Bagaimana sebuah gerakan rohani mengalami kemerosotan - Zac Poonen



Tolonglah kiranya, TUHAN, sebab orang saleh telah habis, telah lenyap orang-orang yang setia dari antara anak-anak manusia. (Mazmur 12:1)

Peristiwa seperti keadaan ayat di atas menggambarkan dengan tepat kekristenan sekarang ini. Kita menemukan sekarang ini bahkan orang-orang kristen yang dahulu pernah mengejar kekudusan mulai mengikuti penyesatan, penipuan dan dusta – untuk melayani kepentingan diri mereka sendiri.

Ketulusan adalah apa yang Allah cari dari kita semuanya. Kita mungkin mempunyai seribu satu kesalahan dan membuat sejumlah kesalahan. Tapi jika kita tulus, Allah dapat melakukan mujizat dalam hidup kita.

Di Matius 16:3 Yesus menegor orang Farisi dengan berkata kepada mereka: “Hari buruk. Rupa langit kamu tahu membedakannya tetapi tanda-tanda zaman tidak.”

Jika kita tidak dapat membaca tanda-tanda zaman di mana kita hidup sekarang, Yesus juga akan menegor kita tepat seperti yang Dia lakukan pada orang Farisi.

Saat orang-orang tahu mengenai alkitab tapi tidak mengenal Allah, mereka dapat dengan mudah disesatkan – semua bidat kristen di dunia menggunakan alkitab sebagai acuan mereka dan mereka menggunakan beberapa ayat tertentu di alkitab untuk mempromosikan pengajaran khusus mereka. Ini adalah sebabnya begitu banyak bidat menjamur di seluruh dunia pada abad ini dan mereka beragam bentuknya dan di terima oleh banyak orang. Bahkan orang-orang kristen sedang disesatkan dan kehilangan keselamatan mereka.

Di dalam perjanjian baru, Allah ingin setiap anak-anak-Nya mengenal Dia secara pribadi (Ibrani 8:11), tidak seperti di perjanjian lama, dimana hanya nabi (yang jarang muncul) yang dapat mengenal Allah secara pribadi. Kenyataannya, anak-anak Allah di perjanjian baru dapat mengenal Allah lebih baik dan dengan cara yang lebih pribadi dibandingkan nabi terbesar di perjanjian lama. Yesus dengan tegas mengatakan demikian (Matius 11:11)

Ada beberapa orang kristen yang memiliki sebuah passion untuk mengenal Allah. tapi kebanyakan orang kristen lebih tertarik untuk menambah pengetahuan alkitab mereka dan memiliki pengalaman-pengalaman emosional yang spektakuler. Semuanya ini sebuah indikasi bahwa kita telah tiba di menit paling akhir dari jam terakhir dari hari-hari akhir yang mana Paulus mengatakan hari itu “akan sulit untuk menjadi kristen” (2 Timotius 3:1 Living Bible)

Akan sulit untuk menjadi seorang kristen di hari-hari akhir, bukan karena penganiayaan atau oposisi, tapi karena akan banyak orang “Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya” (2 Timotius 3:5). Dengan kata lain mereka akan memiliki cukup kebenaran akan pola dan pengajaran kebenaran perjanjian baru tapi tidak tertarik untuk melakukan pengabdian secara pribadi kepada Kristus atau melakukan kesalehan.

Kebanyakan dari kita yang meninggalkan denominasi gereja kita yang mati dahulu, kita pergi karena kita mencari realitas spiritual. Kita mungkin memulai pencarian kita dengan sungguh-sungguh. Tapi setan sangat pintar untuk membuat orang kristen melakukan penyimpangan kepada sesuatu yang berbau bidat, seperti Farisi pada waktu zaman Yesus. Sejarah Israel secara panjang lebar diberikan kepada kita dalam perjanjian lama untuk mengajarkan kepada kita pelajaran-pelajaran yang penting. Seorang yang bijaksana akan belajar dari kitab suci, bagaimana orang kudus dahulu menyenangkan Allah dan bagaimana banyak orang mengecewakan Allah.

