Dasar Injil : Sebuah Introduksi Apostolik - Paul Washer
Dan
sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku
beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh
berdiri. Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya,
seperti yang telah kuberitakan kepadamu--kecuali kalau kamu telah sia-sia saja
menjadi percaya. Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu
apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena
dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa
Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci (1
Korintus 15:1-4)
Seorang
penulis atau pengkotbah akan kesulitan untuk membuat sebuah introduksi Injil
Yesus Kristus yang lebih baik dibandingkan introduksi yang dibuat oleh rasul
Paulus di atas kepada jemaat di Korintus. Dalam beberapa baris kata dia
memberikan kepada kita sebuah kebenaran yang cukup untuk kita hidupi seumur
hidup kita dan membawa kita pulang kepada kemuliaan. Hanya Roh Kudus yang dapat
memampukan seseorang menulis dengan begitu padat dan jelas hanya dalam tulisan
yang cukup singkat.
Sebuah Injil bagi
semua orang
Dan
sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil…(1 Korintus
15:1)
Dalam
kalimat yang sederhana ini, kita menemukan sebuah kebenaran yang harus digali
kembali oleh setiap kita. Injil bukan hanya sebagai introduksi kepada
kekristenan. Tapi injil adalah pesan dari kekristenan dan bukan hanya sarana
kepada keselamatan tapi juga sarana untuk pengudusan yang terus menerus bagi
orang orang kristen yang paling dewasa.
Rasul
Paulus telah memberitakan injil kepada orang orang ini! Dia adalah bapak rohani
mereka! Namun demikian dia melihat kebutuhan yang terbesar adalah untuk terus
mengajarkan injil kepada mereka, tidak hanya untuk mengingatkan kepada mereka
unsur esensial dari injil, tetapi juga untuk memperluas pengetahuan mereka
tentang injil. Pada saat pertobatan mereka, mereka sebenarnya baru memulai
sebuah perjalanan untuk memahami kemuliaan Allah yang dinyatakan dalam injil
Yesus Kristus, sebuah perjalanan yang akan di lakukan sepanjang hidup mereka
dan yang akan terus berlanjut sepanjang kekekalan.
Kalau
kita kembali melihat sepanjang sejarah kekristenan, kita melihat pria dan
wanita yang mempunyai hasrat yang luar biasa bagi Allah dan kerajaan-Nya. Kita
ingin seperti mereka, dan kita heran bagaimana caranya mereka bisa mempunyai
api yang menyala nyala bagi Allah. Saya telah mempelajari kehidupan beberapa dari
mereka, dan saya menemukan satu kesamaan di antara mereka. Mereka semua
tampaknya telah melihat sekilas kemuliaan injil dan keindahan injil membakar
hasrat mereka dan menggerakan hidup mereka. Hasrat yang sejati dan terus
menerus yang ada dalam hidup mereka berasal dari sebuah pemahaman yang terus
meningkat dan semakin dalam atas apa yang telah Allah lakukan bagi umat-Nya
dalam Pribadi dan karya Yesus Kristus!
Sekarang
ini, begitu banyak konferensi (seminar, KKR) dan semacamnya yang diadakan bagi
anak anak muda yang di rancang untuk membakar gairah mereka melalui fellowship.
musik, pembicara pembicara yang fasih dan kisah kisah emosional dan ajakan yang
bersemangat. Namun demikian seringkali kegairahan apapun yang mereka ciptakan akan lenyap dengan cepat.
Pada akhirnya, api kecil yang ada di hati hati yang kecil akan padam dalam
beberapa hari saja. Kita telah melupakan gairah yang sejati, gairah yang sejati
lahir dari sebuah pengetahuan akan kebenaran dan khususnya kebenaran injil.
Semakin seseorang memahami keindahannya, semakin seseorang akan tertawan oleh
kuasanya. Sekilas saja seseorang yang telah dilahirkan kembali melihat sedikit
keindahan injil, keindahan tersebut akan menggerakan dia untuk mengikuti
Kristus. Lebih besar lagi keindahan injil yang dia lihat akan semakin
mempercepat langkahnya lagi dengan berani untuk merebut hadiah injil. Untuk
keindahan seperti ini, hati seorang kristen yang sejati tidak dapat menolaknya.
Inilah kebutuhan terbesar saat ini! Inilah yang terhilang dari kekristenan kita
- mengkotbahkan injil.
Sebuah Injil untuk di
kotbahkan
…
yang aku beritakan kepadamu, (1 Korintus 15:1)
Kelihatannya
dari kotbah kotbah yang dikotabhkan sekarang, kotbah yang berapi api sudah
menjadi kuno. Kotbah seperti itu menurut banyak orang, kurang halus dan kurang
pintar, agar kotbah tersebut bisa efektif di era modern ini. Pengkotbah yang
berapi api yang mengkotbahkan kebenaran dengan berani dan tidak secara
apologetik (memakai logika) akan di anggap sebuah hambatan bagi orang orang di
era post-modern ini yang menyukai sedikit kerendahan hati dan mempunyai
keterbukaan terhadap sudut pandang lain. Kebanyakan argumen yang mereka katakan
adalah bahwa kita hanya harus mengubah cara kita berkotbah karena cara kita
berkotbah terlihat bodoh bagi dunia ini sekarang
Dengan
sikap seperti itu terhadap kotbah adalah bukti bahwa komunitas injili kita
telah kehilangan bantalan peluru untuk memberitakan injil. Adalah Allah yang
telah menetapkan “oleh kebodohan pemberitaan injil” menjadi sarana membawa
pesan keselamatan kepada dunia. Ini tidak berarti bahwa kotbah itu harus bodoh,
tidak logis atau aneh, tapi standar
semua kotbah harus dibandingkan dengan
kitab suci dan bukan dibandingkan dengan opini opini kontemporer dari sebuah
kultur yang telah rusak dan hancur yang menganggap dirinya bijak.
