Bagaimana sebuah gerakan rohani mengalami kemerosotan - Zac Poonen
Tolonglah
kiranya, TUHAN, sebab orang saleh telah habis, telah lenyap orang-orang yang
setia dari antara anak-anak manusia. (Mazmur 12:1)
Peristiwa
seperti keadaan ayat di atas menggambarkan dengan tepat kekristenan sekarang
ini. Kita menemukan sekarang ini bahkan orang-orang kristen yang dahulu pernah
mengejar kekudusan mulai mengikuti penyesatan, penipuan dan dusta – untuk
melayani kepentingan diri mereka sendiri.
Ketulusan
adalah apa yang Allah cari dari kita semuanya. Kita mungkin mempunyai seribu
satu kesalahan dan membuat sejumlah kesalahan. Tapi jika kita tulus, Allah
dapat melakukan mujizat dalam hidup kita.
Di
Matius 16:3 Yesus menegor orang Farisi dengan berkata kepada mereka: “Hari
buruk. Rupa langit kamu tahu membedakannya tetapi tanda-tanda zaman tidak.”
Jika
kita tidak dapat membaca tanda-tanda zaman di mana kita hidup sekarang, Yesus
juga akan menegor kita tepat seperti yang Dia lakukan pada orang Farisi.
Saat
orang-orang tahu mengenai alkitab tapi tidak mengenal Allah, mereka dapat
dengan mudah disesatkan – semua bidat kristen di dunia menggunakan alkitab
sebagai acuan mereka dan mereka menggunakan beberapa ayat tertentu di alkitab
untuk mempromosikan pengajaran khusus mereka. Ini adalah sebabnya begitu banyak
bidat menjamur di seluruh dunia pada abad ini dan mereka beragam bentuknya dan
di terima oleh banyak orang. Bahkan orang-orang kristen sedang disesatkan dan
kehilangan keselamatan mereka.
Di
dalam perjanjian baru, Allah ingin setiap anak-anak-Nya mengenal Dia secara
pribadi (Ibrani 8:11), tidak seperti di perjanjian lama, dimana hanya nabi
(yang jarang muncul) yang dapat mengenal Allah secara pribadi. Kenyataannya,
anak-anak Allah di perjanjian baru dapat mengenal Allah lebih baik dan dengan
cara yang lebih pribadi dibandingkan nabi terbesar di perjanjian lama. Yesus
dengan tegas mengatakan demikian (Matius 11:11)
Ada
beberapa orang kristen yang memiliki sebuah passion untuk mengenal Allah. tapi
kebanyakan orang kristen lebih tertarik untuk menambah pengetahuan alkitab
mereka dan memiliki pengalaman-pengalaman emosional yang spektakuler. Semuanya
ini sebuah indikasi bahwa kita telah tiba di menit paling akhir dari jam
terakhir dari hari-hari akhir yang mana Paulus mengatakan hari itu “akan sulit
untuk menjadi kristen” (2 Timotius 3:1 Living Bible)
Akan
sulit untuk menjadi seorang kristen di hari-hari akhir, bukan karena
penganiayaan atau oposisi, tapi karena akan banyak orang “Secara lahiriah
mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri
kekuatannya” (2 Timotius 3:5). Dengan kata lain mereka akan memiliki cukup
kebenaran akan pola dan pengajaran kebenaran perjanjian baru tapi tidak
tertarik untuk melakukan pengabdian secara pribadi kepada Kristus atau
melakukan kesalehan.
Kebanyakan
dari kita yang meninggalkan denominasi gereja kita yang mati dahulu, kita pergi
karena kita mencari realitas spiritual. Kita mungkin memulai pencarian kita
dengan sungguh-sungguh. Tapi setan sangat pintar untuk membuat orang kristen
melakukan penyimpangan kepada sesuatu yang berbau bidat, seperti Farisi pada
waktu zaman Yesus. Sejarah Israel secara panjang lebar diberikan kepada kita
dalam perjanjian lama untuk mengajarkan kepada kita pelajaran-pelajaran yang
penting. Seorang yang bijaksana akan belajar dari kitab suci, bagaimana orang
kudus dahulu menyenangkan Allah dan bagaimana banyak orang mengecewakan Allah.