Di Yeremia 3:14,15  Tuhan berjanji “Aku akan mengambil kamu, seorang dari setiap kota dan dua orang dari setiap keluarga, dan akan membawa kamu ke Sion. Aku akan mengangkat bagimu gembala-gembala yang sesuai dengan hati-Ku; mereka akan menggembalakan kamu dengan pengetahuan dan pengertian.”

“Sion” merepresentasikan gereja yang sejati dari Allah yang hidup. Allah membawa seorang dari setiap kota dan dua orang dari setiap keluarga ke Sion-Nya. Dan saat kita tiba pada Sion ini – gereja yang Allah bangun – Dia menjanjikan kepada kita di sana “gembala yang sesuai dengan hati-Nya” yang akan menggembalakan kita dengan pengetahuan tentang Diri-Nya (bukan hanya sekedar pengetahuan alkitab) dan pengertian tentang jalan-Nya (bukan hanya sebuah pengertian tentang doktrin/pengajaran).”

Salah satu identifikasi yang terutama dari gereja yang sejati adalah ini: memiliki gembala yang mengerti hati Tuhan.

Allah adalah kasih – karakteristik utama dari kasih adalah tidak mencari kepentingannya sendiri. jadi gembala yang mengerti hati Tuhan adalah mereka yang tidak mencari kepentingannya sendiri. Gembala-gembala seperti itu tidak akan mengejar uang seseorang atau mencari kehormatan. Mereka tidak akan menyenangkan manusia atau mengimpresi mereka. Sebaliknya mereka akan membangun orang-orang kristen agar dapat “dipersembahkan secara sempurna kepada Kristus” (Kolose 1:28) Dimanapun Allah dapat menemukan seseorang dengan kerinduan seperti itu di sebuah kota atau sebuah desa di dunia ini – Dia akan membangun gereja-Nya. Di sisi lain, kita telah melihat banyak kasus dimana orang kristen meninggalkan denominasi-denominasi gereja arus utama untuk mengikuti “pola gereja perjanjian baru”, dimana doktrin mereka semuanya benar, tapi mereka mencintai uang dan mencari kepentingannya sendiri dan siapa yang dapat membayangkan kalau mereka membangun tubuh Kristus. Kebingungan dan kekacauan selalu adalah akibat dari pekerjaan mereka dan apa yang akhirnya mereka bangun melalui pekerjaan mereka adalah selalu Babel.

Hanya saat dimana Allah dapat menemukan seseorang yang tidak mencari kepentingannya sendiri, saat itulah Allah dapat membangun gereja-Nya yang sejati. Satu orang seperti itu, yang memiliki hati Allah bagi umat Allah, jauh lebih bernilai daripada seribu orang yang mencari kepentingannya sendiri.

Untuk menjadi seorang gembala yang mengerti hati Tuhan harganya adalah pengorbanan, ketidaknyamanan dan penderitaan. Itu artinya juga akan bersedia menderita untuk di salah mengerti, mendapatkan oposisi, di cemooh dan menerima dengan gembira kalau di fitnah. Dan jika seorang gembala seperti itu cukup diberkati untuk memiliki seorang istri yang tidak mencari kepentingannya sendiri, sehingga rumah mereka bisa terbuka untuk Tuhan untuk melakukan apa yang Dia inginkan, maka akan tidak ada batas dari apa yang Allah bisa lakukan melalui kehidupan mereka.

Saya tidak sedang berbicara tentang mengumpulkan banyak orang. Bilangan (angka) bukanlah sebuah tanda dari berkat Allah. Banyak bidat yang terkenal yang mengumpulkan banyak orang lebih dari siapapun juga. Tapi itu tidak membuktikan apapun. Saya sedang berbicara tentang kualitas – pembangunan tubuh Kristus, dimana setiap anggota individu memiliki pengetahuan pribadi tentang Allah. Tanpa itu kelompok kristen apapun akan menjadi sebuah tempat dimana satu orang buta memimpin sejumlah orang buta lainnya ke dalam lobang. Semua ibadah doa mereka akan ada di lobang, ibadah bible study mereka akan berada di lobang dan seminar-seminar kristen mereka akan di lobang juga.