Teori
yang selalu digunakan adalah bahwa di kultur kita sekarang ini tidak dapat
mentoleransi tipe kotbah yang begitu efektif pada waktu kebangunan rohani yang
besar di zaman dahulu. Kotbah George Whitefield, John Wesley dan kotbah kotbah
yang dikotbahkan para pengkotbah lain yang tipe kotbahnya sama dengan mereka
akan di ejek, di kecam, di tertawakan dan di cemooh oleh manusia modern. Namun
demikian teori ini juga akan di anggap gagal karena para pengkotbah ini ternyata
juga di ejek dan di kecam oleh orang orang di zamannya! Pemberitaan injil yang
sejati akan selalu berupa “kebodohan” bagi setiap kultur. Setiap upaya untuk
meniadakan keofensifan pemberitaan (kotbah) dan membuat kotbah menjadi “cocok”
akan melemahkan kuasa injil. Teori ini juga tidak sesuai dengan tujuan Allah,
yang mana Allah telah menentukan kotbah adalah sebagai sarana untuk
menyelamatkan manusia – sehingga harapan manusia tidak terletak pada kotbah
yang halus, fasih dan penuh hikmat dunia tapi pada kuasa Allah.
Kita
hidup di sebuah kultur yang tercemar oleh berlimpahnya dosa. Cerita cerita
moral, pepatah pepatah kuno dan pelajaran pelajaran hidup yang dibagikan
seorang pengkotbah yang kita sukai tidak akan mempunyai kekuatan untuk melawan
kegelapan di kultur kita. Kita
membutuhkan para pengkotbah yang mengkotbahkan injil Yesus Kristus, yang
mengerti kitab suci dan di beri kesanggupan oleh anugerah Allah untuk
menghadapi setiap kultur dan berseru, “beginilah firman Tuhan”
Sebuah Injil untuk
diterima
…
dan yang kamu terima (1 Korintus 15:1)
Untuk
manusia di selamatkan, injil harus diterima. Namun demikian apa artinya untuk
“menerima” injil! Tidak ada sesuatu yang luar biasa dengan kata “menerima”
dalam bahasa Inggris ataupun dalam bahasa aslinya yaitu bahasa Yunani, tapi
dalam konteks injil kata menerima menjadi luar biasa dan salah satu kata yang
paling radikal di kitab suci
Pertama,
ketika dua hal berlawanan atau bertolak belakang satu sama lainnya, untuk
menerima yang satu adalah untuk menolak yang lain. Semenjak tidak ada persamaan
atau persahabatan apapun antara injil dan dunia, untuk “menerima’ injil adalah
“menolak” dunia. Apa yang ditunjukkan di sini memperlihatkan betapa radikalnya
tindakan untuk menerima injil itu. Untuk menerima dan mengikuti panggilan injil
adalah untuk menolak semua yang dapat dilihat oleh mata dan dapat di pegang
oleh tangan untuk menukarnya dengan apa yang tidak bisa dilihat. Menerima injil
adalah menolak otonomi pribadi, mempunyai hak untuk memerintah atas dirinya
sendiri, untuk menjadi budak dari Seorang “Mesias” yang mati dua ribu tahun
lalu di kenal sebagai Seorang musuh negara dan Seorang yang menghujat (Yohanes
10:33). Menerima injil adalah untuk menolak mayoritas dengan segala
pandangannya untuk bergabung dengan minoritas yang di caci maki dan
kelihatannya tidak signifikan yang di sebut gereja. Untuk menerima injil adalah
untuk mempertaruhkan segalanya dalam hidup yang cuma sekali dan satu satunya
ini dan percaya bahwa Nabi yang ditusuk ini adalah Putra Allah dan Juruselamat
dunia.
Kedua,
bagi seseorang untuk “menerima injil” adalah percaya secara eksklusif dalam
Pribadi dan karya Yesus Kristus di kayu salib sebagai satu satunya jalan untuk
bisa menjadi benar di hadapan Allah. Ada sebuah pepatah umum yang mengatakan
untuk mempercayai sesuatu secara eksklusif adalah berbahaya atau paling tidak
itu adalah sebuah hal yang sangat tidak bijaksana untuk dilakukan. Seseorang
akan di anggap ceroboh untuk tidak mempunyai rencana cadangan, untuk tidak
memiliki sebuah jalan keluar alternatif, untuk tidak mendiversifikasi
investasinya atau menaruh telor dalam satu keranjang yang sama dan membakar
semua jembatan di belakangnya. Namun inilah tindakan yang dilakukan oleh
seseorang yang menerima Yesus Kristus. Iman kristen adalah eksklusif. Untuk
menerima Kristus dengan benar adalah membuang semua harapan lain tapi hanya
berharap kepada Kristus saja. Untuk alasan inilah rasul Paulus berkata orang
kristen adalah orang yang paling malang kalau Kristus tidak dibangkitkan. Untuk
menerima injil bukan hanya mengucapkan sebuah doa meminta Tuhan Yesus untuk
masuk kedalam hatinya, tapi untuk membuang dunia dan merangkul janji tentang
kepenuhan Kristus.