Di
Yeremia 3:14,15 Tuhan berjanji “Aku akan
mengambil kamu, seorang dari setiap kota dan dua orang dari setiap keluarga,
dan akan membawa kamu ke Sion. Aku akan mengangkat bagimu gembala-gembala yang
sesuai dengan hati-Ku; mereka akan menggembalakan kamu dengan pengetahuan dan
pengertian.”
“Sion”
merepresentasikan gereja yang sejati dari Allah yang hidup. Allah membawa
seorang dari setiap kota dan dua orang dari setiap keluarga ke Sion-Nya. Dan
saat kita tiba pada Sion ini – gereja yang Allah bangun – Dia menjanjikan
kepada kita di sana “gembala yang sesuai dengan hati-Nya” yang akan
menggembalakan kita dengan pengetahuan tentang Diri-Nya (bukan hanya sekedar
pengetahuan alkitab) dan pengertian tentang jalan-Nya (bukan hanya sebuah
pengertian tentang doktrin/pengajaran).”
Salah
satu identifikasi yang terutama dari gereja yang sejati adalah ini: memiliki
gembala yang mengerti hati Tuhan.
Allah
adalah kasih – karakteristik utama dari kasih adalah tidak mencari
kepentingannya sendiri. jadi gembala yang mengerti hati Tuhan adalah mereka yang
tidak mencari kepentingannya sendiri. Gembala-gembala seperti itu tidak akan
mengejar uang seseorang atau mencari kehormatan. Mereka tidak akan menyenangkan
manusia atau mengimpresi mereka. Sebaliknya mereka akan membangun orang-orang
kristen agar dapat “dipersembahkan secara sempurna kepada Kristus” (Kolose
1:28) Dimanapun Allah dapat menemukan seseorang dengan kerinduan seperti itu di
sebuah kota atau sebuah desa di dunia ini – Dia akan membangun gereja-Nya. Di
sisi lain, kita telah melihat banyak kasus dimana orang kristen meninggalkan
denominasi-denominasi gereja arus utama untuk mengikuti “pola gereja perjanjian
baru”, dimana doktrin mereka semuanya benar, tapi mereka mencintai uang dan
mencari kepentingannya sendiri dan siapa yang dapat membayangkan kalau mereka
membangun tubuh Kristus. Kebingungan dan kekacauan selalu adalah akibat dari
pekerjaan mereka dan apa yang akhirnya mereka bangun melalui pekerjaan mereka
adalah selalu Babel.
Hanya
saat dimana Allah dapat menemukan seseorang yang tidak mencari kepentingannya
sendiri, saat itulah Allah dapat membangun gereja-Nya yang sejati. Satu orang
seperti itu, yang memiliki hati Allah bagi umat Allah, jauh lebih bernilai
daripada seribu orang yang mencari kepentingannya sendiri.
Untuk
menjadi seorang gembala yang mengerti hati Tuhan harganya adalah pengorbanan,
ketidaknyamanan dan penderitaan. Itu artinya juga akan bersedia menderita untuk
di salah mengerti, mendapatkan oposisi, di cemooh dan menerima dengan gembira
kalau di fitnah. Dan jika seorang gembala seperti itu cukup diberkati untuk
memiliki seorang istri yang tidak mencari kepentingannya sendiri, sehingga
rumah mereka bisa terbuka untuk Tuhan untuk melakukan apa yang Dia inginkan,
maka akan tidak ada batas dari apa yang Allah bisa lakukan melalui kehidupan
mereka.
Saya
tidak sedang berbicara tentang mengumpulkan banyak orang. Bilangan (angka)
bukanlah sebuah tanda dari berkat Allah. Banyak bidat yang terkenal yang
mengumpulkan banyak orang lebih dari siapapun juga. Tapi itu tidak membuktikan
apapun. Saya sedang berbicara tentang kualitas – pembangunan tubuh Kristus,
dimana setiap anggota individu memiliki pengetahuan pribadi tentang Allah.