Dalam zaman Yesus, Dia  melihat orang banyak itu, seperti domba yang tidak bergembala. Adalah sama keadaannya seperti hari ini.

Kebutuhan terbesar dimana-mana saat ini adalah gembala-gembala yang mengerti hati Tuhan. Saya tidak berbicara di sini hanya tentang menjadi seorang penatua di sebuah gereja. Tidak. Sebuah gereja yang besar membutuhkan banyak gembala – orang-orang yang memiliki hati yang mempedulikan umat Allah. Orang-orang seperti itu mungkin sama sekali tidak menjadi penatua tapi mereka akan menggembalakan domba – melayani mereka dengan gembira.

Sebagaimana yang telah katakan sebelumnya, sejarah Israel secara panjang lebar diberikan kepada kita untuk menunjukan kepada kita contoh-contoh yang baik dalam sejarah mereka yang bisa kita ikuti dan kesalahan-kesalahan yang dibuat yang harus kita hindari.

Ada dua titik permulaan yang signifikan di dalam sejarah Israel sebagai sebuah bangsa:

Pertama, saat mereka memulai sebagai sebuah bangsa di Kanaan, dibawah kepemimpinan Yosua

Kedua, saat mereka memiliki sebuah awal yang baik di bawah kepemimpinan raja Daud, setelah sebelumnya berabad-abad bangsa Israel murtad.

Marilah kita memperhatikan kedua hal ini.

Yosua adalah seorang pria saleh yang memimpin Israel dengan baik. Dia memutuskan untuk mengikuti Tuhan dengan seluruh keluarganya, sekalipun jika seluruh sisa Israel memutuskan untuk meninggalkan  Tuhan (Yosua 24:15).

Hanya seseorang seperti itu, seseorang yang bersedia berdiri sendirian jika diperlukan, dapat memberikan kepemimpinan yang saleh kepada gereja apapun sekarang ini. Sewaktu Yosua hidup, Israel bergerak dari kemenangan kepada kemenangan lainnya.

Tapi kemudian Yosua mati.

Dan kita dapat melihat apa yang terjadi setelah Yosua mati, seseorang yang telah Allah bangkitkan dalam sebuah waktu tertentu untuk tujuan tertentu di sebuah bangsa tertentu untuk menyelesaikan tugasnya di dunia ini dan menyerahkan kepemimpinannya kepada yang lain. Tua-tua teman Yosua mengambil alih kepemimpinan Israel (Yosua 24:31) Tua-tua ini berasal dari generasi setelah Yosua. Yosua mati saat dia berusia 110 tahun dan pemimpin-pemimpin yang baru ini memiliki usia sekitar 60 – 70 tahun – generasi Yosua (kecuali Kaleb) semua mati semasa Israel mengembara di padang gurun selama 40 tahun.

Semasa ini – saat generasi kedua memimpin – semuanya tidak sebaik sebagaimana sewaktu Yosua memimpin. Kita membaca di Hakim-Hakim 1 bahwa sewaktu periode ini, hanya ada sedikit kemenangan (ayat 1-21), tapi banyak kekalahan juga (ayat 22-36). Sebuah pemerosotan perlahan-lahan mulai terjadi

Generasi kedua tidak memiliki daya di dalam diri mereka, tapi mereka bertahan pada momentum yang mereka terima dari kepemimpinan Yosua di generasi sebelumnya.

Seperti sebuah gerbong kereta yang di gerakan oleh sebuah mesin, generasi kedua bergerak sangat cepat pada awalnya tapi secara perlahan menjadi pelan dan akhirnya tiba-tiba berhenti!

