Kita Tahu Terlalu Banyak - K.P Yohannan

Sayangnya orang kristen yang paling modern kelihatan puas hanya dengan mengetahui apa yang orang-orang kristen di perjanjian baru lakukan. Kita lalai mengikuti contoh yang mereka sediakan.

Kutuk atas hidup kita sebagai orang kristen modern adalah kita telah begitu berhati-hati memisahkan  yang rohani dari yang sekuler dalam kehidupan kita. Dalam beberapa hari tertentu kita merasa kudus dan luar biasa. Emosi kita terangkat dan kita merasa siap untuk menghadapi segala pencobaan yang mungkin datang. Kita akan pergi untuk memenangkan dunia bagi Tuhan! Di hari-hari yang lain, saat kita kembali kepada pekerjaan kita di dunia ini, kita berkata kepada diri kita, bagaimana bisa saya bisa melakukan semuanya bagi Tuhan? Saya melakukan terbaik yang saya bisa.

Entah bagaimana kita menjadi nyaman dengan menghidupi sebuah kehidupan yang terpisah antara rohani dan sekuler. Saat kita membaca tentang kegemparan karena Paulus di Tesalonika, kita memiliki sebuah waktu kesusahan berkaitan dengan perlakuan kejam yang di hadapi oleh orang kristen mula-mula.

Tapi bagi orang-orang kristen perjanjian baru yang normal, hidup setiap hari bagi Yesus akan mengundang penganiayaan. Orang-orang ini hidup dalam sebuah komunitas dan melakukan pekerjaan mereka dengan baik setiap hari. Tidak ada apapun tentang mereka yang tampak berlebihan, kecuali fakta bahwa mereka menerima perkataan Yesus dengan serius dan mereka mengikuti Dia.

Alasan orang-orang kristen ini hidup bukan untuk membuat tenda, menjadi guru di sekolah atau membangun gedung. Aktivitas yang mereka lakukan ini hanya sebagai sarana agar mereka bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka. Tapi hidup mereka tidak berhenti saat tidak seorangpun membeli tenda lagi, ataupun saat mereka pensiun atau mereka terlalu lelah untuk menyusun  batu bata lagi. Sementara orang-orang kristen ini hidup di bumi, pekerjaan mereka hanyalah bersifat sementara, tidak signifikan dibandingkan apa mereka lihat sebagai tanggung jawab utama mereka. Mereka hidup untuk kerajaan yang lain.

Seolah-olah orang kristen mula-mula hidup di tengah-tengah sebuah angin puyuh. Kemanapun mereka pergi mereka mengakibatkan kekacauan, keributan atau masalah – cuma karena mereka menghidupi apa yang mereka percaya.

Kita tidak membaca sesuatu seperti ini di kitab Kisah Para Rasul:

Dan mereka berkumpul dalam rapat panitia gereja, 10 orang dengan muka yang sedih minum kopi hitam tanpa gula karena mereka semua sedang berusaha diet. Dan seseorang mulai angkat bicara, berkata, “saudara-saudara dan saudari-saudari, Allah mengatakan kepada kita bahwa kita harus melakukan ini dan itu. “Namun yang lain meresponi, “saya tidak yakin. Kita harus memikirkannya lebih lagi. Kita memiliki hutang yang banyak sekarang, mungkin kita harus voting untuk mengambil keputusan tentang hal ini.

Begitu jugalah banyak keadaan gereja sekarang ini. Kita begitu bersungguh-sungguh mencari makna yang tersembunyi di balik mandat perjanjian baru sehingga kita melupakan mandat itu sendiri. kita begitu terorganisir sehingga kita menyulitkan Roh kudus untuk menuntun dan memakai kita untuk mengubah dunia di sekitar kita.
Kita tidak menemukan rapat panitia gereja di buku Kisah Para Rasul. Yang kita temukan adalah waktu doa yang panjang, puasa dan menantikan Allah untuk bergerak. Orang-orang kristen di Kisah Para Rasul adalah orang-orang biasa sama seperti kita, tapi kemanapun mereka pergi sesuatu terjadi. Selagi pria dan wanita ini bergerak ke pasar, ke tetangga mereka dan ke tempat pekerjaan mereka, mereka menjungkirbalikan komunitas mereka. Mereka adalah revolusioner yang mendengar panggilan Allah.

Lihatlah kehidupan Yesus. Dia adalah seorang revolusioner juga. Kemana pun Dia pergi, tidak akan ada apapun yang akan tetap sama. Dia melihat kegelapan, kondisi orang-orang yang terhilang dan semua itu menggerakkan hidup-Nya.

Seperti ini jugalah Tuhan ingin kita hidup – sebagai revolusioner dunia yang tidak mempunyai pilihan lain selain mengubah dunia di sekeliling kita karena apa yang kita dengar dan apa yang kita lihat.

Panggilan Kristus terdengar di telinga kita: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Yesus tidak sedang bermain-main dengan kita. Dan neraka bukanlah sebuah lelucon; neraka itu nyata. Saya katakan kepada anda, jika kita menguji diri kita dan mendapati bahwa kita tidak sungguh-sungguh percaya apa dengan yang kita klaim kita percaya, kita mungkin sebaiknya keluar dari urusan ini (kekristenan). Tapi jika kita percaya dengan apa yang kita katakan kita percaya, marilah biar jadi berbeda. Kita tidak dapat hidup bagi diri kita lagi; kita terlalu banyak diberikan pengetahuan tentang itu. “kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut." (Lukas 12:48)

Marilah kita berpikir dengan sungguh dan berketetapan untuk merencanakan hidup kita begitu rupa sehingga hidup kita akan membuat sebuah perbedaan.

Comments

Popular posts from this blog

Masih Adakah Pewahyuan Sekarang Ini?

Sebuah Biografi Singkat Mengenai Kehidupan John Wesley

Sebuah kajian kritis terhadap doktrin pre-tribulasi rapture