Rahasia keputraan – Art Katz
Sebab dengan sangat rindu seluruh ciptaan menantikan penyataan putra putra Allah – Roma 8 : 19 (ESV)
Seluruh konsep ‘‘keputraan’’ yang benar dan alkitabiah telah kehilangan artinya bagi kita di zaman modern ini. Kita membesarkan dan mendidik anak anak kita dengan menyekolahkan mereka yang membuat mereka memiliki sedikit sopan santun. Namun harinya akan datang ketika anak kita ingin memakai mobil tapi kita tidak mengizinkannya, kita merasakan adanya suatu pemberontakan dan rasa tidak hormat terhadap orang tua dalam diri anak anak kita. Mereka sudah memiliki rencana sendiri tentang karir mereka dan orang tua hanya sebuah instrument untuk meraih karir mereka. Untuk berpikir ada seorang putra sekarang ini yang hidup untuk kesenangan, kepuasan dan persetujuan ayahnya adalah sangat sulit dibayangkan. Dia sudah mempunyai rencana sendiri begitu dia dewasa. Ini adalah bagaimanapun sebuah penyimpangan yang aneh sekali menurut konsep Ibrani tentang hubungan putra dan ayah.
Untuk Menjadi Putra Putra
Bahkan di gereja kata kata, ‘keputraan’ dan ‘penyataan putra putra’ telah menjadi begitu tercemar dan direndahkan, karena ada beberapa kelompok kekristenan yang membuat kata kata tersebut menjadi barang dagangan. Ada sebuah penyimpangan yang memalukan, saat ada orang yang berkata mereka tidak akan mati dll. Ini adalah satu taktik favorit musuh untuk mengambil sesuatu yang kudus dan berharga dan memakai manusia untuk merusakkan dan merubahnya, yang olehnya tubuh Kristus sebenarnya kata kata tersebut dimaksudkan mempunyai sebuah rasa kebencian saat mendengar kata kata ini dan apa yang dipresentasikan. Oleh karena itu kita cenderung mengabaikan rahasia ini dan membuangnya sama sekali, dan kita sedang merampok sesuatu yang begitu intrinsik bagi iman dan panggilan kita.
Setiap orang kudus yang sejati seharusnya memiliki kesadaran untuk rindu tiba pada wilayah keputraan dan untuk menjadi putra dan putri Allah. ini adalah bukan suatu hal yang otomatis. Ada perbedaan antara putra putra dan anak anak. Keputraan adalah masalah pencapaian. Dan dengan itu kita mempunyai otoritas istimewa di dalam Allah. Ini adalah tempat kedewasaan dan hanya putra putri Allah sajalah yang dapat ikut terlibat dalam menyempurnakan tujuan Allah. Oleh karenanya seluruh program Allah adalah untuk memperoleh putra putra dan putri putri dan membawa mereka kepada kemuliaan. Saya perhatikan dari pengalaman saya begitu sedikit yang pernah mencapainya. Mayoritas orang Kristen bahkan tidak pernah menginginkan hal itu. Tapi tujuan Allah di hari hari terakhir hanya dapat di genapi oleh putra putra dan putri putri Allah.
Sebab dengan sangat rindu seluruh ciptaan menantikan penyataan putra putra Allah – Roma 8 : 19 (ESV)
Ada sesuatu yang naluriah pada alam yang bodoh dan mati rasa ini yang mengenali adanya kerusakan karena adanya “kejatuhan”. Yang tahu bahwa ada sebuah demonstrasi yang lebih besar dan mulia yang menunggu peristiwa munculnya putra putra Allah ini. Dengan kata lain, seluruh program eskatologi Allah dan seluruh penebusan final dari seluruh ciptaan menunggu jumlah tertentu dari putra putra. Putra putra ini akan menyingkirkan dari ciptaan segala kecemasan dan penderitaan yang mana mereka mengeluh karenanya, bukan karena apa yang mereka lakukan tapi oleh karena apa mereka. Hanya munculnya atau pengungkapan siapa putra putra itu sendiri yang dapat menghancurkan belenggu kesia siaan di ciptaan. Kita begitu terbiasa untuk berpikir, untuk mempengaruhi sesuatu maka kita harus melakukan sesuatu. Tapi Allah mengatakan bukan oleh apa yang akan dilakukan, tapi oleh realitas putra putra yang menghancurkan sisa sisa kegelapan dalam pengaruh mereka yang melumpuhkan atas ciptaan.
Yesus adalah Putra Allah secara kelahiran, tapi diperlukan sebuah moment untuk membuat itu menjadi nyata yaitu sebuah pernyataan atau keputusan Ilahi. Yesus harus datang pada tempat dimana Bapa bisa berkata : Kata raja, "Aku mau memaklumkan apa yang telah ditetapkan TUHAN. Kata-Nya kepadaku, 'Engkau putra-Ku, hari ini Aku menjadi Bapamu. Mazmur 2 : 7 (IBIS)
Keputraan adalah sebuah proklamasi yang di umumkan kepada seluruh ciptaan, kepada seluruh manusia dan kepada pemerintah pemerintah dan penguasa penguasa di udara bahwa hari ini atau pada hari ini ada sesuatu yang harus mereka perhitungkan. Ini adalah Dia yang di buat dalam rupa Allah, Dia yang telah mencapai kedewasaan penuh, Dia yang memancarkan karakter Bapa dan mengemban tujuanNya dan yang Dia telah investasikan otoritas-Nya dan Dia yang telah diberikan bangsa bangsa sebagai sebuah pusaka :
Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu. Mazmur 2 : 8 (ITB)
Keputraan dan pusaka adalah sesuatu yang implisit dan berhubungan. Masuk ke dalam keputraan berarti sekarang ada sebuah otoritas di dalam mengekspresikan peraturan Allah, bahkan sekarang sementara saat ada di bumi, itu bukan milik kita sebelum ada keputusan atau pernyataan. Ada sebuah hari yang harus di nantikan sebelum Raja dapat dilantik di atas gunung Sion yang kudus.