Pada saat kita membaca Hakim-Hakim 2:11, semuanya menjadi sangat buruk. Israel sekarang melakukan apa yang jahat di hadapan Tuhan.

Sekalipun kita melihat suatu awal yang baik dalam sebuah generasi, perlahan-lahan menjadi jahat pada generasi yang ketiga.

Hal kedua yang terjadi dalam sejarah Israel adalah sewaktu Daud menjadi raja Israel.

Saul adalah raja pertama Israel. Dia memulainya dengan penuh kerendahan hati, tapi kemudian menjadi sangat murtad sehingga Allah mengambil urapan dari hidup Saul. Kehidupan Saul adalah sebuah gambaran dari beberapa gerakan rohani yang merosot pada generasi pertama dan banyak yang seperti itu juga dalam kekristenan!

Allah berkata kepada Saul melalui Samuel bahwa Dia sekarang akan memberikan kerajaan Israel kepada “seorang yang berkenan di hati-Nya” (1 Samuel 13:14) yaitu Daud. Hal ini membuat Saul sangat iri hati kepada Daud sehingga Saul sangat membenci Daud bahkan sampai mau membunuh Daud.

Mereka yang berada di Israel bagaimana pun mengenali dimana urapan Allah berada, bergabung dengan Daud.  Demikianlah ada sekelompok kecil orang yang bersama Daud. Tapi mereka di kejar, di aniaya dan di buru oleh Saul dimanapun mereka dan mereka harus melarikan diri untuk menyelamatkan diri mereka. Tapi Allah bersama sekelompok kecil orang tersebut.

Namun demikian Saul terus tetap menjadi raja Israel untuk bertahun-tahun lamanya – sama seperti “pemimpin-pemimpin: kristen yang berkuasa atas jemaat mereka sekarang ini, meskipun mereka telah kehilangan urapan Allah dari hidup mereka sejak lama. Tapi Saul masih memiliki pengikut yaitu mereka yang menjilatnya – sama seperti banyak “pemimpin-pemimpin” kristen memiliki pengikut di kelompok mereka. Tapi sebuah pengikutan seperti itu tidak memilki arti apapun. Banyak denominasi gereja yang mati dan bahkan para pemimpin agama kafir memiliki banyak pengikut. Tapi Allah tidak bersama mereka. pertanyaan penting yang perlu selalu kita tanyakan kepada diri kita adalah ini: “Apakah anugerah dan urapan Allah ada atas diri saya saat ini?”

Sejarah gereja selalu membuktikan lagi dan lagi bahwa Allah selalu melakukan pekerjaan-Nya yang terbesar dalam setiap generasi melalui sebuah minoritas kecil dari umat-Nya yang hidup sepenuh hati bagi-Nya. Seperti pada zamannya Gideon, kemenangan di peperangan melawan setan selalu di menangkan oleh sebuah kelompok kecil yang terdiri dari beberapa murid yang hidup sepenuh hati bagi Allah. (Hakim-Hakim 7)

Sebuah kelompok seperti itu (sebagaimana halnya dalam kelompok Daud) selalu di benci, di salah mengerti dan di aniaya oleh mereka “berkuasa” dalam kekristenan atau gereja, mereka yang tidak memiliki pengertian tentang apa yang sedang Allah lakukan dalam generasi mereka. Tapi Allah memelihara Daud dan kelompok kecilnya. Dan alkitab mencatat bahwa “Sebab Daud melakukan kehendak Allah pada zamannya lalu ia mangkat” (Kis 13:36). Meskipun Daud melakukan kesalahan-kesalahan, namun Daud adalah orang yang berkenan di hati Allah dan memberikan kepemimpinan yang saleh atas Israel semasa pemerintahannya. Dia tidak sempurna, tapi dia cepat untuk merendahkan dirinya dan bertobat saat seorang nabi biasa datang kepadanya dan menegor dia akan dosanya (2 Samuel 12)

Tapi terlepas dari semua pengabdian Daud kepada Tuhan, kerendahan hatinya dan urapan Allah atas hidupnya, dia hanya dapat melayani tujuan Allah pada generasinya.

