Apakah kematian adalah akhir? : Realitas neraka – Art Katz
Realitas
neraka perlu untuk kita ratapi dan perlu kita mengerti sebagai sebuah
malapetaka yang mengerikan dan kekal. Sekali hidup anda berakhir, tidak ada
jalan untuk kembali, tidak ada kesempatan kedua, tidak ada jalan untuk
memperbaiki kesalahan, saat anda menyadari bahwa anda telah menghina dengan
angkuh semua orang yang berkotbah dan bersaksi kepada anda sewaktu anda masih
hidup ternyata apa yang mereka sampaikan adalah benar. Tidak perlu untuk
menjadi seseorang pembunuh sebagai alasan masuk neraka. Hanya menjadi seorang
manusia di dunia ini dan hidupnya biasa-biasa saja terhadap Allah sudah menjadi
kualifikasi yang cukup untuk masuk ke dalam neraka, Ini adalah sesuatu yang
sangat sulit kita mengerti. Seperti itukah Allah kita? Kedengarannya begitu
menaruh dendam. Tentunya harus ada sebuah catatan kaki, sedikit penjelasan yang
bisa menjelaskan kalau Allah benar melakukan hal tersebut. Dia tidak bisa
begitu tidak adil. Dia tidak bisa menuntut seperti itu. Dia tidak bisa begitu
absolut dalam menentukan sebuah akhir kekal di neraka. sebuah siksaan,
kegelapan dan api dimana tidak ada cara untuk keluar dari sana.
Kelihatannya
bahwa kebangunan rohani yang besar yang terjadi di Amerika pada permulaan abad
18 didasarkan karena keyakinan akan adanya neraka. Jonathan Edwards berkotbah
begitu persuasif, sebagaimana yang dilakukan Charles Finney kemudian, setelah
Edwards berkotbah orang-orang berpegangan pada tiang di dalam gereja. Mereka
dapat merasakan panas yang datang melalui lantai dan menyengat kaki mereka.
Orang-orang bergumul dengan jiwa mereka tentang neraka. Setelah anda
mendengarkan kotbah pada siang hari, pengkotbah juga tidak mengharapkan anda
datang kembali pada malamnya. Anda mungkin telah pulang ke rumah meratapi jiwa
anda tentang kondisi kekal anda, dan itu mungkin menghabiskan waktu dua atau
tiga hari sebelum ada sebuah terobosan akhir. Tapi saat itu tiba, orang-orang
bukan hanya diselamatkan, mereka bertobat. Seluruh masyarakat bertobat. Bar-bar
dan penjara kosong. Ada kuasa Allah yang menyapu saat pengkotbah memberitakan
realitas penghakiman kekal dan neraka. Ada sebuah catatan yang mengatakan bahwa
Finney mengutus pendoanya ke komunitas dimana Finney akan berkotbah dua atau
tiga minggu kemudian, jadi doa syafaat yang sangat sungguh-sungguh mendahului
kotbahnya Finney. Kita tidak melihat kebangunan rohani seperti itu sampai
sekarang karena kita tidak berkotbah seperti mereka sampai sekarang.
Mazmur
73 tampaknya menunjukan bahwa pemazmur memiliki informasi sebagaimana yang kita
miliki tentang masalah kekekalan, penghakiman dan ganjaran, tapi dia tidak
cukup mengerti. Dia belum mengerti hal
tersebut secara eksistensial di dalam kedalamannya, karena jiwanya masih resah.
Dia tidak dapat merekonsialisasi Seorang Allah yang bermoral dengan kondisi
yang terjadi di dalam kehidupan ini dimana orang-orang fasik dapat meloloskan
diri dari perbuatan-perbuatan mereka yang jahat – dan bahkan mereka berkata:
"Bagaimana Allah tahu hal itu, adakah pengetahuan pada Yang
Mahatinggi?" namun demikian mereka yang hidup benar, yang ingin melayani
Allah dan berjalan di jalan-Nya, malah di hajar setiap hari. Mereka dilanda
dengan kesulitan dan masalah, dimana orang-orang jahat menikmati hidup yang
maksimal menurut dunia ini.