"Akulah yang telah melantik raja-Ku di Sion, gunung-Ku yang kudus!" – Mazmur 2 : 6 (ITB)
Keputusan yang menyatakan Dia sebagai Putra juga adalah sebuah keputusan yang menyatakan Dia sebagai Raja. Dan apa yang berlaku bagi Dia berlaku juga bagi kita. Saat kita tiba pada keputraan kita tiba juga pada kedudukan sebagai raja, tempat dimana kita berkuasa dan memerintah bersama Dia.
Kebangkitan Menuju Keputraan
Allah telah menyatakan keputusan, “hari ini” karena sesuatu terjadi pada hari itu, yaitu, membangkitkan Yesus dari antara orang mati. Ini adalah yang disebut kenaikan. Dia naik kepada kemuliaan setelah mengalami penghinaan yang sangat. adalah jelas kalau dilihat dari konteks bahwa yang dimaksud “hari ini” disini bukan berbicara tentang hari dimana Dia lahir. Bukan bayi yang naik ke tahkta, tapi seorang manusia dengan otoritas yang naik ke tahkta. Otoritas kedewasaan yang mengizinkan seseorang untuk memerintah.
dan dinyatakan sebagai Putra Allah yang berkuasa menurut Roh kekudusan dengan kebangkitan-Nya dari antara orang mati, Yesus Kristus Tuhan kita – Roma 1 : 4 (ESV)
Dia dinyatakan sebagai Putra Allah dengan kuasa karena kuasa sekarang dapat dipercayakan Kepada Dia yang tidak mempunyai tujuan di dalam Diri-Nya atau untuk Diri-Nya. Dia tidak mencari apapun. Dia tidak butuh pengakuan. Dia tidak punya ambisi apapun, kecuali satu tujuan yaitu untuk melayani kehendak Bapa. Seorang putra adalah seorang yang hidup hanya untuk melakukan kehendak ayahnya. Dia tidak mempunyai maksud dan tujuan lain bagi dirinya daripada hal itu. Seorang putra dapat menyampaikan perkataan Bapa di dalam otoritas Bapa dan bisa dipercaya untuk itu.
Dengan kata lain, Yesus yang posisi-Nya seorang Putra, tidak akan dinyatakan sebagai Putra kecuali Dia dibangkitkan dari kematian. Ini berhubungan dengan Mazmur 2 : 7b (IBIS):” 'Engkau putra-Ku, hari ini Aku menjadi Bapamu.” Itu adalah hari dimana Dia diumumkan atau diproklamasikan sebagai Putra Allah oleh sebuah pernyataan. Itu adalah hari dimana Dia diangkat menjadi Putra yaitu hari dimana Dia dibangkitkan dari kematian. Kebangkitan membuktikan penerimaan atas pengorbanan Tuhan sendiri. Mengagungkan kalimat “Engkau adalah Putra-Ku” adalah sebuah adopsi. Kebangkitan adalah sebuah pengagungan. Yesus dibangkitkan dari kematian oleh kuasa Allah dan kemuliaan Allah. Kenaikan-Nya ke tempat tinggi sebelah kanan tahkta Allah Bapa adalah ke sebuah tempat di pemerintahan Allah sebagai Raja yang diurapi.
Karena kepada siapakah di antara malaikat-malaikat Allah pernah berkata: "Engkau adalah Putra-Ku! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini?" dan "Aku akan menjadi Bapa-Nya, dan Ia akan menjadi Putra-Ku?" – Ibrani 1 : 5 (ESV)
Tetapi tentang Putra Dia berkata: "Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran – Ibrani 1 : 8 (ESV)
Persoalan Yesus sebagai Putra Allah dalam hal kekuasaan-Nya untuk memerintah sebagai Putra yang ditinggikan, yang kepada-Nya diberikan segala kuasa di surga dan di bumi, secara eksklusif dan total terjadi oleh karena fakta bahwa Dia telah dibangkitkan dari kematian. Di hari tersebut deklarasi besar, pengumuman dan realitas telah dinyatakan. Jika Yesus di tinggikan sebagai Raja, yang mana termasuk kuasa untuk memerintah dengan kuasa-Nya, tidak dapat terjadi sampai Dia terlebih dahulu dinyatakan sebagai Putra Allah oleh kebangkitan, maka persyaratan bagi kita adalah sama. Kecuali kita dinyatakan sebagai putra putra melalui kebangkitan, maka kita tidak mempunyai otoritas, tidak mempunyai kemenangan, tidak mempunyai keputraan dan tidak mempunyai kuasa – tidak mempunyai apapun. Segala sesuatu berhubungan dengan dibangkitkan dari kematian.