Tanpa itu kelompok kristen apapun akan menjadi sebuah tempat dimana satu orang
buta memimpin sejumlah orang buta lainnya ke dalam lobang. Semua ibadah doa
mereka akan ada di lobang, ibadah bible study mereka akan berada di lobang dan
seminar-seminar kristen mereka akan di lobang juga.
Dalam
zaman Yesus, Dia melihat orang banyak
itu, seperti domba yang tidak bergembala. Adalah sama keadaannya seperti hari
ini.
Kebutuhan
terbesar dimana-mana saat ini adalah gembala-gembala yang mengerti hati Tuhan.
Saya tidak berbicara di sini hanya tentang menjadi seorang penatua di sebuah
gereja. Tidak. Sebuah gereja yang besar membutuhkan banyak gembala –
orang-orang yang memiliki hati yang mempedulikan umat Allah. Orang-orang
seperti itu mungkin sama sekali tidak menjadi penatua tapi mereka akan
menggembalakan domba – melayani mereka dengan gembira.
Sebagaimana
yang telah katakan sebelumnya, sejarah Israel secara panjang lebar diberikan
kepada kita untuk menunjukan kepada kita contoh-contoh yang baik dalam sejarah
mereka yang bisa kita ikuti dan kesalahan-kesalahan yang dibuat yang harus kita
hindari.
Ada
dua titik permulaan yang signifikan di dalam sejarah Israel sebagai sebuah
bangsa:
Pertama,
saat mereka memulai sebagai sebuah bangsa di Kanaan, dibawah kepemimpinan Yosua
Kedua,
saat mereka memiliki sebuah awal yang baik di bawah kepemimpinan raja Daud,
setelah sebelumnya berabad-abad bangsa Israel murtad.
Marilah
kita memperhatikan kedua hal ini.
Yosua
adalah seorang pria saleh yang memimpin Israel dengan baik. Dia memutuskan
untuk mengikuti Tuhan dengan seluruh keluarganya, sekalipun jika seluruh sisa
Israel memutuskan untuk meninggalkan
Tuhan (Yosua 24:15).
Hanya
seseorang seperti itu, seseorang yang bersedia berdiri sendirian jika
diperlukan, dapat memberikan kepemimpinan yang saleh kepada gereja apapun
sekarang ini. Sewaktu Yosua hidup, Israel bergerak dari kemenangan kepada
kemenangan lainnya.
Tapi
kemudian Yosua mati.
Dan
kita dapat melihat apa yang terjadi setelah Yosua mati, seseorang yang telah
Allah bangkitkan dalam sebuah waktu tertentu untuk tujuan tertentu di sebuah
bangsa tertentu untuk menyelesaikan tugasnya di dunia ini dan menyerahkan
kepemimpinannya kepada yang lain. Tua-tua teman Yosua mengambil alih
kepemimpinan Israel (Yosua 24:31) Tua-tua ini berasal dari generasi setelah
Yosua. Yosua mati saat dia berusia 110 tahun dan pemimpin-pemimpin yang baru
ini memiliki usia sekitar 60 – 70 tahun – generasi Yosua (kecuali Kaleb) semua
mati semasa Israel mengembara di padang gurun selama 40 tahun.
Semasa
ini – saat generasi kedua memimpin – semuanya tidak sebaik sebagaimana sewaktu
Yosua memimpin. Kita membaca di Hakim-Hakim 1 bahwa sewaktu periode ini, hanya
ada sedikit kemenangan (ayat 1-21), tapi banyak kekalahan juga (ayat 22-36).
Sebuah pemerosotan perlahan-lahan mulai terjadi
Generasi
kedua tidak memiliki daya di dalam diri mereka, tapi mereka bertahan pada
momentum yang mereka terima dari kepemimpinan Yosua di generasi sebelumnya.
Seperti
sebuah gerbong kereta yang di gerakan oleh sebuah mesin, generasi kedua
bergerak sangat cepat pada awalnya tapi secara perlahan menjadi pelan dan
akhirnya tiba-tiba berhenti!
