Korban - Art Katz

Dipercikkannyalah sedikit dari minyak itu ke mezbah tujuh kali dan diurapinya mezbah itu serta segala perkakasnya, dan juga bejana pembasuhan serta alasnya untuk menguduskannya. Kemudian dituangkannya sedikit dari minyak urapan itu ke atas kepala Harun dan diurapinyalah dia untuk menguduskannya. Musa menyuruh anak-anak Harun mendekat, lalu dikenakannyalah kemeja kepada mereka, diikatkannya ikat pinggang dan dililitkannya destar, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa. Disuruhnyalah membawa lembu jantan korban penghapus dosa, lalu Harun dan anak-anaknya meletakkan tangannya ke atas kepala lembu jantan korban penghapus dosa itu. Lembu itu disembelih … (Imamat 8:11-15a)

Kita perlu mengerti apa yang tersirat sewaktu Musa menyembelih lembu jantan tersebut. Itu adalah sebuah fenomena yang mengerikan, yang membawa kematian supaya terdapat kehidupan dan peristiwa itu dilakukan di depan seluruh umat Israel. Mereka menyaksikan pisau menusuk lembu tersebut dan darah menyembur keluar. Mereka menyaksikan binatang terkulai, sempoyongan dan jatuh kemudian disembelih.  Itu adalah adegan yang sangat nyata di depan mereka.  Sebuah peristiwa pemotongan binatang, menyaksikan binatang meronta kesakitan sementara lehernya di gorok, adegan itu benar-benar merupakan tindakan yang sama sekali bodoh dan tidak ada hal apapun yang dilakukan dalam peristiwa itu yang dapat dijelaskan dengan alasan manusia modern.

… lalu Musa mengambil darahnya, kemudian dengan jarinya dibubuhnyalah darah itu pada tanduk-tanduk mezbah sekelilingnya, dan dengan demikian disucikannyalah mezbah itu dari dosa; darah selebihnya dituangkannya pada bagian bawah mezbah. Dengan demikian dikuduskannya mezbah itu dan diadakannya pendamaian baginya. Diambillah segala lemak yang melekat pada isi perut, umbai hati, kedua buah pinggang serta lemaknya, lalu Musa membakarnya di atas mezbah.Tetapi lembu jantan itu dengan kulit, daging dan kotorannya dibakarnya habis di luar perkemahan, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa. (Imamat 8:15b-17)

Ini adalah berlawanan dengan apa yang akan dilakukan manusia, yang mana hal ini menunjukan betapa sorga adalah berlawanan terhadap pendapat dan pertimbangan duniawi. Kita akan menyelamatkan hal-hal yang akan Allah hancurkan. Sementara hal-hal yang akan kita buang karena kita anggap menjijikan dan tidak berharga adalah hal-hal yang Allah inginkan untuk kita korbankan. Daging dan kulit kita yang mana nikmati sebagai sesuatu yang mempunyai nilai besar dibakar bersama dengan kotoran. Mereka bukan hanya dibakar, tapi dibakar diluar perkemahan; hal itu menunjukan kejijikan Allah terhadap daging. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah.

Hal-hal yang merupakan bau yang harum bagi Allah adalah bagian dalam kita, hal-hal batiniah – bukan hal-hal lahiriah. Allah tidak tertarik dengan kulit dan daging; Dia menganggap itu sama dengan kotoran. Bagian dalam adalah manusia batiniah kita, yang dikerjakan oleh Allah di tempat yang tersembunyi, yang muncul dari pergumulan batin yang adalah sebuah persembahan yang berbau harum dan menyenangkan bagi Allah. Kita telah bersalah sebagai kristen kontemporer dengan mempersembahkan kepribadian kita yang menarik, pesona kita dan kemampuan lahiriah kita kepada Allah, kita mempersembahkan semua itu sebenarnya karena kita tidak mempunyai hal-hal batiniah untuk dipersembahkan, kita tidak pernah belajar untuk masuk kedalam perhentian-Nya atau menantikan Dia. Kita telah menolak yang namanya penderitaan, teguran dan ketidakjelasan yang mana hanya di dalam hal-hal itu persembahan yang harum dapat kita miliki dalam diri kita. Kita tidak menghargai hal-hal tersebut sebagaimana Allah menghargainya dan kita lebih suka melakukan sesuatu tanpa hal-hal tersebut. kita memerlukan ketaatan dan visi yang akan memampukan kita untuk membuang kulit dan daging kita keluar perkemahan dan juga  membuat itu tidak berada di tempat kudus sebagaimana juga tidak ada di mimbar.

Anda tidak dapat mengatakan kapan imam selesai dan korban mulai dipersembahkan, karena imam dan korban adalah satu. Dan imam adalah seorang imam yang sesungguhnya dia sendiri adalah sebuah korban, seseorang yang telah menerima sebuah timbunan “lemak”, sisa “lemak” atau karya Allah dalam manusia batiniahnya yang dikerjakan Allah di tempat tersembunyi. Dia mengenal Allah ditempat yang tersembunyi dibelakang tabir situasi dan perasaan-perasaan lahiriah. Allah telah berurusan dengan dia dengan sebuah cara yang tidak bisa dijelaskan kepada orang lain, sebuah cara yang merupakan skandal, yang manusia melihatnya sebagai teguran, sebuah cara yang membuat orang tersebut benar-benar sendiri untuk menderita dan menanggung penderitaan tersebut. Hal-hal tersebut adalah memalukan, hal-hal yang telah Allah tempa dalam hidup anda didalam keheningan dan ketenangan, hal-hal yang dimaksudkan untuk membawa anda kepada-Nya. Hanya beberapa orang yang telah membuka diri mereka kepada Allah, membiarkan Allah berurusan dengan manusia batiniah mereka, dimana disitu dapat dibentuk sebuah persembahan yang berbau harum. Kebanyakan kita protektif dan kita tidak mengizinkan Allah atau siapapun untuk masuk kedalam tempat kita yang paling dalam. Kita telah memproteksi diri kita dari penderitaan dan sakit yang akan kita alami karena penderitaan itu dan oleh karenanya seluruh kehidupan kita hidupi dengan manusia lahiriah kita.


Comments

Popular posts from this blog

Masih Adakah Pewahyuan Sekarang Ini?

Sebuah kajian kritis terhadap doktrin pre-tribulasi rapture

Sebuah Biografi Singkat Mengenai Kehidupan John Wesley