Selama kita di tempat dimana kebangkitan adalah hanya sebuah doktrin, yang sangat disayangkan adalah menggambarkan mayoritas orang orang Kristen, maka kita masih anak anak. Hanya pada saat kebangkitan adalah pengalaman kita maka Bapa akan mengeluarkan pengumuman yang menyatakan : “ini adalah putra-Ku dan putri-Ku”. Tiba kepada alam kebangkitan adalah memasuki tingkatan baru dan adopsi sebagai seorang putra. Kita harus sampai di tempat yang melebihi pengakuan akan kebenaran kebangkitan hanya sebagai sebuah doktrin. Yesus tidak berpura pura mati. Tapi kematian dan kebangkitan yang harfiah.
Sesudah Ia memungkinkan manusia untuk dibebaskan dari dosa-dosa mereka, Ia menduduki takhta pemerintahan di surga bersama-sama dengan Allah, Penguasa yang tertinggi. Anak itu mendapat kedudukan yang jauh lebih tinggi dari malaikat, dan nama yang diberikan Allah kepada-Nya juga jauh lebih terhormat daripada nama yang diberikan kepada malaikat. – Ibrani 1 : 3b-4 (ITB)
Nama seorang putra adalah lebih terhormat. Dia memperoleh itu sebagai warisan, dan seseorang hanya memperoleh sebuah warisan setelah mati. Terbukti Allah lebih menghargai gelar “putra” lebih istimewa dan terhormat sekalipun dibandingkan malaikat.
Baptisan Yesus
Yesus dinyatakan sebagai Putra Allah pada hari Dia diperanakkan yaitu pada hari kenaikan-Nya dari kematian melalui kebangkitan. Namun, pemberitahuan yang lain dan pernyataan yang lain pada awal perjalanan Yesus yaitu baptisan-Nya :"Engkaulah Putra-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan." – Lukas 3:22b (ESV)
Pengumuman tersebut dibuat saat Dia keluar dari dalam air. Pengumuman tersebut harus menunggu Yesus dibaptis dan bukan sebelumnya, karena baptisan adalah kematian dan kebangkitan. Bukan untuk memenuhi persyaratan atau kewajiban agamawi. Baptisan adalah turun ke bawah, sebuah penundukan kepada kematian dan mencelupkan diri ke dalam kematian tersebut. Baptisan Yesus adalah sebuah penguburan, dan Dia telah dinyatakan sebagai Putra Allah yang terkasih pada hari itu karena Dia membawa kematian segala sesuatu yang apapun yang mungkin masih tersisa yang mana olehnya Dia bisa masih hidup. Peristiwa Dia muncul keluar dari air adalah kebangkitan. Dengan kata lain, baptisan di Yordan adalah pratanda dari penyaliban dan kebangkitan Yesus.
Bapa mengakui baptisan Yesus apa artinya bagi Yesus. Itu adalah sebuah kematian kepada kebebasan kehendak atau keinginan-Nya yang berhubungan dengan kehormatan, pengakuan, popularitas dan sebuah ambisi agamawi atau apapun lainnya. Itu adalah kematian total, dan saat Dia muncul keluar dari air, Bapa berkata : “Engkau adalah Putra-Ku yang Ku kasihi” Bapa mengakui baptisan itu adalah tindakan yang otentik, oleh karena itu Dia dapat mengumumkannya. Yesus telah menceraikan diri-Nya dari segala prospek kepuasan atau pemenuhan yang independen dari Bapa. Seluruh hidup-Nya dari hari itu adalah hanya untuk demi BapaNya.itu adalah keinginan Yesus untuk membawa kemanusiaan-Nya kepada kematian yang membuat Bapa berkenan. Dia bersedia menjadi sepenuhnya tergantung pada kehidupan Bapa melalui-Nya. Dan pada kenyataannya tindakan ini menjadikan Yesus sebagai seorang Putra. Hanya seorang putra yang dapat membuat Bapanya berkenan. Salib hanyalah sebuah klimaks dari sebuah kehidupan yang seluruhnya hidup di dalam kematian dan kebangkitan.
Yesus tidak pernah melakukan apapun yang berasal dari keilahian-Nya. Semuanya berasal dari hidup Bapa-Nya. Mukjizat dan kemampuan-Nya untuk mengetahui sesuatu secara supranatural bukan berasal dari kemampuan-Nya sebagai Allah. itulah yang Dia kesampingkan, dan mengambil rupa seorang manusia-tetapi seorang manusia yang telah dibangkitkan-untuk menunjukan kepada kita bahwa kita mempunyai prospek yang sama seperti Dia, mempunyai iman yang sama dalam berhubungan dengan Bapa, jika kita bersedia kehilangan hidup kita, seperti Dia. Untuk mengabaikan pendapat pendapat kita sendiri dan hal hal yang dapat memberikan penghargaan kepada diri kita, dan hanya menyampaikan firman Allah sebagaimana yang Dia berikan kepada kita, ini adalah sebuah kehinaan yang terus menerus. Pencobaan akan selalu berada bersama kita untuk berbicara dan bertindak atas inisiatif kita sendiri. Kebersediaan untuk mengabaikan perkataan kita sendiri untuk apa yang Tuhan katakan membutuhkan iman seorang putra bukan seorang anak. Untuk berbicara pada saat itu datang pada kita, bagaimanapun mengerikan dan menyinggungnya mungkin, ketaatan itu hanya dapat diberikan seorang putra. Dia tidak akan menahan, mengurangi ataupun melembutkan firman Tuhan. Dia akan berteriak : munafik dan ular beludak ! bapamu adalah iblis ! dengan sebuah kebebasan yang luar biasa dan otoritas. Ini bukan respon kemarahan Yesus atas orang orang yang menolak-Nya. Perkataan perkataan tersebut diberikan oleh Bapa-Nya.