Jika
kita hidup tanpa sebuah perasaan moral dan tanpa mempunyai sebuah kepekaan
moral atau tidak menjadi manusia yang bermoral, kita sedang berada di jalan
menuju kehancuran. Isu dari apakah moral itu adalah isu dari apakah manusia
itu. Jika kita menolak kedaulatan Allah yang berkuasa atas sebuah alam semesta
yang bermoral, lalu apa dasar bagi moral itu sendiri? seluruh manusia mungkin
bisa menjalankan hidupnya dengan perbuatan-perbuatan yang tidak bermoral, tapi
di kehidupan yang akan datang mereka akan mendapatkan ganjarannya. Artinya jika
tidak ada penghukuman kekal, seluruh kehidupan sekarang di bumi ini akan menjadi
tanpa alasan, manusia dapat melakukan apa yang mereka mau semau mereka, jika
tidak mempunyai rasa takut atas konsekuensi di kehidupan yang akan datang.
Dalam hikmat-Nya, Allah merancang dan menciptakan neraka bukan hanya agar orang
yang tidak taat akan menderita di kehidupan yang akan datang, tapi juga agar
neraka itu dijadikan bahan pertimbangan bagi kita sekarang ini; bahwa kita
harus hidup dalam ketakutan, kegentaran dan berhati-hati, mengetahui bahwa ada
perbuatan-perbuatan yang kita lakukan dapat membawa kita masuk ke dalam neraka
kekal. Allah bermaksud pertimbangan neraka menjadi sesuatu mengekang kita dan
menjadi faktor yang paling bijaksana untuk kita hidup dengan benar di kehidupan
saat sekarang ini.
Dengan
kata lain, Allah memberikan kepada kita sebuah faktor penyeimbang dalam isu
penghakiman kekal yang mengkompensasi setiap pembenaran yang kita dapat temukan
dalam memanjakan diri sendiri, memuaskan diri sendiri, hawa nafsu,
ketidakjujuran atau setiap bentuk kejahatan lainnya.
Ada
kematian yang akan datang kepada setiap manusia, kemudian penghakiman. Tidak
ada jiwa yang bisa dibebaskan untuk tidak menghadapi Hakim dan menanggung
penghukuman kekal akibat dosa. Pemazmur tidak sepenuhnya mengerti fakta yang
dia hadapi sampai dia masuk ke dalam tempat kudus Allah. Selama dia puas dengan
sekedar doktrin yang benar, dia tidak akan mengertinya dan meratapinya, tapi
ratapannya membuat dia masuk ke dalam tempat kudus Allah untuk mencari jawaban
dari Allah. “memperhatikan kesudahan mereka” saya menstabilo warna kuning kata
“kesudahan mereka:” kita harus sangat menyadari bahwa ada sebuah akhir. Ini
tidak berakhir dengan adanya sebuah proses penghentian atau penghapusan (hidup
kita tidak ada lagi); melainkan adalah penghakiman yang kekal dan tidak ada
hentinya dalam api yang menyala dan siksaan. Itu adalah akhirnya. Akhirnya adalah
sebuah keadaan dimana kesadaran anda akan terus berlanjut, penderitaan hanyalah
ganjaran dari segala kejahatan yang anda lakukan dalam hidup anda di dunia
sekarang ini. Hanya sekarang, anda sadar sudah tidak ada waktu untuk
memperbaikinya. Berapa banyak orang berpikir dua kali sebelum membunuh gadis
Amish, seperti yang dilakukan seorang pria belum lama ini. Jika mereka tahu
setelah mereka melakukan pembunuhan, mereka bunuh diri dengan menembak
kepalanya sendiri tapi hal itu tidak mengakhiri apapun? Pria tersebut akan
berada di neraka sekarang dengan sebuah kesadaran penuh tentang siapa dirinya
dan apa yang telah dia lakukan. Dia menderita karena siksaan sekarang bahkan
sebelum hari penghakiman. Setelah itu disatukan dengan tubuhnya untuk berdiri
di hadapan Hakim dan dia akan menerima sebuah penghukuman kekal, yang mana
neraka sekarang yang dia alami hanyalah pendahuluannya.