Pada
saat kita membaca Hakim-Hakim 2:11, semuanya menjadi sangat buruk. Israel
sekarang melakukan apa yang jahat di hadapan Tuhan.
Sekalipun
kita melihat suatu awal yang baik dalam sebuah generasi, perlahan-lahan menjadi
jahat pada generasi yang ketiga.
Hal
kedua yang terjadi dalam sejarah Israel adalah sewaktu Daud menjadi raja
Israel.
Saul
adalah raja pertama Israel. Dia memulainya dengan penuh kerendahan hati, tapi
kemudian menjadi sangat murtad sehingga Allah mengambil urapan dari hidup Saul.
Kehidupan Saul adalah sebuah gambaran dari beberapa gerakan rohani yang merosot
pada generasi pertama dan banyak yang seperti itu juga dalam kekristenan!
Allah
berkata kepada Saul melalui Samuel bahwa Dia sekarang akan memberikan kerajaan
Israel kepada “seorang yang berkenan di hati-Nya” (1 Samuel 13:14) yaitu Daud.
Hal ini membuat Saul sangat iri hati kepada Daud sehingga Saul sangat membenci
Daud bahkan sampai mau membunuh Daud.
Mereka
yang berada di Israel bagaimana pun mengenali dimana urapan Allah berada,
bergabung dengan Daud. Demikianlah ada
sekelompok kecil orang yang bersama Daud. Tapi mereka di kejar, di aniaya dan
di buru oleh Saul dimanapun mereka dan mereka harus melarikan diri untuk
menyelamatkan diri mereka. Tapi Allah bersama sekelompok kecil orang tersebut.
Namun
demikian Saul terus tetap menjadi raja Israel untuk bertahun-tahun lamanya –
sama seperti “pemimpin-pemimpin: kristen yang berkuasa atas jemaat mereka
sekarang ini, meskipun mereka telah kehilangan urapan Allah dari hidup mereka
sejak lama. Tapi Saul masih memiliki pengikut yaitu mereka yang menjilatnya –
sama seperti banyak “pemimpin-pemimpin” kristen memiliki pengikut di kelompok
mereka. Tapi sebuah pengikutan seperti itu tidak memilki arti apapun. Banyak
denominasi gereja yang mati dan bahkan para pemimpin agama kafir memiliki
banyak pengikut. Tapi Allah tidak bersama mereka. pertanyaan penting yang perlu
selalu kita tanyakan kepada diri kita adalah ini: “Apakah anugerah dan urapan
Allah ada atas diri saya saat ini?”
Sejarah
gereja selalu membuktikan lagi dan lagi bahwa Allah selalu melakukan
pekerjaan-Nya yang terbesar dalam setiap generasi melalui sebuah minoritas
kecil dari umat-Nya yang hidup sepenuh hati bagi-Nya. Seperti pada zamannya
Gideon, kemenangan di peperangan melawan setan selalu di menangkan oleh sebuah
kelompok kecil yang terdiri dari beberapa murid yang hidup sepenuh hati bagi
Allah. (Hakim-Hakim 7)
Sebuah
kelompok seperti itu (sebagaimana halnya dalam kelompok Daud) selalu di benci,
di salah mengerti dan di aniaya oleh mereka “berkuasa” dalam kekristenan atau
gereja, mereka yang tidak memiliki pengertian tentang apa yang sedang Allah
lakukan dalam generasi mereka. Tapi Allah memelihara Daud dan kelompok
kecilnya. Dan alkitab mencatat bahwa “Sebab Daud melakukan kehendak Allah pada
zamannya lalu ia mangkat” (Kis 13:36). Meskipun Daud melakukan
kesalahan-kesalahan, namun Daud adalah orang yang berkenan di hati Allah dan
memberikan kepemimpinan yang saleh atas Israel semasa pemerintahannya. Dia
tidak sempurna, tapi dia cepat untuk merendahkan dirinya dan bertobat saat
seorang nabi biasa datang kepadanya dan menegor dia akan dosanya (2 Samuel 12)
Tapi
terlepas dari semua pengabdian Daud kepada Tuhan, kerendahan hatinya dan urapan
Allah atas hidupnya, dia hanya dapat melayani tujuan Allah pada generasinya.