Untuk
“menerima injil” berarti memberikan diri seseorang kepada Ketuhanan Yesus
Kristus. Hal ini sangat berbeda dengan maksud penginjilan kontemporer yang
mengarahkan orang orang untuk “membuat Yesus Tuhan”. Apa yang harus kita
mengerti adalah Yesus ADALAH Tuhan dari setiap orang. Kitab suci mengatakan
Allah bahwa Allah telah membuat Yesus menjadi Tuhan dan Kristus. Dia yang telah
melantik raja-Nya di Sion, gunung-Nya yang kudus dan mengolok ngolok orang
orang yang melawan Dia. Allah tidak menyuruh manusia untuk membuat Yesus
sebagai Tuhan mereka, tapi Allah memerintahkan manusia untuk hidup dalam
ketaatan penuh kepada Yesus yang telah dijadikan Tuhan.
Mereka
yang menerima injil dan dengannya Yesus adalah Tuhan, akan melakukan suatu hal
yang sangat berbahaya tetapi sangat bijaksana. Berbahaya seperti disini seperti
singa yang bernama Aslan di Novel Narnia karya C.S Lewis. Dia bukan singa yang
jinak, dia berbahaya. Dia memiliki hak untuk meminta apapun dari mereka yang
memanggilnya tuan, tapi dia baik dan layak untuk di percayai dengan sukacita.
Adalah hal yang sama dengan Yesus, Dia yang memanggil orang orang letih lesu
dan berbeban berat untuk datang kepada-Nya, Dia juga boleh meminta segala yang
mereka miliki dan mengutus mereka untuk mengorbankan hidup mereka bagi
tujuan-Nya di dunia yang sudah jatuh dan gelap ini.
Untuk
menerima ini dan Yesus sebagai Tuhan adalah sebuah hal yang paling bijaksana.
Apakah yang lebih masuk akal daripada mengikuti Pencipta yang Mahakuasa dan
Pemelihara alam semesta, yang mengasihi umat-Nya dengan sebuah kasih yang
kekal, menebus mereka dengan darah-Nya sendiri dan mendemontrasikan
komitmen-Nya yang tanpa kompromi terhadap setiap janji yang telah Dia ikrarkan?
Walaupun Dia tidak seperti yang di ungkapkan di atas dan semua kebaikan ini
tidak ada di dalam Dia, tetap akan menjadi suatu hal paling bijaksana untuk
mengikuti Dia karena siapa yang dapat menolak kehendak-Nya? Karena alasan ini
dan begitu banyak alasan lainnya rasul menasihatkan kita supaya kita
mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang
berkenan kepada Allah dan menyebutnya sebagai
ibadah yang sejati atau ibadah yang rohani.
Untuk
menerima injil berarti menurunkan dunia dan diri sendiri dari tahkta hati kita
dan Kristus menjadi episenter kita yang baru! Dia menjadi sumber, tujuan,
sasaran dan motivasi dari seluruh keberadaan kita dan apa yang kita lakukan.
Saat seseorang menerima injil, segenap kehidupannya mulai di jalani dalam
konteks yang berbeda dan konteks itu adalah Kristus. Meskipun tanda tanda
lahiriah pada saat pertobatan sejati mungkin kurang dramatis, tapi efek
bertahap dari pertobatan sejati itu akan menjadi monumental. Seperti sebuah
batu kerikil yang di lempar ke tengah danau, efek riak injil akhirnya akan
mencapai batas sekeliling kehidupan orang kristen dan menyentuh setiap
pantainya.
Akhirnya,
untuk menerima injil adalah untuk menjadikan injil itu sebagai satu satunya
sumber kelangsungan hidup seseorang. Kristus tidak dapat di terima sebagai
“sebuah bagian” dari kehidupan seseorang ataupun tambahan untuk semua hal
baik lainnya yang telah di miliki
seseorang tanpa Dia. Dia bukan semacam aksesoris tambahan yang menghiasi hidup
kita dan membuat hidup kita kelihatan lebih baik. Di dalam kita menerima injil,
Dia menjadi hidup kita. Dalam Yohanes 6:53, Yesus berkata, “sesungguhnya
jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak
mempunyai hidup di dalam dirimu.” Dalam Mazmur 34:8 Daud berseru, “Kecaplah dan
lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu!”
untuk menerima Kristus ke dalam hidup kita artinya adalah Dia tidak
hanya menjadi Makanan yang memelihara kelangsungan hidup kita, tapi juga sebuah
Makanan yang sangat istimewa yang membuat kita bergirang.
Sebuah injil yang di
dalamnya kita teguh berdiri
…
yang di dalamnya kamu teguh berdiri.(1 Korintus 15:1)
Dalam
teks yang kita baca, rasul Paulus mengatakan kepada kita bahwa injil tidak
hanya untuk di terima, tapi juga sebuah kebenaran yang di dalamnya kita teguh
berdiri. Kenyataannya, untuk berdiri teguh dalam kebenaran injil adalah bukti
bahwa seseorang telah menerima injil dengan benar. Yakobus mengatakan kepada
kita iman yang sejati itu di sertai perbuatan. Di sini, rasul Paulus
mengajarkan kepada kita bahwa iman yang sejati itu menghasilkan pertobatan yang
mempengaruhi kehendak dan sikap kita. Seseorang yang sungguh sungguh telah
menerima injil ini, berdiri di atas kebenarannya, menjalani hidupnya
berdasarkan kebenaran injil. Di dalam perkataan Tuhan Yesus kristus, seseorang
yang telah mendengar dan menerima injil mungkin dapat di ibaratkan seperti
“orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah
hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu
tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.”