Di
Tesalonika, Paulus menulis kepada orang-orang yang baru bertobat bahwa apa yang
mereka dengar adalah firman Allah, apa yang disampaikan adalah bukan perkataan
manusia, tetapi dan memang sungguh-sungguh firman Allah yang bekerja dalam
mereka yang percaya. Itu adalah perkataan yang penuh kuasa yang sanggup membuat
mereka berbalik dari berhala-berhala
untuk melayani Allah yang hidup
dan menantikan Putra-Nya yang akan datang dari surga dan menyelamatkan
mereka dari murka yang akan datang. Orang-orang Tesalonika tersebut percaya
bahwa keselamatan yang menyelamatkan mereka itu tidak hanya menyelamatkan
mereka sekarang tapi juga menyelamatkan mereka di kekekalan dari murka yang
datang. Murka itu adalah kemarahan Allah yang benar. Saat Dia datang sebagai
Hakim, dalam “murka Anak Domba” sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab Wahyu,
orang-orang yang mencemooh Dia dan tidak berpikir tentang Dia, akan mencari
tempat untuk bersembunyi ke dalam gua-gua dan celah-celah batu karang di
gunung, untuk menyelamatkan diri mereka dari menghadapi murka Allah didalam
Tuhan Yesus. Ini adalah sebuah murka yang bukan tiba-tiba ada. Murka-Nya bukan
seperti kalau kita sedang sedikit marah-marah. Murka-Nya yang sangat
menyala-nyala, murka yang telah mendidih dalam kedalaman kekekalan-Nya
sepanjang sejarah umat manusia. Dia telah melihat dan mengamati perbuatan
seluruh umat manusia, sikap dan pembicaraan milyaran manusia yang melawan Dia
dan kekudusan-Nya. Akan datang suatu hari dimana Dia akan mengekspresikan
murka-Nya melalui penghakiman. Dia akan melakukan itu di bumi saat Dia datang.
Mereka yang berdosa akan menderita mengalami murka Allah yang kekal, jika
mereka tidak diselamatkan oleh darah Anak Domba. Murka Allah adalah menakutkan
dan akibat dari murka Allah itu tidaklah terkira. Itu adalah kemarahan yang
adil; Allah mengekspresikan kemarahan-Nya yang benar terhadap dunia yang telah
melakukan dosa-dosa yang mengerikan dan menghujat Dia. Yang telah mempergunakan
kebebasannya untuk hawa nafsu, darah, kematian dan kekerasan seakan akan tidak
ada harga yang harus mereka bayar di kehidupan yang akan datang, dan seakan
akan kehidupan sekarang ini adalah segalanya, dan mereka bisa lolos begitu saja
dari segala kejahatan mereka. Jadi jika Dia tidak datang untuk melakukan sebuah
penghakiman kekal, lalu apa pijakan bagi moralitas?
Dalam
Lukas 16:19, "Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain
halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan.” Orang ini seperti orang
yang dibicarakan Pemazmur di Mazur 73, -orang yang menikmati hidup sepenuhnya
dan hidupnya hanya bersenang-senang. Sebaliknya, Dan ada seorang pengemis
bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang
kaya itu dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang
kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya.” (Lukas 16:20-21)
Ayat tersebut tidak mengatakan dia pernah menerima apa yang jatuh dari meja
orang kaya itu atau menerima apapun dari orang kaya itu. Sangat mungkin Lazarus
di usir orang kaya tersebut. Orang kaya itu mengabaikan semua kebenaran dengan
kegagalannya dengan tidak memberikan sesuatu dari kelimpahan yang dimilikinya
untuk meringankan penderitaan seseorang seperti Lazarus yang harus dikasihani. Ini
bukanlah hanya suatu moment dimana orang kaya itu kurang memiliki pertimbangan;
itu adalah statement dari seluruh kehidupannya. Kita hampir bisa menduga bahwa
dia menjadi kaya karena cara hidupnya. Dia tidak memberikan apapun dari
hartanya kepada orang miskin. Dia tidak peduli dengan kesusahan mereka. Apakah
anda tahu orang-orang miskin ada karena tujuan Allah? Orang miskin adalah sebagai
ujian kebenaran bagi mereka yang ada di sekitar orang-orang miskin tersebut.
orang kaya ini sangat gagal. Saat Yesus menghakimi antara kambing dan domba,
dasar penghakimannya adalah, “apa yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku
yang paling hina ini?” jadi ada sebuah
akibat yang luar biasa di sini di antara kedua orang ini : orang kaya yang
tidak kekurangan apa-apa dan pengemis miskin yang bahkan tidak mendapatkan apa
yang jatuh dari meja orang kaya itu.
Kemudian
matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan
Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita
sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham,
dan Lazarus duduk di pangkuannya. Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham,
kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam
air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini.
(Lukas 16:24)
Perhatikanlah,
meskipun orang ini sudah mati tapi kesadarannya tidaklah hilang. kematian tidaklah
berarti akhir dari dirinya sebagai
sebuah entitas (satuan yang berwujud; wujud). Kematian tidak berakhir; kematian
hanyalah mempercepat proses manusia yang akan dibuang kedalam tempat penghakiman
kekal seketika itu juga. Saat dia mati dan dikuburkan, dia menyadari bahwa dia
berada siksaan. Dia berada di neraka dan bisa melihat Lazarus yang berada di
tempat yang lebih baik dan bahkan dia meminta Lazarus untuk mencelupkan ujung
jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahnya, sebab dia sangat kesakitan dalam
nyala api ini, sebuah penderitaan, sebuah kesakitan dan siksaan lebih dari apa
yang dapat dibayangkan. Tuhan memberikan kita ayat ini sebagai sebuah contoh.