Setelah kematiannya, semuanya mulai merosot dengan cepat. Salomo anaknya, memulai dengan baik (1 Raja-Raja 3:3,5 10-14). Kitab Amsal memperlihatkan kepada kita bagaimana bijaksananya Salomo saat dia memulai. Amsal mungkin kitab terbaik di seluruh perjanjian lama. Seperti kitab perjanjian baru di tengah perjanjian lama dan Salomo yang menulisnya!

Tetapi Salomo murtad dengan sangat cepat dan dengan sangat buruk – dan berakhir dengan malapetaka. Awalnya dia bergerak maju pada momentum yang dia terima dari ayahnya yang saleh. Tapi dia tidak memiliki passion yang cukup akan Allah, untuk terus mengikut arah yang sama seperti yang dilakukan Daud ayahnya. Dia disesatkan oleh kekayaan dan perempuan (1 Raja-Raja 10: 23; 11: 1- 9) – sama seperti para pengkhotbah kristen di generasi kita.

Setelah Salomo mati, anaknya Rehabeam (generasi ketiga) mengambil alih. Kemudian segala sesuatunya menjadi sangat buruk. Generasi yang lebih muda bergabung dengan Rehabeam dan mengambil alih kepemimpinan Israel dan Rehabeam mengabaikan nasihat yang bijak yang diberikan oleh para tua-tua (1 Raja-Raja 12: 6- 15). Hal ini membawa kekacauan bagi Israel dan kerajaan Israel terpecah menjadi dua. Semua yang dapat Rehabeam banggakan sekarang adalah Daud adalah kakeknya, tapi dia tidak memiliki roh yang sama seperti Daud.

Kita menemukan pengulangan yang sama dari proses degeneratif ini dalam banyak gerakan dimana gerakan itu pertama kali di pimpin oleh orang-orang kristen yang saleh dalam 20 abad terakhir.

Di dalam sejarah kekristenan, kita melihat bahwa setiap reformator saleh yang di utus Allah untuk membawa kekristenan kembali kepada-Nya hanya dapat melayani tujuan Allah di generasinya. Di dalam setiap kasus, setelah reformator mati, pengikut reformator di generasi berikutnya lebih menekankan pada doktrin / pengajaran yang di ajarkan pemimpin mereka di bandingkan tentang kehidupan yang dimiliki pemimpin mereka. Menjalani ibadah secara lahiriah menjadi segalanya, tapi menyangkali kuasanya. Dengan demikian mereka sedang menuju kemerosotan dan kehancuran.

Pada saat itu gerakan-gerakan seperti itu telah mencapai generasi yang ketiga, kerusakan dan kehancuran di dalam kelompok tersebut menjadi total. Kelompok tersebut kemudian tidak menghasilkan apapun yang berupa kesalehan dan sesuatu yang rohani yang dapat di jumpai pada waktu pendiri kelompok mereka masih memimpin. Mereka menyerukan doktrin yang sama seperti yang di ajarkan pendiri gerakannya dan mereka memuji namanya – tapi mereka membangun Babel. Sebuah kelompok dapat memulai sebagai sebuah gerakan rohani, tapi tetap bisa berakhir dengan sesuatu yang jiwani dan duniawi – dan bahkan satanik.

Sebuah gerakan yang di mulai oleh seorang manusia Allah dapat mudah berakhir menjadi sebuah bidat. Cerita kemerosotan yang sama yang kita lihat dalam sejarah Daud, Salomo dan Rehebeam selalu terulang lagi dan lagi dalam kekristenan. Hanya pelajari secara sungguh-sungguh setiap gerakan yang di mulai dengan Allah, yang saat ini ada dalam generasi kedua atau ketiga – dan anda akan melihat dengan mata anda sendiri kebenaran yang baru saja saya katakan.