Hanya seorang yang telah mati yang dapat dipercayakan roh kekudusan dan kuasa seperti itu. Jika kita masih mempunyai ambisi agamawi untuk pelayanan kita ataupun sebuah pengakuan, maka kita belum mencapai keputraan, dan kita tidak akan pernah mencapainya kecuali kita menghendakinya secara sadar dan bersikeras. Injil hanya dapat diberitakan dengan kuasa roh kekudusan oleh mereka yang telah dibangkitkan dari kematian. Hanya kebangkitan yang memuliakan Allah. berlawanan dengan hal itu adalah kehendak kita sendiri untuk menggunakan prinsip prinsip yang benar supaya bagaimana bisa hidup atau bagaimana bisa melayani. Seorang putra adalah seorang putra karena mau tetap tinggal di dalam kematian sampai peristiwa kebangkitan datang. Kita harus menolak segala pencobaan untuk menjadi sukses karena akal kita sendiri, intelek kita, kemampuan kita dan kehidupan alamiah kita. Untuk menolak pencobaan menjadi sukses menggunakan hal hal tersebut dan lebih memilih untuk dikubur dalam baptisan dalam kematian dengan Dia, sampai Roh Kehidupan-Nya diungkapkan kepada kita dalam kemuliaan, itulah seorang putra.
Ini adalah sekali untuk selamanya dan juga sebuah kebangkitan yang terus menerus dari kematian. Hal ini lagi dan lagi adalah sebuah kecemburuan yang membuat kita tetap tinggal di kuburan kita sampai hidup-Nya dinyatakan kepada kita. Kematian adalah menyakitkan dan memalukan, tapi karena satu satunya hasrat yang membakar kita adalah untuk kemuliaan Bapa, dan karena kita tahu bahwa kemuliaan tersebut berhubungan dan terikat dengan kebangkitan, lagi dan lagi akhirnya kita memilih kematian. Ini adalah perjalanan seorang putra. Seorang putra akan menanti dan percaya untuk hal hal yang memuliakan Allah, dan dia tahu hal hal itu hanya datang dan berasal dari kematian. Seorang putra tidak akan mencari jalan keluar yang mudah atau mencari jalan bagaimana tekanan bisa diatasi. Persoalan keputraan adalah persoalan kematian dan kebangkitan. Kita adalah putra putra kebangkitan atau kita bukan putra putra sama sekali.
Adopsi Alkitabiah
Karena kepada siapakah di antara malaikat-malaikat itu Allah pernah berkata: "Engkau adalah Putra-Ku! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini?" dan "Aku akan menjadi Bapa-Nya, dan Ia akan menjadi Putra-Ku?" – Ibrani 1 : 5 (ESV)
Ada sebuah perbedaan antara dilahirkan dan diadopsi. Pemahaman Ibrani dan prakteknya, sejauh yang saya mengerti, identitas seorang anak laki laki yang sejati sebagai putra hanya didapat melalui adopsi, walaupun dia secara putra secara biologis. Ini adalah sebuah ironi dari ayah menanti untuk mengadopsi putranya sendiri. Seorang putra tidak dapat dikatakan seorang putra dalam hal rohani sampai dia memperoleh kedewasaan, dan ayah mengadopsi apa yang sudah menjadi miliknya sendiri berdasarkan prokreasi (perihal memberikan keturunan atau menjadi ayah). Ini juga berarti tidak setiap anak biologis seorang ayah otomatis menjadi seorang putra.
Adopsi alkitabiah tidak seperti apa yang mungkin kita bayangkan seperti adopsi yang kita tahu, dimana anda dapat mengambil seorang bayi dari panti asuhan dan anda mengadopsinya. Ini adalah adopsi yang dalam arti menunggu waktu kedewasaan keturunan anda. Ini adalah sebuah konsep yang lain. Adopsi terjadi saat ayah melihat dan mengenali adanya beberapa perubahan yang kualitatif dalam diri putranya, karena putranya telah mencapai sebuah kualitas istimewa yang sama seperti ayahnya sendiri, kualitas karakter dan kecemburuan yang sama bagi kemuliaan Allah. Dia oleh karena itu dapat menyatakan sebuah pengumuman :”pada hari ini engkau adalah Putra-Ku” pernyataan itu memberikan putra untuk memerintah dalam nama Bapa, yang juga mengkualifikasi dia untuk mendapat warisan.