Rasul
Paulus punya alasan yang cukup kuat untuk berharap setidaknya ada beberapa
orang di gereja Korintus merupakan orang orang kristen yang sejati karena
kenyataannya mereka berdiri teguh dalam kebenaran injil. Ada juga yang lain
yang mengindentifikasikan diri mereka dengan gereja yang sama dan menyita
perhatian Paulus dengan cukup besar dan Paulus memperingatkan kepada mereka
untuk menyelidiki dan menguji diri mereka, apakah mereka tetap tegak di dalam
iman. Adalah hal mudah untuk membuat sebuah pengakuan kekristenan; tapi untuk
memvalidasi pengakuan kristen seseorang adalah hal yang sangat berbeda.
Seseorang bisa saja berkata bahwa dia telah “menerima injil” tapi tetap
pertanyaan adalah, “apakah dia berdiri teguh di dalam injil?” yang terakhir
merupakan bukti dari awal.
Untuk
menyatakan bahwa dalam penerimaan injil akan menghasilkan pertobatan injil yang
sejati, bukan berati bahwa seorang kristen baru akan langsung dewasa rohani dan
orang orang kristen yang dewasa rohani tidak pernah bergumul. Bahkan orang
orang yang paling saleh di antara kitapun penuh kegagalan dalam perjuangannya
melawan dosa. Bagaimanapun di tengah tengah pergumulan mereka, pergumulan itu
merupakan bukti bahwa mereka mempunyai sebuah keyakinan yang teguh kalau injil
itu adalah benar dan mereka menunjukan sebuah tekad untuk berdiri di atas
kebenaran injil tersebut. Meskipun pertempuran melawan dosa itu seperti tidak
seimbang dan bahkan mereka jatuh, tapi secara
keseluruhan hidup mereka, kita melihat mereka berdiri teguh! Mereka
berdiri karena Allah membuat mereka berdiri. Mereka telah dilahirkan kembali
oleh Roh Allah dan Roh itu ada dalam hidup mereka. Meskipun mereka berperang
melawan dosa dan daging mereka yang lemah, sebuah pertobatan sejati yang
memimpin kepada kebenaran adalah buktinya.
Sebuah Injil yang
olehnya kita diselamatkan
…
oleh Injil itu kamu diselamatkan, (1 Korintus 15:2)
Janji
terbesar dari injil adalah keselamatan. Setiap janji lain dan setiap manfaat
lain yang diperoleh menjadi tidak ada
artinya jika dibandingkan satu hal ini - karena Injil adalah kekuatan Allah
yang menyelamatkan dan barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan
diselamatkan. Menurut 1 Petrus1:9 keselamatan adalah tujuan iman orang kristen,
keselamatan adalah akhir dari tujuan dari semua yang telah Kristus lakukan.
Keselamatan adalah kerinduan terbesar orang kristen sejati dan akhir dari
segala yang di perjuangkannya. Allah tidak dapat memberikan pemberian yang
lebih besar dan orang kristen tidak bisa mempunyai harapan atau motivasi yang
lebih besar selain keselamatan melalui injil Yesus Kristus.
Karunia
keselamatan bahkan lebih berharga lagi bagi kita saat kita menyadari siapa
sebelumnya kita di hadapan Kristus dan apa layak kita dapatkan sebagai orang
berdosa. Natur kita adalah pendosa, perbuatan kita menunjukan kalau kita
pendosa dan kita sudah rusak sampai titik bejat. Kita semua adalah pelanggar
hukum dam penjahat tanpa terkecuali atau dengan dalih apapun di hadapan tahkta
keadilan Allah. Kita layak menerima tidak kurang dari apapun dari yang namanya
hukuman kekal, tapi sekarang kita di selamatkan melalui darah Putra Allah.
Karena waktu kita masih lemah dan menjadi musuh Allah, Kristus telah mati untuk
kita orang-orang durhaka. Melalui Dia, kita yang jauh menjadi dekat, melalui
darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan
kasih karunia-Nya,
Kita
telah di selamatkan dari dosa kita, diperdamaikan dengan Allah dan dibawa masuk
kedalam persekutuan dengan Dia sebagai anak anak Allah! Apa lagi yang lebih
dapat kita harapkan, apa lagi yang lebih kita butuhkan? Bukankah karunia
keselamatan melalui darah Anak-nya cukup untuk memenuhi hati kita dengan
sukacita yang berlimpah dari kekekalan menuju kekekalan? Bukankah itu cukup
untuk memotivasi kita untuk hidup bagi Dia yang telah mati bagi kita? Janji
lain apalagi yang kita butuhkan? Akankah kita lebih sungguh sungguh hidup bagi
Dia karena Dia tidak hanya menjanjikan keselamatan, tapi juga karena Dia
menjanjikan kesembuhan, kenyamanan hidup, kemakmuran dan kehormatan? Apa
artinya hal hal itu jika dibandingkan dengan karunia keselamatan dan pengenalan
akan Dia? Menjauhlah dari mereka yang berusaha membujuk kita untuk beribadah
kepada Tuhan dengan menjanjikan kepada kita sesuatu yang lain selain Yesus
Kristus. Jika setiap orang yang mengasihi kita tidak mengasihi kita lagi, walau
tubuh kita membusuk dalam tempat pembuangan sampah, dan kita fitnah baik oleh
teman dan musuh, kita akan tetap menemukan semua sumber pengabdian kita
kepada-Nya, alasan untuk kita tetap
mengasihi, memuji dan melayani Dia adalah satu hal ini – Dia telah mencurahkan
darah-nya bagi diri kita. Ibadah yang murni dan tak bercacat di gerakan oleh
satu hasrat yang kudus ini.