Mengapa hal ini terjadi? Jawabannya sederhana. Karena setiap orang kristen lebih sibuk dengan hukum yang tertulis daripada Pribadi Yesus Kristus. Saat pengajaran apapun lebih penting daripada pengabdian secara pribadi kepada Kristus, maka kehancuran, membenarkan diri sendiri dan Farisiisme adalah selalu menjadi hasilnya. Kita telah melihat sejumlah contoh bahkan bagaimana pengajaran “Pikul salib” telah di putar-balikan menjadi hanya kata-kata biasa, tanpa kehidupan Yesus dimanifestasikan oleh mereka yang berkhotbah. Semuanya ini harusnya menjadi sebuah peringatan serius bagi kita.

Pertimbangkanlah sejarah gereja Efesus

Paulus tinggal di sana selama tiga tahun, berkhotbah siang dan malam (Kis 20:31). Itu artinya orang kristen di Efesus mendengarkan ratusan khotbah yang keluar dari mulut Paulus. Mereka telah melihat mujizat-mujizat yang luar biasa di kerjakan oleh Allah di tengah-tengah mereka (Kis 19:11). Dari anatara mereka firman Allah telah menyebar ke seluruh penjuru Asia Kecil di waktu itu hanya dalam sebuah periode yang singkat, selama dua tahun. Mereka mengalami kebangunan rohani (Kis 19: 10, 19). Mereka merupakan gereja yang paling istimewa dari semua gereja-gereja pada zaman para rasul masih hidup (Kita dapat tahu hal itu dari surat Paulus kepada jemaat di Efesus, dimana dia tidak mengkoreksi mereka, seperti yang dia tulis dalam suratnya kepada gereja yang lain).

Tapi saat Paulus meninggalkan Efesus, dia memperingatkan para penatua di sana bahwa di generasi selanjutnya gereja di Efesus akan bertambah buruk, di bawah para pemimpin gereja yang baru. Dia mengatakan kepada mereka serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah mereka dan dari antara mereka sendiri akan kan muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik murid-murid kepada diri mereka daripada menarik murid-murid kepada Tuhan (Kis 20: 29, 30).

Selama Paulus ada di sana, tidak ada serigala yang berani masuk ke jemaat di Efesus. Paulus merupakan penunggu pintu yang baik (Markus 13:34) yang memiliki otoritas rohani dari Tuhan karena dia di urapi, karena dia takut akan Allah dan karena dia mencari kepentingan Allah bukan kepentingannya sendiri. Tapi dia juga cukup memiliki  karunia rohani untuk membedakan, untuk mengetahui kondisi rohani para penatua di Efesus buruk – dan jadi dia tahu hal-hal akan memburuk sewaktu mereka mengambil alih kepemimpinan gereja. Paulus tidak memberikan kepada para penatua itu sebuah nubuatan dari apa yang akan segera terjadi di gereja Efesus. Tidak, itu hanya sebuah peringatan. Itu tidak harus terjadi seperti yang dia prediksikan – jika para penatua itu menguji diri mereka sendiri dan bertobat. Yunus pernah bernubuat tentang kehancuran Niniweh. Tapi itu tidak terjadi seperti yang telah dia prediksikan, karena orang-orang di Niwiweh bertobat. Gereja di Efesus juga dapat menghindari dari apa yang telah Paulus prediksikan. Tapi sayang, para penatua generasi baru di Efesus tidak pernah menanggapi secara serius peringatan Paulus dan menjauh dari  Tuhan.