Keimaman
Putra putra dipanggil untuk menjadi raja raja dan imam imam dalam arti memerintah dengan Dia dari tahktanya di surga. Seluruh gereja kita seharusnya mempunyai pemahaman ini sebagai fokus utama sebagai sebuah persiapan kerajaan seribu tahun dan kehidupan kekal kita yaitu untuk memerintah dan berkuasa. Ini adalah upah yang diberikan kepada orang orang yang menang. Persepsi kita tentang pemerintahan dan memerintah telah begitu disesatkan oleh dunia ini dengan segala contohnya. Yang hanya dipenuhi ambisi manusia, intrik politik, meninggikan diri sendiri, mempromosikan diri sendiri, birokrasi, menghancurkan orang lain melalui tulisan tulisan di media massa dan semua yang membosankan dan mematikan yang membentuk pemerintahan manusia. Pemerintahan Allah adalah sebuah komunikasi hikmat Allah yang membuat manusia bagaimana seharusnya hidup dalam hikmat dan kemurahan Allah, manusia manusia yang telah di didik dalam realitas realitas tersebut selama mereka ada di bumi.
Ada dua referensi tentang diri kita sebagai putra dan persoalan memerintah :
Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa; dan ia akan memerintah mereka dengan tongkat besi; mereka akan diremukkan seperti tembikar tukang periuk--sama seperti yang Kuterima dari Bapa-Ku. – Wahyu 2 : 26-27 (ITB)
Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Akupun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya. – Wahyu 3 : 21 (ITB)
Ada sebuah hubungan yang kuat antara putra putra yang telah menang dan persoalan memerintah dan berkuasa dan hak hak duduk di tahkta
Otoritas yang hanya diberikan kepada putra putra juga diberikan kepada imam imam untuk melayani dengan kuasa Allah dan memohon berkat oleh doa mereka. Kata “berkat” bagi banyak kita telah menjadi sebuah kata klise yang usang. Karena kata tersebut telah kehilangan kekuatan dan kuasanya. Kita mengucapkan kata tersebut, tapi dalam kenyataanya tidak seorangpun yang diberkati, karena hanya seorang imam yang dapat memohonkan kata “berkat” dengan otoritas yang membuat berkat tersebut dapat dirasakan. Tidak seorangpun yang merupakan imam selain dia yang merupakan putra. Ibrani pasal 7 berbicara tentang sebuah keimaman yang diperoleh sendiri oleh Yesus, dan hanya keimaman seperti itu yang tersedia bagi kita atas dasar yang sama, dan tidak hubungannya dengan keturunan Harun atau silsilah dari suku Lewi. Karena Yesus sendiri tidak berasal dari keturunan Harun atau Lewi karena Dia berasal dari suku Yehuda. Tapi ada keimaman lain yang tugasnya menggantikan keimaman Harun dan akan ada selamanya yang disebut keimaman Melkisedek “raja-imam” yang membawa roti dan anggur kepada Abraham dan yang kepadanya Abraham memberikan persepuluhan. Abraham mengenali adanya suprerioritas rohani pada Melkisedek ini sehingga dia memberikan perpuluhan dan menerima berkat darinya, yang lebih rendah menerima berkat dari yang lebih tinggi.
Kredensial luar biasa yang membuat Melkisedek menjadi imam adalah : “Ia tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan, dan karena ia dijadikan sama dengan Putra Allah, ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya. – Ibrani 7 : 3 (KJV)
Ini adalah kualifikasi intrinsik dari keimaman dan kualitas yang menjelaskan seorang putra. Kita tidak mencapai keputraan jika kita masih terkait kepada ayah dan ibu atau warisan dari budaya kita. Jika kita masih terus mempertahankan itu, maka kita akan membuat diri kita menolak untuk berpikir menjadi imam dan juga putra. Ada sebuah kuasa yang hebat yang membuat kita tetap mempertahankan identitas etnis kita, tapi juga mendiskualifikasi kita untuk hal hal surgawi. Kecuali kita bangkit melampaui hal hal itu, kita tidak akan pernah dapat memberkati ayah, ibu dan saudara saudara seetnis kita. Kita mungkin dapat memuaskan dan menyenangkan hati dan jiwa mereka yang duniawi dengan berbuat baik, tapi kita tidak dapat memberkati mereka kepada keselamatan seperti imam. Hanya imam yang dapat melakukan itu. Kita tidak dapat mengundang pendengar kita kepada sesuatu yang belum kita capai sendiri.
Yesus “dibuat” menjadi Putra Allah. ini adalah sebuah proses kematian dengan menyerahkan dan meninggalkan hal hal duniawi. Ini adalah menyakitkan dan sebuah penderitaan karena hal hal itu adalah lazim dan bernilai. Hal hal itu sangat sentimental dan mempunyai tradisi dan sejarah yang panjang, dan kita di didik olehnya. Identitas kita dibentuk didalam mereka. Untuk meninggalkan mereka tidak kurang dari yang namanya kematian.
Keputraan Melalui Ketaatan
Yesus menjadi seorang Putra atau mencapai keputraan dengan belajar taat melalui hal hal yang Dia derita.
Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah--yang bagi-Nya dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan--,yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan. – Ibrani 2 : 10 (ITB)
Dan sekalipun Ia adalah Seorang Putra, Dia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya – Ibrani 5 : 8 (ESV)
Allah telah memberikan kita Satu contoh Putra, dan tidak ada di dalam keputraan-Nya diraih dengan cara otomatis. Dia sendiri melepaskan keilahian-Nya. Dia tidak memperoleh atau mendapatkannya dengan menggunakan kekuatan supranatural-Nya, karena Dia Allah. Namun dalam segala hal sebagai Putra Manusia dan benih dari Abraham, Dia telah di cobai dalam segala hal sama seperti kita. Allah menyesah kita sebagai putra putra, dan jika kita tidak disesah dalam artian Allah mendisiplin kita, mengkoreksi kita, menasihati kita, menegur kita dan berurusan dengan kita maka kita adalah putra haram dan Dia tidak tertarik kepada kita. Allah mungkin tidak melihat kita serius dalam hidup kekristenan kita . tapi begitu Dia melihat ada seorang kandidat untuk menjadi seorang putra, maka Dia menyesahnya, mempersiapkannya, melayakannya melalui latihan, kesulitan dan penderitaan. Ini semua dialami didalam kematian.
Paulus mengerang supaya Kristus nyata di dalam diri orang orang yang sudah bertobat, sehingga mereka boleh ditampilkan tidak bercacat pada hari kedatangan-Nya. Semua kekuatan dan seluruh hati Paulus adalah untuk “melahirkan” putra putra, yaitu buah dari pekerjaannya untuk Tuhan. Paulus adalah bapak rohani yang sejati, yang tidak pernah menahan seluruh nasihat Allah. Dia tidak pernah menghindarkan orang orang gerejanya dengan kata katanya yang keras, menyakitkan, menantang dan mengganggu mereka.
Seorang putra mengungkapkan Bapanya, tujuan dia satu satunya adalah untuk melayani Bapanya dan melakukan kehendak Bapanya. Motivasinya hanya kemuliaan Bapa, kehormatan-Nya dan nama-Nya. Hanya seorang putra yang dapat dipercaya dengan hal hal yang berkenaan dengan kemuliaan Bapa. Dia mampu mengatasi dan mengabaikan luka dan hinaan, walaupun dia mempunyai kemampuan dan kuasa untuk membalas, dia tidak menjawab apapun. Dia mampu untuk melepaskan dirinya, walaupun hal itu berhubungan dengan kepentingan Tuhan. Seringkali kita mengabaikan saat itu berhubungan dengan diri kita pribadi, tapi saat itu berhubungan dengan kepentingan Tuhan, disitulah kita menjadi seperti bagal bagal. Kita menendangkan tumit kita ke tanah dan tidak mengalah, berpikir kita sedang melakukan pelayanan bagi Allah. Tapi hanyalah iman yang mempercayai bahwa Allah yang akan melepaskan – dan itulah yang membuat seorang putra adalah putra.
Daud memotong punca jubah Saul daripada membunuhnya – meskipun dia bisa melakukannya dengan jalan yang sah. Sebuah nubuatan diberikan kepadanya :’’ Sesungguhnya, Aku menyerahkan musuhmu ke dalam tanganmu, maka perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik." Tapi Daud dengan senang hati membiarkan Saul pergi, dalam melakukan itu, Daud secara sempurna mendemonstrasikan kelepasan ini. dia tidak akan mengangkat tangannya melawan orang yang di urapi Tuhan, sekalipun Saul adalah raja yang “mati”, yang tidak mempunyai urapan Allah. Daud, bagaimanapun, masih menghormati posisi Saul, dan memanggil Saul ayahnya.
Daud menolak melakukan itu karena kepentingannya yang mana itu akan menyelamatkan hidupnya sendiri. Dia tahu bahwa Saul akan terus mempunyai keinginan untuk membunuh dirinya. Dengan melepaskan Saul pergi, Daud sebenarnya sedang menandatangani surat kematiannya sendiri. Tindakan itu adalah melepaskan kehidupannya sendiri. Jika Tuhan tidak menjaga dia, maka Daud tidak akan berusaha mempertahankan kehidupannya sendiri dengan kekuatannya untuk menyelamatkan kehidupannya. Daud tahu panggilannya sebagai raja Israel dan melalui keturunannya Juruslamat seluruh manusia akan datang, tapi dia tetap melepaskan segalanya, mempercayai Allah bahkan untuk Allah menjaga kepentingan-Nya sendiri.
Hanya putra putra yang akan menegakkan kerajaan, hanya putra putra yang akan memerintah dan berkuasa bersama Dia sebagai orang orang yang menang. Hanya putra putra yang “diberkati, kudus” dan “imam” dan akan duduk di takhta takhta di kerajaan seribu tahun. Hanya putra putra yang bangkit di kebangkitan yang pertama karena hanya putra putra yang dapat mendengar suara Bapa. yang lainnya tidak akan dibangkitkan dalam kebangkitan yang pertama ini, yaitu mereka yang puas dengan tidak menjadi putra putra, yang tidak mempunyai keinginan untuk masuk dalam proses kematian yang dengan hanya proses kematian tersebut akan lahir putra putra. Melihat putra putra sama seperti melihat Bapa. karena tidak ada yang lain lagi yang dapat mengungkapkan siapa itu Bapa. Tekad dan kesopanan agamawi yang membuat kita kelihatan baik dan berpegang pada doktrin yang benar tidak dapat mengungkapkan siapa Bapa, tapi hanya putra putra yang sanggup yang mempunyai karakter dan hidup Bapa. Tujuan Allah sampai sekarang masih tetap sama yaitu membawa putra putra kepada kemuliaan.