Apa
sebabnya janji keselamatan kekal saja kelihatannya tidak cukup mempunyai kuasa
untuk menarik manusia kepada Kristus? Mengapa manusia modern lebih tertarik
tentang bagaimana injil dapat menolong mereka dalam kehidupan sekarang ini?
Sebab pertama karena para pengkotbah tidak lagi berkotbah tentang hari
penghakiman yang akan datang dan bahaya neraka. Ketika hal hal ini di kotbahkan
secara alkitabiah dan jelas, manusia mulai melihat kebutuhan mereka yang
terbesar adalah untuk di selamatkan dari penghukuman kekal dan kebutuhan untuk
kotbah menjadi “lebih praktis” lagi di zaman sekarang ini akan menjadi hal sepele
yang tidak artinya dibandingkan kebutuhan untuk berkotbah tentang penghakiman
dan bahaya neraka. Manusia modern hanya mempunyai sedikit ketertarikan tentang
hal hal rohani dan kekekalan. Kebanyakan mereka lebih suka menghadiri sebuah
konferensi mengenai membangun harga diri dan pengembangan diri daripada
mendengarkan satu kotbah tentang pengudusan, yang tanpa hal itu tidak seorang
pun dapat melihat Allah.
Meskipun
adalah benar bahwa injil dapat dan selalu memperbaiki kehidupan dan keadaan
seseorang, sebagai pelayan injil, kita harus menghindari godaan untuk menarik
para pendengar dan jemaat dengan janji atau penopang apapun selain Yesus
Kristus dan kehidupan kekal. Meskipun hal itu akan lebih dari radikal di dalam
penginjilan modern sekarang, kita akan tetap berseru kepada orang banyak,
“Yesus Kristus menjanjikan kepada anda dua hal : harapan untuk sebuah
keselamatan kekal dan sebuah salib untuk kita pikul dan mati bersamanya. Roh
dan pengantin perempuan itu berkata: "Marilah!"
Sebuah injil untuk
kita pegang teguh
…
asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan
kepadamu--kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya. (1 Korintus
15:2).
Doktrin
“ketekunan orang orang kudus” adalah salah satu kebenaran paling berharga bagi
orang orang kristen yang mengertinya. Doktrin itu memberikan sebuah penghiburan
yang besar dan menguatkan kita untuk mengetahui bahwa Dia yang memulai
pekerjaan baik dalam kita akan meneruskannya sampai pada akhirnya.
Bagaimanapun, doktrin ini telah begitu di selewengkan dan telah menjadi sebuah
instrumen utama untuk memberikan jaminan keselamatan yang palsu kepada orang
orang yang tidak terhitung banyaknya, orang orang yang belum bertobat dan masih
hidup dalam dosa mereka.
Dalam
ayat di atas, rasul Paulus menulis,”… kamu diselamatkan, ASAL kamu teguh berpegang
padanya …” kata “asal” menunjukan adanya sebuah klausul bersyarat yang tidak
boleh kita abaikan dan hilangkan. Seseorang selamat “asal” dia teguh berpegang
pada injil, tapi “asal” dia tidak berpegang teguh, dia tidak selamat. Ini bukan
mengingkari doktrin ketekunan orang orang kudus, melainkan sebuah penjelasan
dari doktrin tersebut. Tidak seorangpun yang sungguh sungguh percaya dan
diselamatkan akan terhilang di kebinasaan kekal. Kasih karunia dan kuasa Allah
yang menyelamatkan mereka juga akan menjaga mereka sampai akhir hidup mereka,
tetapi bukti kalau mereka sungguh sungguh percaya adalah kalau mereka terus
bertumbuh secara rohani dan tidak berbalik dari-Nya. Meskipun mereka masih
bergumul melawan daging dan ditaklukkan oleh banyaknya kegagalan mereka,
keseluruhan perjalanan kehidupan mereka akan memperlihatkan sebuah kemajuan
yang penting dan nyata, baik dalam iman maupun dalam kesalehan. Ketekunan
mereka tidak menyelamatkan mereka atau membuat mereka menjadi obyek anugerah,
tapi mengungkapkan kalau mereka adalah obyek anugerah yang hanya di selamatkan
oleh iman. Untuk membuatnya lebih jelas, bukti atau validasi dari pertobatan
yang sejati adalah bahwa orang yang mengaku memiliki iman dalam Kristus akan
terus bertekun dalam iman dan terus bertumbuh dalam kekudusan sepanjang
kehidupannya. Jika seseorang mengaku memiliki iman dalam Kristus tapi dia
selalu jatuh dan tidak membuat kemajuan dalam kesalehannya; ini bukan berarti
dia telah kehilangan keselamatannya; hal ini hanya mengungkapkan kalau dia
belum pernah bertobat sama sekali.
Kebenaran
ini memiliki implikasi luar biasa yang jauh jangkauannya bagi banyak mereka
yang mengaku memiliki iman di dalam Kristus. Berapa banyak orang di luar sana
dan di bangku gereja yang percaya kalau mereka sudah “di selamatkan” dan merasa
diri mereka benar benar “kristen” karena pada suatu waktu mereka pernah
mengucapkan sebuah doa untuk meminta Tuhan Yesus masuk kedalam hati mereka?
