah, kuasa yang mampu melepaskan seseorang dari
sebuah kehidupan yang mementingkan diri sendiri dan membuat dia menjadi sungguh
saleh tidak ada. Ini adalah beberapa contoh. Salah satu contoh, jika anda lebih
tertarik pada pendapat manusia, dengan apa yang orang pikirkan tentang anda
lebih daripada apa yang Allah pikirkan tentang anda, kemungkinannya kawan, anda
hanya seorang agamawi. Adalah baik kita menghadapi kenyataan ini. Kita tidak menghina
seorangpun tapi saat kita mengekspos kehidupan kita dengan di scan oleh firman
Allah, firman Allah menunjukan kepada kita bahwa kekristenan kita hanyalah
kekristenan yang dangkal. Adalah baik untuk menghadapi kenyataan itu. adalah
lebih baik untuk mengenali hal itu sekarang daripada nanti saat Kristus datang
kembali dan kita berdiri di hadapan Dia, saat itu sudah terlambat. Jika tahu
bahwa sekarang kita hanyalah seorang agamawi dan tidak rohani, kita dapat
melakukan sesuatu tentang hal itu.
Seorang manusia rohani lebih tertarik kepada
pendapat Allah atas kehidupannya lebih daripada pendapat semua orang atas
kehidupannya. Seorang manusia rohani lebih tertarik menghidupi sebuah kehidupan
rohani dibandingkan menghadiri kebaktian-kebaktian di gereja. Kehadirannya
dalam kebaktian hanyalah menolong dia untuk menghidupi sebuah kehidupan yang
saleh karena kehidupan yang saleh lebih penting daripada menghadiri sebuah
kebaktian di gereja. Cara seseorang memperlakukan istri dan anak-anaknya di
rumah lebih penting bagi seorang manusia yang rohani daripada apakah dia
berkhotbah atau tidak di kebaktian
minggu pagi di gereja. Dan dari hal itulah anda dapat menilai diri anda. Jika
anda sangat berhati-hati mempersiapkan khotbah anda untuk hari minggu tapi tidak
berhati-hati saat anda berbicara kepada istri anda di rumah, kemungkinan anda
hanyalah seorang agamawi, bukan seorang yang rohani. Ada begitu banyak
perbedaan, orang agamawi adalah orang-orang yang secara lahiriah menjalankan ibadah
mereka, yang mendapatkan reputasi bahwa mereka adalah orang kudus tapi
sebenarnya tidaklah rohani. Jika seseorang puas kalau dia telah berpuasa,
berdoa dan memberikan perpuluhan, tapi dia tidak sungguh-sungguh berusaha agar
dia dapat menguasai lidahnya dalam berbicara sepanjang hari dan dia tidak
terganggu dengan kenyataan kalau dia mencintai uang maka dia adalah seorang
yang agamawi. Seseorang dapat tertarik kepada penginjilan, menjangkau
orang-orang yang terhilang, yang mana itu adalah hal yang sangat baik dan
sangat diperlukan tapi jika bersamaan dengan itu dia tidak tertarik dengan pengudusan
pribadi, dia hanyalah seorang agamawi. Seorang manusia rohani akan tertarik
kepada kedua sisi tersebut; bukan hanya bentuk eksternalnya.
Banyak dari kegiatan ini dimana orang terlibat
adalah sangat baik sekali, tapi ini adalah sebuah pertanyaan mengenai
prioritas. Prioritas adalah apa yang membuat seseorang menjadi rohani. Anda
lihat seorang manusia agamawi hanya tertarik pada firman yang tertulis, hukum
yang tertulis. 2 Korintus 3 berkata “Hukum yang tertulis mematikan” anda tahu
maksudnya adalah anda memandang firman Tuhan hanya sesuai dengan hukum yang
tertulis, tanpa pengertian roh yang terdapat di dalamnya. Hal itu tidak akan
membawa anda kepada kehidupan, tapi akan mematikan anda. Pernahkah anda
berpikir tentang hal itu? di katakan dalam 2 Korintus “hukum yang tertulis mematikan,
tetapi Roh menghidupkan” jika kita dapat mengerti hal tersebut, seluruh bagian
pasal itu khususnya ayat 6 pada Paulus berkata “Ialah membuat kami juga sanggup
menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari
hukum yang tertulis tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan,
tetapi Roh menghidupkan”. Anda ingat pernah suatu kali Yesus berkata, kamu
harus makan daging Anak Manusia dan
minum darah-Nya, dan banyak orang tidak terima seperti yang kita baca dalam
Yohanes pasal 6. Mereka berpikir Yesus mengajarkan kanibalisme dan mereka
begitu tidak terima sehingga mereka pergi meninggalkan Yesus dan tidak pernah
berjalan bersama-Nya lagi. Yesus mengatakan satu perkataan terakhir kepada
mereka sebelum mereka pergi. Dia berkata di dalam Yohanes 6:63 Perkataan-perkataan
yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Dan jadi apa yang Yesus katakan
adalah sesuatu hal yang rohani.
Anda dapat membaca firman Tuhan, mentaati
hukum yang tertulis dengan sedetail-detailnya dan bisa jadi pada akhirnya anda
hanya menjadi seseorang yang agamawi. Diperlukan lebih dari sekedar mentaati
hukum yang tertulis. Memerlukan sebuah sikap yang serius terhadap Allah,
terhadap firman-Nya agar seseorang bisa menjadi rohani. Tujuan dalam hidup kita
seharusnya adalah menjadi rohani, seorang yang agamawi hanya seperti
orang-orang Farisi di zaman dahulu, lebih tertarik untuk membenarkan diri mereka
sendiri di hadapan orang lain dan membuktikan kepada orang lain kalau mereka
berdiri untuk kebenaran dan apa yang mereka lakukan adalah benar. Seseorang
yang rohani samasekali tidak terganggu tentang apa yang orang lain pikirkan
tentang dirinya, Yesus selama Dia hidup di bumi ini tidak pernah bertanya-tanya
tentang apa yang orang lain pikirkan tentang Diri-Nya, Dia hidup hanya untuk
menyenangkan Bapa-Nya. Dan seseorang yang rohani hanya peduli kepada apa
pendapat Allah. Seseorang yang agamawi dapat merenungkan bertahun-tahun pujian
orang lain bagi dirinya. Seseorang yang rohani tetapi menolak untuk menerima
kesaksian dari manusia. Mereka tahu bahwa orang lain tidak tahu kebusukan yang
ada di hatinya dan mereka tahu bahwa pujian manusia tidak ada artinya apapun dan
dengan demikian mereka hidup bagi pendapat Allah, mereka hidup untuk
menyenangkan Dia. Dan jika tujuan di dalam hidup kita adalah untuk menyenangkan
Allah, maka hal itu tidaklah mudah; kita harus berjuang untuk menghadapi sebuah
peperangan untuk berkata, “Tuhan, saya tidak ingin menyenangkan musuhku, saya
ingin menyenangkan-Mu” Dan jika bertekad bahwa itu adalah tujuan kita maka kita
akan mendapati Roh Allah akan menunjukan kepada kita cara bagaimana menjadi
rohani dan kita tidak hanya memiliki ibadah lahiriah secara eksternal tapi juga
memiliki kuasa untuk memiliki kehidupan batiniah juga.
Comments