Setelah
kematiannya, semuanya mulai merosot dengan cepat. Salomo anaknya, memulai
dengan baik (1 Raja-Raja 3:3,5 10-14). Kitab Amsal memperlihatkan kepada kita
bagaimana bijaksananya Salomo saat dia memulai. Amsal mungkin kitab terbaik di
seluruh perjanjian lama. Seperti kitab perjanjian baru di tengah perjanjian
lama dan Salomo yang menulisnya!
Tetapi
Salomo murtad dengan sangat cepat dan dengan sangat buruk – dan berakhir dengan
malapetaka. Awalnya dia bergerak maju pada momentum yang dia terima dari
ayahnya yang saleh. Tapi dia tidak memiliki passion yang cukup akan Allah,
untuk terus mengikut arah yang sama seperti yang dilakukan Daud ayahnya. Dia disesatkan
oleh kekayaan dan perempuan (1 Raja-Raja 10: 23; 11: 1- 9) – sama seperti para
pengkhotbah kristen di generasi kita.
Setelah
Salomo mati, anaknya Rehabeam (generasi ketiga) mengambil alih. Kemudian segala
sesuatunya menjadi sangat buruk. Generasi yang lebih muda bergabung dengan
Rehabeam dan mengambil alih kepemimpinan Israel dan Rehabeam mengabaikan
nasihat yang bijak yang diberikan oleh para tua-tua (1 Raja-Raja 12: 6- 15).
Hal ini membawa kekacauan bagi Israel dan kerajaan Israel terpecah menjadi dua.
Semua yang dapat Rehabeam banggakan sekarang adalah Daud adalah kakeknya, tapi
dia tidak memiliki roh yang sama seperti Daud.
Kita
menemukan pengulangan yang sama dari proses degeneratif ini dalam banyak
gerakan dimana gerakan itu pertama kali di pimpin oleh orang-orang kristen yang
saleh dalam 20 abad terakhir.
Di
dalam sejarah kekristenan, kita melihat bahwa setiap reformator saleh yang di
utus Allah untuk membawa kekristenan kembali kepada-Nya hanya dapat melayani
tujuan Allah di generasinya. Di dalam setiap kasus, setelah reformator mati,
pengikut reformator di generasi berikutnya lebih menekankan pada doktrin /
pengajaran yang di ajarkan pemimpin mereka di bandingkan tentang kehidupan yang
dimiliki pemimpin mereka. Menjalani ibadah secara lahiriah menjadi segalanya,
tapi menyangkali kuasanya. Dengan demikian mereka sedang menuju kemerosotan dan
kehancuran.
Pada
saat itu gerakan-gerakan seperti itu telah mencapai generasi yang ketiga,
kerusakan dan kehancuran di dalam kelompok tersebut menjadi total. Kelompok
tersebut kemudian tidak menghasilkan apapun yang berupa kesalehan dan sesuatu
yang rohani yang dapat di jumpai pada waktu pendiri kelompok mereka masih
memimpin. Mereka menyerukan doktrin yang sama seperti yang di ajarkan pendiri
gerakannya dan mereka memuji namanya – tapi mereka membangun Babel. Sebuah
kelompok dapat memulai sebagai sebuah gerakan rohani, tapi tetap bisa berakhir
dengan sesuatu yang jiwani dan duniawi – dan bahkan satanik.
Sebuah
gerakan yang di mulai oleh seorang manusia Allah dapat mudah berakhir menjadi
sebuah bidat. Cerita kemerosotan yang sama yang kita lihat dalam sejarah Daud,
Salomo dan Rehebeam selalu terulang lagi dan lagi dalam kekristenan. Hanya
pelajari secara sungguh-sungguh setiap gerakan yang di mulai dengan Allah, yang
saat ini ada dalam generasi kedua atau ketiga – dan anda akan melihat dengan
mata anda sendiri kebenaran yang baru saja saya katakan.
