Pedoman hidup dalam terang kekekalan – K.P Yohannan
Tim
dan Rachel (bukan nama yang sebenarnya) telah menghubungi saya beberapa bulan
lalu dengan sebuah awal pembicaraan. “Saudara K.P” Tim berkata, “kami ingin menyumbang uang ke organisasi
penginjilan anda. Tapi jumlah uangnya cukup besar.” “berapa besar jumlah uang yang
kalian ingin berikan?” saya bertanya kepadanya. “1 juta dollar.” 1 juta dollar!
Saya harus bertanya kembali untuk memastikan kalau apa yang saya dengar adalah
benar. Sewaktu kami berbicara saya mengerti kalau Tim adalah seorang tukang
listrik sementara Rachel tinggal di rumah untuk mengurus anak mereka. Saya bingung
bagaimana mereka sanggup untuk menyumbangkan uang sebanyak itu.
‘’Sebagai sebuah keluarga,” Tim berkata kami
hidup cukup sederhana. Uang yang kami sumbangkan adalah hasil warisan.” Apakah itu
semua uang yang kalian punya? Saya bertanya. “Iya, itu semua uang yang kami punya,”
dia menjawab. ‘’Tim, berikan saya waktu tiga hari untuk berdoa tentang uang
yang akan kalian berikan,” saya berkata saya akan menghubunginya kembali.
Sewaktu
saya menutup telpon, hati saya tidak enak. Pasangan muda ini berencana
memberikan semua yang mereka miliki – semuanya – kepada pelayanan kami. Mereka
serius percaya kepada kami. Tanggung jawab yang besar untuk mengelola secara
baik dibebankan secara berat atas pundak saya. Saya meminta staff saya untuk
berdoa dan puasa dengan saya tentang hal ini. Tiga hari kemudian saya menelpon
Tim. Saya tidak merasakan damai sejahtera untuk menerima seluruh uang tersebut,
saya berkata kepada dia saya merasa
Tuhan memberikan kebebasan kepada kami untuk menerima uang kalian sebanyak yang
dibutuhkan atas satu proyek yang mana sedang kami doakan – yang nilainya
mendekati 300,000 dollar. Saya juga mengatakan kepada dia organisasi misi
lainnya yang dapat dia hubungi dan doakan untuk dia tolong, jika Allah menuntunnya
untuk melakukan itu. beberapa hari kemudian saya menerima ceknya melalui pos.
Sewaktu
saya dijadwalkan untuk berkotbah tentang konferensi misi di daerah rumah Tim
dan Rachel dan saya akan berencana menjumpai mereka. Saat saya mau ke rumah mereka,
mereka berdiri di gerbang rumah mereka menyalami saya dengan senyuman yang
hangat. Tidak ada apapun yang dapat meyakinkan orang lain kalau mereka memiliki
uang jutaan dollar. Saya tidak tahu harus berpikir apa, tapi semua prasangka
saya sirna. Setelah saya menerima jabat tangan mereka yang ramah, Tim menuntun
jalan yang melalui mobil mereka. Sekarang saya sungguh-sungguh mengalami shock!
Dia menaruh barang bawaan saya ke bagasi mobil mereka yang jelek dan tua. Rumah
mereka tidak bagus dengan ukuran apapun, Rachel adalah seorang tuan rumah yang
ramah dan anak-anak mereka bermain dengan gembira dan ribut di dalam rumah
mereka.
Selagi
saya menghabiskan waktu dengan Tim dan Rachel, saya mendengar cerita mereka.
Sebagai seorang pemuda yang belum menikah, Tim menghabiskan begitu banyak waktu
dengan Tuhan di dalam doa dan firman-Nya. Dia begitu digerakkan dengan belas
kasihan untuk dunia yang terhilang dan itu menghancurkan hatinya. Dia kemudian
menjual rumahnya, mobil-mobilnya dan kebanyakan pakaiannya. Uangnya kemudian
dia kirim secara diam-diam ke berbagai negara yang berbeda untuk mencetak literatur
injil. dia hidup begitu radikal bagi Yesus sehingga beberapa orang benar-benar
berpikir kalau dia sudah gila.
Di
waktu ini dia bertemu Rachel. Singkat cerita mereka jatuh cinta. Tapi Rachel
berasal dari sebuah keluarga yang kaya. “Meskipun saya mencintaimu,” Tim
berkata kepada Rachel, “saya tidak dapat berpikir kalau saya akan menikahimu.” “Kenapa
tidak?” kamu tahu saya telah memberikan seluruh kehidupan saya, pekerjaan saya,
semuanya hanya untuk satu alasan – untuk memenangkan dunia yang terhilang bagi
Tuhan. Jika saya menikahimu, dengan jutaan dollar yang akan menjadi milikmu,
mungkin kamu tidak ingin menjalani kehidupan seperti kehidupan yang saya pilih.
Saya tidak dapat menikahimu Rachel.” Rachel berkata “kamu tidak mengerti, saya
mencintaimu apa adanya, dan itulah kehidupan yang saya inginkan juga. Jadi mereka
membuat sebuah ikrar antara mereka dan Tuhan : kalau mereka tidak akan
menyentuh sedikitpun uang yang dimiliki Rachel di dalam pernikahan mereka. Tim
melanjutkan pekerjaannya sebagai tukang listrik untuk memenuhi kebutuhan hidup
mereka. Mereka akan hidup sesederhana mungkin dalam membeli pakai dan mobil
yang mereka gunakan. Semua uang dari hasil warisan Rachel sebagaimana juga uang
tips dari hasil kerja Tim seluruhnya akan digunakan untuk pekerjaan Tuhan
Saya
tidak akan melupakan Tim dan Rachel, Rumah mereka, mobil mereka dan gaya hidup
yang mereka pilih. Saya tidak akan pernah melupakan rasa puas dan sukacita yang
penuh di wajah mereka. Setiap hari mereka mengevaluasi hidup mereka, bertanya
kepada diri mereka apakah tindakan mereka, keputusan mereka, apa yang mereka
beli adalah berguna untuk menjangkau yang terhilang. Kehidupan mereka
merepresentasikan sebuah pilihan untuk hidup dan menilai segala sesuatu dalam
terang kekekalan.
Comments