Akankah Dia mengatakan hal ini dengan terang-terangan tapi tidak sesuai dengan
fakta kebenarannya? Akankah Dia membesar-besarkan ini hanya untuk menciptakan
ketakutan bagi kita? Akankah Dia mengatakan akan ada siksaan tapi sebenarnya
tidak ada siksaan?
Salah
satu dari kealpaan yang lebih serius yang terdapat di gereja seluruh dunia,
sewaktu saya memiliki hak istimewa untuk menyelidikinya, dalam pelayanan saya
ke berbagai belahan dunia ini, adalah satu hal ini: tidak adanya rasa takut
akan Allah. Kelihatannya hanya sedikit sekali ada rasa takut akan Allah yang
dimiliki umat Allah, hal ini terjadi karena saya percaya hanya sedikit sekali
rasa takut akan hukuman kekal akibat ketidaktaatan mereka kepada Allah dan
kegagalan untuk menjadi pelayan Tuhan yang serius di dalam panggilan surgawi.
Surat Yakobus mengatakan kepada kita :” janganlah banyak orang di antara kamu
mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut
ukuran yang lebih berat”. Rasa takut akan Allah perlu kembali ada di gereja dan
itu tidak akan kembali ada di gereja sampai kita mempunyai dasar ketakutan itu
sendiri, rasa takut akan adanya neraka kekal sebagai siksaan, yang mana dialami
orang kaya itu sekarang. Dan jawaban apa yang dia dapatkan atas permintaannya
untuk meminta Lazarus untuk menyentuh lidahnya?
Tetapi
Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik
sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat
hiburan dan engkau sangat menderita. Selain dari pada itu di antara kami dan
engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi
dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak
dapat menyeberang. (Lukas 16 : 25-26)
Perhatikan
kata “tak terseberangi” / fixed (terjemahan bahasa Inggris kata tak terseberangi ini adalah fixed yang berasal dari bahasa Yunani ἐστήρικται
estēriktaito artinya make fast, establish). Fixed adalah finalitas, permanen,
abadi dan kekal. Tidak ada lagi kesempatan untuk berkomunikasi antara dua dunia
ini. Anda telah ditetapkan di neraka; dia telah ditetapkan di surga. Tidak ada
apapun yang dapat dikirim kepada anda dan tidak bantuan apapun yang dapat
membantu anda. Ini adalah keadaan kekal anda. Selama anda tinggal di dunia ini
anda menikmati kemewahan. Pengemis ini datang kepada anda dan bahkan anda tidak
memberikan remah-remah kepada dia, karena anda orang yang lalim, karena anda
tidak mempunyai pemikiran tentang Allah, bahkan karena anda tidak mengertinya
kalau pengemis ini datang kepada oleh karena Allah. Dia datang kepada anda
bukan karena sebuah kebetulan. Dia seseorang yang Allah izinkan menderita kemiskinan
untuk menguji anda, untuk menyelamatkan anda jika anda menyadarinya,
menyelamatkan anda dari nasib kekal dari penderitaan yang melampaui apapun yang
dapat kita bayangkan. Jika anda menyadarinya, Allah sedang mencoba berbicara
kepada anda dan menunjukan kepada anda kejahatan anda dan kelaliman anda yang mana
olehnya anda mengumpulkan bagi diri anda kekayaan yang luar biasa dan memiliki
hidup baik, nyaman dan berkelebihan dan memiliki setiap keuntungan yang dimiliki
orang kaya. Sementara anda meninggalkan orang ini berbaring tepat di depan
pintu anda dan anda menolak upaya Allah untuk meyakinkan anda kalau anda bukan
orang yang benar (orang berdosa). Tujuan di dalam hidup ini bukan memperolah
kekayaan yang berlimpah dan memiliki sebuah gaya hidup yang nyaman dan mudah. Tujuan
dari hidup ini adalah untuk menyesuaikan diri anda dengan kekekalan, untuk
hidup dengan benar di hadapan Allah dan
mengenal Dia dan percaya akan penghakiman-Nya dan perintah-Nya.; untuk melayani
Dia dan berjalan di jalan-Nya senantiasa dan menerima upah atas apa yang kita
kerjakan bagi kemuliaan Allah. jika kita sungguh-sungguh percaya hal ini
memohon kepada manusia agar jangan sampai mereka dipunahkan dan dilempar
kedalam neraka kekal tanpa ada kesempatan untuk memperbaiki hidup mereka.