Hidup mereka tidak pernah berubah, mereka tidak memiliki bukti kalau kasih
karunia Allah ada dalam kehidupan mereka dan walaupun demikian mereka sangat
yakin dengan keselamatan mereka karena sebuah keputusan (doa minta agar Tuhan Yesus
masuk dalam hati) yang mereka lakukan di masa lalu dan keyakinan mereka adalah
kalau doa mereka saat itu tulus. Tidak peduli bagaimana populernya kepercayaan
tentang doa meminta Tuhan Yesus masuk ke dalam hati, tidak ada satu landasan
pun di alkitab yang mendukung hal itu.
Adalah
benar bahwa pertobatan terjadi pada saat tertentu ketika seseorang berpindah
dari dalam maut ke dalam hidup melalui iman dalam Yesus Kristus. Bagaimanapun,
jaminan alkitabiah bahwa seseorang berpindah dari dalam maut ke dalam hidup
tidak hanya berdasarkan sebuah ujian yang dilakukan pada saat pertobatan, tapi
merupakan sebuah ujian yang dilakukan terhadap hidup seseorang dari awal
pertobatannya sampai akhir hidupnya. Di tengah tengah begitu banyaknya
keduniawian, rasul Paulus tidak meminta supaya jemaat di Korintus mengevaluasi
kembali pertobatan mereka di masa lalu, tapi meminta mereka untuk menguji
kehidupan mereka pada saat sekarang. Kita sebaiknya mengikuti jejak Paulus
dalam memberikan konseling bagaimana orang orang yang bertobat itu seharusnya.
Mereka harus mengetahui dan kita harus mengajar mereka bahwa bukti sejati karya
keselamatan Allah di masa lalu adalah karya keselamatan itu terus berlanjut
sampai akhir hidup mereka.
Sebuah injil yang
sangat penting
…
yang sangat penting … (1 Korintus 15:3)
Tidak
ada kata atau kebenaran yang lebih penting daripada injil Yesus Kristus. Kitab
suci penuh dengan banyak pesan. Kebenaran yang “paling kecil” diantara
kebenaran kebenaran yang ada kitab suci jauh lebih berharga dibandingkan semua
kekayaan dunia dan lebih penting dibandingkan pemikiran pemikaran terbesar yang
pernah ada dalam pikiran manusia. Jika, butiran debu yang paling kecil dari kitab suci lebih berharga
daripada emas, bagaimana bisa kita menghitung nilai atau pentingnya injil?
Bahkan
dalam kitab suci itu sendiri, pesan injil tidak ada bandingannya. Kisah
penciptaan, meskipun dihiasi dengan kemegahan, membungkuk di hadapan pesan
salib. Hukum Musa dan perkataan para nabi mengalihkan perhatian dari diri
mereka sendiri kepada pesan tunggal penebusan ini. Bahkan kedatangan Kristus
yang kedua kalinya, meskipun penuh keajaiban, hanya berdiri dalam bayang bayang
injil. Tidaklah berlebihan untuk mengatakan bahwa injil Yesus Kristus adalah
satu pesan yang paling besar dan paling penting, acropolis (kota di atas bukit)
dari iman kristen dan fondasi dari pengharapan orang kristen. Tidak ada yang
lebih penting, tidak ada yang lebih berguna dan tidak ada yang lebih dibutuhkan
untuk mempromosikan kemuliaan Allah dan kerajaan-Nya selain injil Yesus
Kristus.
Ini
adalah benar, untuk memahami injil adalah obsesi agung yang seharusnya kita
miliki. Ini adalah sebuah tugas yang mustahil, dan layak lah kita mengerahkan
semua usaha kita untuk memahaminya, karena semua kekayaan Allah dan sukacita
bagi semua orang kristen di temukan di
dalam pesan injil. Kita perlu menjauhkan diri kita dari setiap kesantaian dan
kesenangan yang tidak penting agar kita dapat mengerti kedalaman anugerah Allah
yang dinyatakan dalam pesan injil. sebuah ilustrasi yang indah dari gairah
seperti itu dapat kita temukan di Ayub 28:1-9
Memang
ada tempat orang menambang perak dan tempat orang melimbang emas; besi digali
dari dalam tanah, dan dari batu dilelehkan tembaga. Orang menyudahi kegelapan,
dan batu diselidikinya sampai sedalam-dalamnya, di dalam kekelaman dan kelam
pekat. Orang menggali tambang jauh dari tempat kediaman manusia, mereka
dilupakan oleh orang-orang yang berjalan di atas, mereka melayang-layang jauh
dari manusia. Tanah yang menghasilkan pangan, dibawahnya dibongkar-bangkir
seperti oleh api. Batunya adalah tempat menemukan lazurit yang mengandung emas
urai. Jalan ke sana tidak dikenal seekor burung buaspun, dan mata elang tidak
melihatnya; binatang yang ganas tidak menginjakkan kakinya di sana dan singa
tidak melangkah melaluinya. Manusia melekatkan tangannya pada batu yang keras,
ia membongkar-bangkir gunung-gunung sampai pada akar-akarnya;
Bahkan
di zaman Ayub yang kuno, ada orang yang bersedia memaksa diri mereka untuk sampai ke batas yang paling dalam,
membuat diri mereka tidak terlihat di permukaan, menggali batu yang keras di
dalam kekelaman dan kelam yang pekat, mempertaruhkan tubuh dan nyawa mereka,
supaya tidak satu pun batu berharga yang terlewat dalam usaha mereka mencari harta di dunia ini. Betapa kita
seharusnya lebih daripada mereka, kita yang sudah di terangi oleh Roh Kudus,
yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan
datang, bersedia meninggalkan segala hal yang kurang mulia untuk mengejar
pemahaman akan kemuliaan Allah yang ada dalam Yesus Kristus.