Mengapa
hal ini terjadi? Jawabannya sederhana. Karena setiap orang kristen lebih sibuk
dengan hukum yang tertulis daripada Pribadi Yesus Kristus. Saat pengajaran
apapun lebih penting daripada pengabdian secara pribadi kepada Kristus, maka
kehancuran, membenarkan diri sendiri dan Farisiisme adalah selalu menjadi
hasilnya. Kita telah melihat sejumlah contoh bahkan bagaimana pengajaran “Pikul
salib” telah di putar-balikan menjadi hanya kata-kata biasa, tanpa kehidupan
Yesus dimanifestasikan oleh mereka yang berkhotbah. Semuanya ini harusnya
menjadi sebuah peringatan serius bagi kita.
Pertimbangkanlah
sejarah gereja Efesus
Paulus
tinggal di sana selama tiga tahun, berkhotbah siang dan malam (Kis 20:31). Itu
artinya orang kristen di Efesus mendengarkan ratusan khotbah yang keluar dari
mulut Paulus. Mereka telah melihat mujizat-mujizat yang luar biasa di kerjakan
oleh Allah di tengah-tengah mereka (Kis 19:11). Dari anatara mereka firman
Allah telah menyebar ke seluruh penjuru Asia Kecil di waktu itu hanya dalam
sebuah periode yang singkat, selama dua tahun. Mereka mengalami kebangunan
rohani (Kis 19: 10, 19). Mereka merupakan gereja yang paling istimewa dari
semua gereja-gereja pada zaman para rasul masih hidup (Kita dapat tahu hal itu
dari surat Paulus kepada jemaat di Efesus, dimana dia tidak mengkoreksi mereka,
seperti yang dia tulis dalam suratnya kepada gereja yang lain).
Tapi
saat Paulus meninggalkan Efesus, dia memperingatkan para penatua di sana bahwa
di generasi selanjutnya gereja di Efesus akan bertambah buruk, di bawah para
pemimpin gereja yang baru. Dia mengatakan kepada mereka serigala-serigala yang
ganas akan masuk ke tengah-tengah mereka dan dari antara mereka sendiri akan
kan muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik
murid-murid kepada diri mereka daripada menarik murid-murid kepada Tuhan (Kis
20: 29, 30).
Selama
Paulus ada di sana, tidak ada serigala yang berani masuk ke jemaat di Efesus.
Paulus merupakan penunggu pintu yang baik (Markus 13:34) yang memiliki otoritas
rohani dari Tuhan karena dia di urapi, karena dia takut akan Allah dan karena
dia mencari kepentingan Allah bukan kepentingannya sendiri. Tapi dia juga cukup
memiliki karunia rohani untuk membedakan,
untuk mengetahui kondisi rohani para penatua di Efesus buruk – dan jadi dia
tahu hal-hal akan memburuk sewaktu mereka mengambil alih kepemimpinan gereja.
Paulus tidak memberikan kepada para penatua itu sebuah nubuatan dari apa yang
akan segera terjadi di gereja Efesus. Tidak, itu hanya sebuah peringatan. Itu
tidak harus terjadi seperti yang dia prediksikan – jika para penatua itu
menguji diri mereka sendiri dan bertobat. Yunus pernah bernubuat tentang
kehancuran Niniweh. Tapi itu tidak terjadi seperti yang telah dia prediksikan,
karena orang-orang di Niwiweh bertobat. Gereja di Efesus juga dapat menghindari
dari apa yang telah Paulus prediksikan. Tapi sayang, para penatua generasi baru
di Efesus tidak pernah menanggapi secara serius peringatan Paulus dan menjauh
dari Tuhan.