Pada akhir abad pertama, generasi ketiga menguasai gereja. Dan segala sesuatunya menjadi benar-benar buruk. Doktrin mereka masih benar dan mereka bersemangat dalam aktifitas kristen. Mereka mungkin masih menjalan ibadah doa semalam suntuk dan ibadah-ibadah mereka yang khusus lainnya. Tapi keadaan rohani mereka begitu buruk sehingga Tuhan akan memindahkan kaki dian dari mereka. Apa kejahatan mereka? mereka kehilangan pengabdian mereka kepada Tuhan (Wah 2: 4,5)

Mengajarkan apa sejarah gereja Efesus kepada kita? Hanya ini – tidak ada pengajaran yang sama pentingnya seperti pengabdian kepada Tuhan itu sendiri. Hanya ada satu tanda kerohanian yang sejati – kehidupan Yesus semakin di wujudkan dalam perilaku kita. Hal ini bisa terjadi hanya dengan semakin meningkatnya pengabdian kepada Tuhan itu sendiri. Paulus adalah seorang pria yang saleh – seorang rasul yang sungguh-sungguh dan setia yang hidupnya dipersembahkan kepada Tuhan Yesus sampai akhir kehidupannya. Dan dia memperingatkan orang kristen dimana-mana bahwa setan akan menggunakan segala cara yang memungkinkan orang kristen untuk tidak lagi memiliki pengabdian yang tulus dan murni kepada Tuhan (2 Kor 11:3 FAYH)

Kesalahan di dalam hal pengajaran seperti “baptisan air” dan “baptisan Roh Kudus”, adalah tidak sama bahayanya seperti saat seseorang kehilangan pengabdian pribadinya kepada Kristus. Namun demikian banyak orang kristen tidak menyadari hal ini.

Kita lihat bahwa Paulus hanya bisa melayani tujuan Allah hanya di generasinya sendiri. Mereka yang hidup dengan dia seperti Timotius, menyerap semangatnya dan pengabdiannya kepada Kristus dengan hidup tidak mementingkan diri sendiri (Fil 2:19-21). Namun demikian, Paulus tidak bisa mewariskan kerohaniannya bahkan ke generasi kedua orang kristen di gereja yang dia dirikan.

Kita melihat pola yang sama terulang lagi dalam setiap gerakan yang Allah bangkitkan – dalam setiap generasi, semenjak abad pertama. Allah memiliki sebuah passion untuk memiliki sebuah kesaksian yang murni bagi nama-Nya di setiap sudut dunia ini dalam setiap generasi. Untuk tujuan inilah Dia membangkitkan seorang manusia yang saleh di sebuah negara dalam generasi tertentu, untuk memulihkan gereja di negara tersebut, dan mengkhotbahkan kebenaran yang para rasul khotbahkan dan kemudian memimpin orang-orang untuk memiliki sebuah kehidupan yang saleh. Sebuah gerakan yang secara bertahap di mulai dari sekitar orang saleh tersebut dan beberapa orang kristen yang segenap hati hidup bagi Tuhan, mereka yang sudah muak dengan sesuatu bukan realitas dan kekristenan yang munafik di generasi mereka, berkumpul bersama-sama orang saleh tersebut. Dan tidak lama lagi akan ada sebuah kesaksian yang murni bagi Tuhan.

Sebuah kelompok seperti itu selalu kecil pada saat permulaannya dan sangat di benci dan di aniaya oleh gereja-gereja yang lebih tua. Pendirinyalah yang paling di benci. Dan kebencian itu biasanya berasal dari kelompok yang Allah bangkitkan di generasi sebelumnya – karena pemimpin-pemimpin kelompok tersebut tidak menyadari kalau Allah telah meninggalkan mereka, mereka cemburu terhadap kelompok baru tersebut!! setan juga bergabung untuk menyerang kelompok baru ini – dan setan melakukan pekerjaan mendakwanya kebanyakan melalui “orang-orang kristen juga” – khususnya dari kelompok yang lebih lama.

Semua penganiayaan serta rencana-rencana licik manusia dan setan bagaimanapun tidak dapat menggagalkan Allah untuk membuat sebuah kesaksian yang murni bagi nama-Nya di generasi baru yang telah Dia bangkitkan.

Tapi apa yang terjadi setelah pemimpin yang baru ini mati?