Orang
kaya itu berlanjut,
Kata
orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia
ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati
mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat
penderitaan ini. Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para
nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. Jawab orang itu: Tidak, bapa
Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka,
mereka akan bertobat. Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan
kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun
oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati." (Lukas 16 : 27-31)
Dengan
kata lain, anda akan mempunyai teman segera. Lima saudara anda akan bergabung
dengan anda, tapi hal itu tidak bisa menghibur. Anda semua akan mengalami
penderitaan yang sama, panas menyengat yang digambarkan sebagai api. Mungkin itu
semacam suatu api yang lain karena mereka tidak musnah olehnya (mereka masih
hidup). Mereka mengabaikan setiap peringatan; mereka tidak bersedia untuk
menerima kesaksian; mereka menolak orang-orang yang telah berbicara kepada
mereka tentang Tuhan. Mereka tidak akan mendengar, mereka tidak akan memikirkan
dan sekarang saat waktu mereka datang dan kejahatan mereka telah penuh, mereka
mendapati diri mereka berada di neraka, dengan keadaan sadar dan menyadari
siapa diri mereka dan mereka berada dimana dan menderita siksaan. Jadi atas
dasar itu, saya percaya bahwa pria yang menembak gadis Amish itu dan kemudian
bunuh diri dengan menembak dirinya sendiri, setelah mati dia mengetahui bahwa
dia tidak sungguh-sungguh mati. Secara fisik dia mati, mati sebagaimana yang
dimaksud orang-orang di dunia, tapi dia kekal dan mempunyai kesadaran yang
hidup, dan dia berada di neraka sekarang didalam siksaan bahkan sebelum
penghakiman yang dijatuhkan kepada dia sepanjang kekekalan. Dan itu adalah
tetap. Jika saja dia tahu itu, bahkan akan menduga hal itu terjadi pada dia
sekarang, akankah dia melanjutkan kehidupannya dan merencanakan segala sesuatu
tanpa memiliki sebuah pemikiran apa akibatnya akan kekal? Bukankah seharusnya
kita memberikan peringatan kepada semua manusia apa akibat penolakan mereka
terhadap Allah?
Ada
sesuatu kekurangan yang menyedihkan di gereja karena kita tidak susah hati
karena masalah keadaan yang tidak seimbang antara yang kaya yang memiliki segala
yang baik sementara yang miskin kelihatannya susah dan di dera. Allah yang adil
dan benar akan membawa kembali ingatan setiap episode, setiap dosa dan setiap
tindakan manusia yang mengabaikan Diri-Nya dan jalan-Nya. Keadilan dan
kebenaran akan dijalankan berdasarkan kitab yang mencatat perbuatan mereka.
Kita
semua bertanggung jawab di hadapan Allah. kita tidak dapat mendapatkan
pembenaran atas hal yang jahat dan fasik yang kita lakukan karena masa lalu
kita, karena kita dirampas, atau ketika kita anak-anak kita mengalami pelecehan
seksual tau karena kita kurang ini atau kita kurang itu. Tidak ada
pengecualian. Kita bertanggung jawab kepada Allah. Dia akan memberikan semua
anugerah agar kita bisa hidup benar di hadapan-Nya, karena Dia berkata kepada
Abraham, "Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak
bercela” itu adalah statement kepada setiap putra dan putri Abraham. “Hiduplah dihadapan-Ku,
bukan dihadapan dunia atau style dunia ini. Hiduplah dengan tidak bercela, itu
akan sulit, tapi Aku adalah Allah yang maha kuasa, Aku akan memberikan semua
anugerah, sehingga pada saat hari penyataan-Ku, engkau tidak akan malu. Engkau akan
sanggup bertemu muka dengan muka dengan-Ku tanpa rasa takut. Engkau tidak akan
bersembunyi di celah-celah bukit batu. Engkau ingin untuk ingin melihat Aku. Engkau
rindu untuk hari penyataan Diri-Ku karena engkau menanti upah bukan hukuman”
betapa sedikitnya kita memikirkan kekekalan dibanding dunia ini! Marilah kita
memberi perhatian yang layak kepada hal-hal yang kekal, marilah kita berhenti
dari memberikan perhatian yang berlebihan kepada hal-hal di hidup ini yang
hanya sementara dan seperti uap.
Comments