Pada
akhir abad pertama, generasi ketiga menguasai gereja. Dan segala sesuatunya
menjadi benar-benar buruk. Doktrin mereka masih benar dan mereka bersemangat
dalam aktifitas kristen. Mereka mungkin masih menjalan ibadah doa semalam
suntuk dan ibadah-ibadah mereka yang khusus lainnya. Tapi keadaan rohani mereka
begitu buruk sehingga Tuhan akan memindahkan kaki dian dari mereka. Apa
kejahatan mereka? mereka kehilangan pengabdian mereka kepada Tuhan (Wah 2: 4,5)
Mengajarkan
apa sejarah gereja Efesus kepada kita? Hanya ini – tidak ada pengajaran yang sama
pentingnya seperti pengabdian kepada Tuhan itu sendiri. Hanya ada satu tanda
kerohanian yang sejati – kehidupan Yesus semakin di wujudkan dalam perilaku
kita. Hal ini bisa terjadi hanya dengan semakin meningkatnya pengabdian kepada
Tuhan itu sendiri. Paulus adalah seorang pria yang saleh – seorang rasul yang
sungguh-sungguh dan setia yang hidupnya dipersembahkan kepada Tuhan Yesus
sampai akhir kehidupannya. Dan dia memperingatkan orang kristen dimana-mana
bahwa setan akan menggunakan segala cara yang memungkinkan orang kristen untuk
tidak lagi memiliki pengabdian yang tulus dan murni kepada Tuhan (2 Kor 11:3
FAYH)
Kesalahan
di dalam hal pengajaran seperti “baptisan air” dan “baptisan Roh Kudus”, adalah
tidak sama bahayanya seperti saat seseorang kehilangan pengabdian pribadinya
kepada Kristus. Namun demikian banyak orang kristen tidak menyadari hal ini.
Kita
lihat bahwa Paulus hanya bisa melayani tujuan Allah hanya di generasinya
sendiri. Mereka yang hidup dengan dia seperti Timotius, menyerap semangatnya
dan pengabdiannya kepada Kristus dengan hidup tidak mementingkan diri sendiri
(Fil 2:19-21). Namun demikian, Paulus tidak bisa mewariskan kerohaniannya
bahkan ke generasi kedua orang kristen di gereja yang dia dirikan.
Kita
melihat pola yang sama terulang lagi dalam setiap gerakan yang Allah bangkitkan
– dalam setiap generasi, semenjak abad pertama. Allah memiliki sebuah passion
untuk memiliki sebuah kesaksian yang murni bagi nama-Nya di setiap sudut dunia
ini dalam setiap generasi. Untuk tujuan inilah Dia membangkitkan seorang
manusia yang saleh di sebuah negara dalam generasi tertentu, untuk memulihkan
gereja di negara tersebut, dan mengkhotbahkan kebenaran yang para rasul
khotbahkan dan kemudian memimpin orang-orang untuk memiliki sebuah kehidupan
yang saleh. Sebuah gerakan yang secara bertahap di mulai dari sekitar orang
saleh tersebut dan beberapa orang kristen yang segenap hati hidup bagi Tuhan,
mereka yang sudah muak dengan sesuatu bukan realitas dan kekristenan yang munafik
di generasi mereka, berkumpul bersama-sama orang saleh tersebut. Dan tidak lama
lagi akan ada sebuah kesaksian yang murni bagi Tuhan.
Sebuah
kelompok seperti itu selalu kecil pada saat permulaannya dan sangat di benci
dan di aniaya oleh gereja-gereja yang lebih tua. Pendirinyalah yang paling di
benci. Dan kebencian itu biasanya berasal dari kelompok yang Allah bangkitkan
di generasi sebelumnya – karena pemimpin-pemimpin kelompok tersebut tidak menyadari
kalau Allah telah meninggalkan mereka, mereka cemburu terhadap kelompok baru
tersebut!! setan juga bergabung untuk menyerang kelompok baru ini – dan setan
melakukan pekerjaan mendakwanya kebanyakan melalui “orang-orang kristen juga” –
khususnya dari kelompok yang lebih lama.
Semua
penganiayaan serta rencana-rencana licik manusia dan setan bagaimanapun tidak
dapat menggagalkan Allah untuk membuat sebuah kesaksian yang murni bagi
nama-Nya di generasi baru yang telah Dia bangkitkan.