Kemudian gerakan ini mulai merosot. Pengabdian secara pribadi kepada Kristus menghilang digantikan dengan penekanan pengajaran yang dikhotbahkan pendirinya. Pengajaran-pengajaran tersebut menjadi lebih penting bagi generasi kedua dibandingkan Pribadi Tuhan itu sendiri. Dan turunlah awan yang menaungi mereka yang memisahkan mereka dan Tuhan – sebagaimana itu terjadi di antara para murid dengan Tuhan di gunung transfigurasi (Mat 17:5)

Tidak ada pengajaran, bagaimanapun penting dan baiknya pengajaran tersebut, dapat menggantikan pengabdian kepada Yesus itu sendiri. Pendirinya mengenal Tuhan. Generasi kedua hanya mengenal pengajaran. Kekacauan terjadi pada saat gerakan tersebut sudah mencapai generasi yang ketiga, lalu ada perpecahan dan perselisihan. Satu hal yang biasa terjadi pada setiap gerakan adalah pada saat gerakan tersebut sudah mencapai generasi yang kedua dan ketiga, gerakan tersebut menjadi kaya dan makmur, dengan para anggotanya yang memiliki banyak uang, rumah, tanah, properti dll. Dan kekayaan biasanya selalu disertai dengan kesombongan, merasa mampu dan puas – karena hanya sedikit orang kristen yang tahu bagaimana menangani kekayaan.

Generasi pertama dari gerakan tersebut biasanya selalu bergumul dengan kemiskinan dan mereka dekat dengan Tuhan. Generasi kedua dan ketiga biasanya dekat kepada dunia dengan segala kekayaan mereka – dan kehilangan kerohanian mereka. Lalu Allah menjauh dari kelompok tersebut, yang mana kemudian kelompok tersebut menjadi bagian dari Babel – dan Kemudian Allah membangkitkan seseorang yang lain dan memulai sebuah pekerjaan baru melalui orang tersebut.

Tapi sayang, cerita yang sama terulang lagi dan lagi – karena tidak seorangpun yang kelihatannya belajar dari kesalahan yang dibuat oleh orang-orang kristen sebelumnya!!

Mereka yang bijak, oleh karenanya akan melihat di sekeliling mereka dimana urapan Allah sekarang berada – di generasi mereka –  bergabung sepenuhnya dengan gereja seperti itu. Mereka tidak akan peduli untuk melihat di mana urapan Allah berada di generasi sebelumnya. Mereka akan melihat dimana Allah bergerak sekarang dan bukan dimana Allah bergerak di generasi-generasi sebelumnya. Alkitab menyatakan kepada kita dengan jelas bahwa kita harus MENGHINDARI mereka yang secara lahiriah beribadah tetapi memungkiri kekuatannya (2 Tim 3:5) dan mencari persekutuan dengan mereka dengan “yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni”.(2 Tim 2:22). Mereka yang memiliki hati yang murni adalah mereka yang mengasihi Tuhan dengan SEGENAP hati mereka. Orang-orang kristen seperti itu di hati mereka tidak ada tempat bagi uang atau properti atau apapun yang berasal dari dunia ini atau bagi diri mereka sendiri, bagi keluarga mereka atau bagi pekerjaan mereka. Mereka mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh dan dengan demikian mereka akan mengasihi anggota keluarga mereka lebih lagi dari sebelumnya. Mereka mengabdi kepada Tuhan dan bukan mengabdi kepada pengajaran apapun. Kita diperintahkan untuk mencari persekutuan dengan orang-orang kristen seperti itu di setiap waktu

Dengan demikian pekerjaan Allah terus berjalan dari generasi ke generasi tanpa pernah gagal – karena semua intrik manusia dan setan tidak dapat menggagalkan tujuan-tujuan Allah. Haleluya!!

Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar.


Comments

Popular posts from this blog

Masih Adakah Pewahyuan Sekarang Ini?

Sebuah Biografi Singkat Mengenai Kehidupan John Wesley

Pengertian Kelahiran Kembali (Regenerasi) dan Efek yang mengikutinya