Lalu
mengapa sebuah gairah yang sejati untuk injil sangat jarang di temukan di
antara umat Allah? Pertama, karena injil yang di kotbahkan sekarang ini telah
di reduksi dengan mengerikan, injil yang dibuat menjadi semacam formula untuk
menarik orang dengan mudah kepada Kristus. Injil Allah tidak bisa dimuat hanya
dalam sebuah traktat, atau di simpulkan dalam beberapa hukum rohani. Adalah
baik kalau kita mengerti bahwa Allah mempunyai sebuah rancangan, ketika kita
jatuh dalam dosa, Kristus mati dan bangkit agar kita bisa di selamatkan oleh
iman, tapi itu hanyalah sebuah permulaan. Pada saat kita menyelidiki alkitab
dan memahami kemuliaan injil kita akan menyadari bahwa kita sedang berada dalam
sebuah perjalanan yang akan terus kita lanjutkan walau hidup kita sudah
berakhir di dunia ini, terus berlanjut sepanjang kekekalan. Dengan setiap
kebenaran baru yang kita temukan, kita lebih dan lebih lagi terpesona dengan
kemuliaan injil sampai hal itu menguasai seluruh pikiran kita dan menguasai
kehendak kita. Kita perlu mengeksplorasi injil jika ingin memiliki gairah
injil.
Alasan
kedua tentang kurangnya gairah injil adalah karena injil dilihat oleh banyak
orang sebagai kekristenan dasar atau seperti seseorang yang baru saja lahir
kembali oleh iman di dalam Yesus yang merasa begitu cepat sudah menguasai injil
dan sekarang hanya hal hal dalam yang tersisa bagi dia untuk dipelajari. Tidak
ada kebenaran yang lebih dalam lagi! Injil adalah sebuah “hal yang dalam” dari
kekristenan! Eskatologi dan rahasia kitab Wahyu akan kita pahami pada waktu
kedatangan Kristus yang kedua, tapi pengejaran kita akan kebenaran injil akan
terus berlanjut sepanjang kekekalan. Orang orang kristen yang paling hebat
sekalipun tidak akan pernah menguasai injil, tapi setiap kristen yang sejati
akan di kuasai oleh injil.
Sebuah injil yang
diberikan dan disampaikan
...
telah kusampaikan kepadamu … yang telah kuterima sendiri (1 Korintus 15:3)
Dalam
ayat di atas, kita mempelajari dua kebenaran penting tentang injil – injil itu
diberikan dan injil itu juga di sampaikan. Saat rasul Paulus menulis bahwa dia
“menerima: injil, dia membuat sebuah klaim tentang pewahyuan khusus. Dia tidak
memfabrikasi pesan ini ataupun dia meminjamnya dari orang lain. Melainkan injil
itu datang kepadanya melalui sebuah pewahyuan yang luar biasa tentang Yesus
Kristus. Di dalam Galatia 1:11-12, Paulus menjelaskan pengalamannya ini dengan
lebih rinci :
Sebab
aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa Injil yang kuberitakan itu
bukanlah injil manusia. Karena aku bukan menerimanya dari manusia, dan bukan
manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh penyataan
Yesus Kristus.
Hanya
ada satu injil yang benar. Injil itu lahir dalam hati Allah dan di berikan
kepada gereja melalui rasul rasul. Rasul rasul ini dengan inspirasi Roh Kudus
memaparkan dengan sangat jelas mengenai isi injil mereka dan keabadiannya.
Injil tidak harus dirubah atau disesuaikan untuk dapat di terima oleh berbagai
macam kultur atau di terima oleh berbagai zaman, tapi injil itu harus kita
pegang teguh sebagai kebenaran mutlak. Kita yang menjadi penerima dan pelayan
injil ini sebaiknya mendengarkan nasihat rasul rasul dan memberitakan injil ini
dengan sangat berhati hati, bahkan dengan rasa takut. Paulus menasihatkan kita
untuk menjaganya sebagai harta yang di percayakan kepada kita, bahkan lebih
jauh lagi dia menyampaikan bahwa akan terkutuk baik manusia maupun malaikat
yang menyesuaikan pesan injil kepada pemahaman yang sudah terlanjur mendominasi
pemikiran sebuah kultur ataupun agama .
Tetapi
sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu
suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu,
terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan
sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang
berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia. (Galatia 1:8-9)
Setiap
generasi kristen harus menyadari bahwa ada sebuah injil “kekal” yang telah
diberikan kepada mereka. Dan sebagai pelayannya, adalah tanggung jawab kita
untuk mempertahankan injil tanpa penambahan, pengurangan atau modifikasi
apapun. Untuk mengubah injil dengan cara apapun, menyampaikan injil yang tidak
murni kepada generasi berikutnya sama saja dengan mengutuk jiwa kita sendiri.
Untuk alasan inilah rasul Paulus memperingatkan Timotius yang masih muda untuk
mau menderita atas kebenaran yang dipercayakan kepadanya, dan menjanjikan
kepadanya bahwa dalam melakukan hal tersebut dia akan menyelamatkan dirinya dan
semua orang yang mendengarnya.