Tapi
apa yang terjadi setelah pemimpin yang baru ini mati?
Kemudian
gerakan ini mulai merosot. Pengabdian secara pribadi kepada Kristus menghilang
digantikan dengan penekanan pengajaran yang dikhotbahkan pendirinya.
Pengajaran-pengajaran tersebut menjadi lebih penting bagi generasi kedua dibandingkan
Pribadi Tuhan itu sendiri. Dan turunlah awan yang menaungi mereka yang
memisahkan mereka dan Tuhan – sebagaimana itu terjadi di antara para murid
dengan Tuhan di gunung transfigurasi (Mat 17:5)
Tidak
ada pengajaran, bagaimanapun penting dan baiknya pengajaran tersebut, dapat
menggantikan pengabdian kepada Yesus itu sendiri. Pendirinya mengenal Tuhan.
Generasi kedua hanya mengenal pengajaran. Kekacauan terjadi pada saat gerakan
tersebut sudah mencapai generasi yang ketiga, lalu ada perpecahan dan
perselisihan. Satu hal yang biasa terjadi pada setiap gerakan adalah pada saat
gerakan tersebut sudah mencapai generasi yang kedua dan ketiga, gerakan
tersebut menjadi kaya dan makmur, dengan para anggotanya yang memiliki banyak
uang, rumah, tanah, properti dll. Dan kekayaan biasanya selalu disertai dengan
kesombongan, merasa mampu dan puas – karena hanya sedikit orang kristen yang
tahu bagaimana menangani kekayaan.
Generasi
pertama dari gerakan tersebut biasanya selalu bergumul dengan kemiskinan dan
mereka dekat dengan Tuhan. Generasi kedua dan ketiga biasanya dekat kepada
dunia dengan segala kekayaan mereka – dan kehilangan kerohanian mereka. Lalu
Allah menjauh dari kelompok tersebut, yang mana kemudian kelompok tersebut
menjadi bagian dari Babel – dan Kemudian Allah membangkitkan seseorang yang
lain dan memulai sebuah pekerjaan baru melalui orang tersebut.
Tapi
sayang, cerita yang sama terulang lagi dan lagi – karena tidak seorangpun yang
kelihatannya belajar dari kesalahan yang dibuat oleh orang-orang kristen
sebelumnya!!
Mereka
yang bijak, oleh karenanya akan melihat di sekeliling mereka dimana urapan
Allah sekarang berada – di generasi mereka – bergabung sepenuhnya dengan gereja seperti
itu. Mereka tidak akan peduli untuk melihat di mana urapan Allah berada di
generasi sebelumnya. Mereka akan melihat dimana Allah bergerak sekarang dan
bukan dimana Allah bergerak di generasi-generasi sebelumnya. Alkitab menyatakan
kepada kita dengan jelas bahwa kita harus MENGHINDARI mereka yang secara
lahiriah beribadah tetapi memungkiri kekuatannya (2 Tim 3:5) dan mencari
persekutuan dengan mereka dengan “yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang
murni”.(2 Tim 2:22). Mereka yang memiliki hati yang murni adalah mereka yang
mengasihi Tuhan dengan SEGENAP hati mereka. Orang-orang kristen seperti itu di
hati mereka tidak ada tempat bagi uang atau properti atau apapun yang berasal
dari dunia ini atau bagi diri mereka sendiri, bagi keluarga mereka atau bagi
pekerjaan mereka. Mereka mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh dan dengan
demikian mereka akan mengasihi anggota keluarga mereka lebih lagi dari
sebelumnya. Mereka mengabdi kepada Tuhan dan bukan mengabdi kepada pengajaran
apapun. Kita diperintahkan untuk mencari persekutuan dengan orang-orang kristen
seperti itu di setiap waktu
Dengan
demikian pekerjaan Allah terus berjalan dari generasi ke generasi tanpa pernah
gagal – karena semua intrik manusia dan setan tidak dapat menggagalkan
tujuan-tujuan Allah. Haleluya!!
Siapa
bertelinga, hendaklah ia mendengar.
Comments