Faktanya, hanya sebagai seorang putra maka prospek kemuliaan itu menjadi mungkin. Saya tidak berpikir bahwa Allah akan membawa siapapun pada kemuliaan yang kurang dari putra, dan saya juga tidak berpikir tidak seorangpun selain seorang putra dapat mengenakan kemuliaan, atau menyentuh kemuliaan, atau memperlakukan kemuliaan, tanpa sesuatu yang korup didalam dirinya.
Pemerintah Pemerintah Dan Penguasa Penguasa Di Udara
Membawa banyak putra putra kepada kemuliaan mempunyai sebuah konsekuensi yang besar bagi penguasa dunia sekarang ini, yaitu musuh abadi Tuhan : pemerintah pemerintah dan penguasa penguasa di udara.
“Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia sia? Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar bermufakat bersama-sama melawan TUHAN dan yang diurapi-Nya: Marilah kita memutuskan belenggu-belenggu mereka dan membuang tali-tali mereka dari pada kita! Dia, yang bersemayam di sorga, tertawa; Tuhan mengolok-olok mereka. Maka berkatalah Ia kepada mereka dalam murka-Nya dan mengejutkan mereka dalam kehangatan amarah-Nya: Akulah yang telah melantik raja-Ku di Sion, gunung-Ku yang kudus! Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku:Putra-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.” – Mazmur 2 : 1 – 7 (KJV)
Allah sedang menyatakan kepada pemerintah pemerintah dan penguasa penguasa di udara sebuah fakta baru bahwa Dia telah memperanakan PutraNya, yang akan menghancurkan mereka. Dengan kata lain, pemerintahan palsu mereka yang merebut kekuasaan dengan memerintah dunia ini akan di akhiri karena, “hari ini sesuatu terjadi” yaitu “Akulah yang telah melantik raja-Ku di Sion, gunung-Ku yang kudus!” kedudukan sebagai raja berhubungan dengan keputraan, dan keputraan berhubungan dengan kebangkitan, yang dibuat mungkin oleh kebangkitan Yesus dari kematian.
Kita tidak bisa hanya cukup memahami tentang arti apa yang terjadi di dalam kematian, penguburan, kebangkitan dan kenaikan Yesus. Itu adalah hukuman kematian yang dijatuhkan atas kuasa kegelapan. Ini adalah peristiwa saat kuasa kegelapan ingin membalas dendam dengan menghancurkan Putra Allah, tapi hasil balas dendam mereka itulah yang justru menghancurkan mereka sekali dan untuk selamanya.
Jika Yesus tidak dibangkitkan dan hanya tinggal dalam kematian, maka kerajaan mereka dan sistemnya tetap tidak terancam. Kebangkitan dan kenaikan Yesus menghancurkan monopoli kuasa kegelapan, karena itu adalah statement bahwa Bapa menerima pengorbanan tersebut untuk meninggikan Putra-Nya sebagai Raja yang sejati, yang akan memerintah atas ciptaan-Nya.
Tatanan ilahi akan dipulihkan di surga oleh putra putra yang dapat dipercaya untuk mendiami surga tanpa menyalahgunakan otoritas yang diberikan kepada mereka. Mereka tiba ke tempat itu berdasarkan keputraan. Ada sejumlah orang pilihan yang berasal dari semua bangsa bangsa bukan Israel yang akan menggantikan tempat pemerintah pemerintah dan penguasa penguasa di udara yang akan di usir. Hanya putra putra yang dapat memerintah dan berkuasa bersama Kristus. Hanya putra putra yang dapat memerintah dengan spirit Raja Yang Besar itu sendiri. Ada yang akan memerintah lima kota, ada yang memerintah lebih dari sepuluh kota, sebanding dengan apa yang mereka lakukan selama mereka hidup dibumi ini.
Kuasa kegelapan takut kepada putra putra, karena mereka tahu bahwa putra putra membawa ancaman bagi kerajaan kegelapan mereka, dan oleh karena itu mereka melampiaskan murkanya atas mereka. Ada sebuah serangan yang luar biasa dari kuasa kegelapan yang hanya dialami oleh putra putra. Kita ditandai oleh mereka sebagai sesuatu yang berbahaya dan pantas mendapat serangan mereka. Hanya seorang putra yang bersedia menanggung bentuk kebencian dan balas dendam dari kuasa kegelapan ini. Bapa membiarkannya karena dengan itu keputraan kita sedang diasah dan dibentuk-dalam ditungku api iman, oleh serangan mereka yang sebenarnya adalah sebuah alat yang unik yang disediakan oleh Bapa bagi kita.
Israel, Putra Sulung Allah
Bangsa Israel adalah putra sulung Allah (Kel 4 : 22). Mereka belum dapat memenuhi peranan tersebut, tapi itu tetap panggilan mereka dan apa yang telah ditetapkan dari semula oleh Allah bagi mereka. Jika Allah berbicara sesuatu, maka itu akan digenapi, atau jika tidak maka itu bukan Allah yang berbicara. Jika Allah membuat sebuah panggilan, maka panggilan itu tidak dapat ditarik kembali. Israel pada hari ini tidak lebih daripada sekumpulan individual degil yang mencari keinginannya sendiri. Bangsa itu sendiri sebuah entitas degil yang ingin seperti bangsa bangsa lain, dan hanya ingin ditinggalkan sendirian untuk menikmati kemakmuran. Tidak memiliki konsep yang disebut menjadi putra sulung Allah, sebagai bangsa yang menurut panggilannya yang seharusnya menjadi contoh bagi semua bangsa. Allah tetap akan memiliki putra ini, meskipun mereka melakukan perlawanan dan tidak ada keinginan. Panggilan Israel tetap kepada keputraan.