Kita
yang telah menerima injil, mempunyai sebuah kewajiban yang menakutkan untuk
menyampaikan injil tersebut. Kewajiban ini bukan hanya terhadap Allah tetapi
juga kepada generasi kita dan generasi yang akan datang. Meskipun injil dapat
di palsukan dalam waktu yang singkat, tapi gereja membutuhkan waktu bertahun
tahun bahkan berabad abad untuk memulihkan kebenaran yang telah di palsukan
tersebut. jika sejarah gereja mengajarkan kepada kita sesuatu, sejarah gereja
mengajarkan meskipun begitu banyak gerakan sesat dalam kekristenan, ada
beberapa reformator yang sejati. Ada sesuatu yang lebih mengerikan di
bandingkan sikap kita yang memilih untuk tidak berbuat apa apa sementara dunia
yang terhilang sedang meluncur kepada neraka. Yang lebih mengerikan adalah :
kejahatan mengkotbahkan injil yang di encerkan, injil yang di sesuaikan agar
dapat di terima setiap kultur; injil yang dijadikan semacam formula untuk
menarik orang dengan mudah kepada Kristus, kepada orang orang yang terhilang,
injil yang mengizinkan mereka secara lahiriah menjalankan ibadah mereka, tetapi
pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya, mengakui mengenal Allah tapi
menyangkal Dia melalui perbuatan mereka dan memanggil Yesus “Tuhan, Tuhan”,
sementara mereka tidak melakukan kehendak Bapa. Celakalah kita, jika kita tidak
memberitakan Injil, tapi lebih celaka lagi kalau kita memberitakannya tidak
benar!
Sebuah injil untuk
dijelaskan
…
“bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah
dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci.”(1 Korintus
15:3-4)
Injil
adalah segalanya dalam kekristenan dan kitab suci, tapi tidak semuanya dalam
kekristenan atau kitab suci adalah injil. Kesembuhan fisik, sebuah pernikahan
yang baik, dan pemeliharaan Allah, meskipun hal hal itu ada dan mengalir dari
injil, tapi hal hal itu bukanlah injil. Injil adalah sebuah pesan yang sangat
khusus dalam kitab suci dan ayat diatas diperlihatkan kepada kita dengan sangat
jelas dan ringkas. Dalam kalimat singkat tersebut kita dapat menemukan
keselamatan dunia ini. Dari teks tersebut kita mengetahui bahwa injil Yesus
Kristus bertumpu pada dua pilar utama – kematian dan kebangkitan-Nya. Acuan
kepada penguburan-Nya adalah penting untuk dua hal. Pertama hal itu sudah di
nubuatkan dan di genapi. Kedua penguburan-Nya memvalidasi kematian-Nya dan
meletakkan dasar bagi karya kebangkitan dan kenaikan-Nya. Sebuah perenungan
yang mendalam tentang dua kebenaran ini di luar jangkauan dari artikel ini,
karena untuk saat ini kita hanya mempunyai satu tujuan dan itu adalah untuk
menyadari kebutuhan besar bukan hanya untuk memberitakan kebenaran ini, tapi
juga menjelaskannya kepada mereka.
Adalah
tugas yang besar bagi penginjil kristen baik untuk memberitkan injil sebagai
pemberita ataupun untuk menjelaskannya sebagai seorang penulis. Di kitab suci
banyak terdapat contoh seperti ini. Filipus menjelaskan siapa Kristus kepada
sisa sida Etophia melalui nubuatan Yesaya. Priskila dan Akwila membawa Apolos
ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah. Rasul
Paulus menjelaskan kepada orang orang Yahudi di Tesalonika tiga hari Sabat
berturut-turut mengenai bagian-bagian dari Kitab Suci. Menerangkannya dan
memberikan bukti kepada mereka bahwa Kristus harus menderita dan bangkit dari
antara orang mati.” Akhirnya, ada seorang Ekspositor terbesar yaitu Tuhan kita
Yesus Kristus, yang menjelaskan siapa Allah kepada manusia melalui
inkarnasi-Nya, dan menjelaskan injil kepada murid murid yang sedang kebingungan
di perjalanan menuju Emaus :
Lalu
Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab
Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. (Lukas 24:27)
Kita
tidak hanya dipanggil untuk memberitakan kebenaran, tapi juga untuk
menjelaskannya kepada para pendengar kita. Kita harus mengatakan kepada mereka
bahwa mereka telah berdosa, tapi kita juga harus menjelaskan kepada mereka
betapa jahatnya dosa itu dan akibat yang mengerikan darinya. Kita harus
memberitakan kematian Kristus, tapi kita juga harus menjelaskan mengapa
kematian Kristus diperlukan dan apa yang telah dikerjakan oleh karya kematian
Kristus. Kita harus memberitakan kebangkitan dan kenaikan Kristus, tapi kita
juga harus menjelaskan apa arti dari semua itu bagi keselamatan kita dan
pemerintahan alam semesta ini. Kita harus memberitakan kepada mereka apa yang
telah Dia lakukan, tapi kita juga harus menjelaskan kepada mereka apa yang
harus mereka lakukan. Bagaimana pemberitaan firman Tuhan di sampaikan adalah
penting, tapi hanya pada titik jika pemberitaan Tuhan itu benar dan
diaplikasikan dalam hidup pendengarnya. Seperti itulah masalah injil.
Comments