Yesus dibawa kepada keputraan melalui kematian dan kebangkitan, dan oleh karena itu Israel juga akan menjadi putra putra Allah jalan yang sama yaitu melalui kematian dan kebangkitan. Dia adalah contoh dan semuanya harus sesuai dengan contoh Putra itu.
Seluruh tujuan pembangunan gereja disamping Israel akan digenapi saat Tuhan dapat mempunyai jumlah penuh dari putra putra yang berasal dari bangsa bangsa bukan Israel, yang di isyaratkan dalam ayat ini :
…Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk. Dengan jalan demikian seluruh Israel akan diselamatkan.-Roma 11 : 25b-26a (ITB)
Pewahyuan dari Tuhan yang akan membuat Israel akan cemburu (Roma 11 : 11 dan 14) adalah sebuah pewahyuan yang datang kepada mereka hanya melalui penyataan putra putra. Dengan kata lain, satu satunya hal yang dapat membuat Israel cemburu adalah karena mereka melihat keputraan yang untuk itu mereka sebenarnya dipanggil tapi mereka tidak mau dan itu digenapi oleh bangsa bangsa bukan Israel. Saat orang orang Yahudi menyadari ini bahwa mereka telah kehilangan hal ini karena menolak Sang Putra, yang memanggil banyak putra putra kepada kemuliaan, dan saat mereka melihat bahwa bangsa bangsa bukan Israel dapat memilikinya, maka kemudian mata mereka akan tercelik. Ini adalah sebuah pertunjukan luar biasa dan hal yang sama yang melepaskan ciptaan dari perbudakan dan kesia siaan kepada maksud yang Tuhan tetapkan sebenarnya. Baik Israel maupun ciptaan menunggu jumlah penuh dari putra putra dari bangsa bangsa bukan Israel. Ini adalah rahasia yang sama dan penggenapan yang sama.
Hari Akhir
Persetujuan akhir kita sebagai putra putra menunggu satu peristiwa terakhir, yang mana hanya Allah sendiri yang dapat melakukannya dan itu adalah kebangkitan orang orang benar pada Hari Akhir. Ini adalah hari dimana kita mendapat tubuh kemuliaan, dan ini berkaitan dengan hari kedatangan-Nya “.apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.” (1 Yoh 3 : 2). Ada banyak yang dapat kita lakukan dalam hidup ini, untuk mengejar kekudusan, berjalan dalam iman yang teguh dan segala sesuatu yang dapat kita lakukan melalui kuasa kebangkitan, namun hanya satu hal terakhir yang tidak dapat kita lakukan yaitu membangkitkan diri kita dari kuburan kita sendiri sebagaimana mereka yang mati dalam Kristus. Kenaikan dan kebangkitan itu adalah saat kita dibawa kepada kemuliaan sebagai putra putra. Jika kenaikan Yesus menunggu kebangkitan-Nya, maka kenaikan kita untuk duduk di takhta memerintah dan berkuasa bersama Dia di surga juga yang adalah apa yang ditetapkan Tuhan bagi kita, tapi itu atas dasar yang sama dengan kenaikan Yesus, karena Yesus adalah contoh Putra.
Jika semua ini bersifat teoritis dan masa yang akan datang, apa gunanya mempertimbangkan hal hal ini? jika ini semua posisi yang dibahas ini terjadi pada masa yang akan datang, dan kenapa kita harus mempertimbangkannya sekarang? karena ini adalah sukacita yang disediakan bagi kita (Ibrani 12 : 2). Kita sedang bergerak menuju hari kehancuran. Oleh karenanya itu adalah harapan yang memberkati kita. Apa kita sekarang, dan bagaimana kita hidup sekarang, semuanya berhubungan tentang antisipasi kita untuk masa yang akan datang, karena kita sekarang sudah sedikit mencicipi kuasa dan kemuliaan yang akan datang sekarang. Baptisan Roh Kudus adalah bukti, sebuah panjar (tanda jadi/uang muka) dan sebuah tanda pendahuluan dari kuasa kuasa dunia yang akan datang (Ibrani 6 : 5)
Salah satu kesalahan paling mengerikan dengan kekristenan kontemporer adalah, mereka tidak melihat Roh Kudus dalam konteks eskatologi. Hanya melihat Roh Kudus dalam peristiwa sekarang saja, sebagaimana yang terjadi sekarang ini, Roh kudus dicurahkan kepada semua manusia, untuk memperbaharui denominasi kita dan membawa kita kepada tingkat menggelitik dan kegembiraan yang tidak lain hanya sebuah kehidupan Kristen yang membosankan. Ini terus mengherankan saya kenapa Allah tidak mengepalkan tangan-Nya ke semua hal ini supaya membuat kita berhenti melakukannya.
Kekristenan kontemporer tidak melihat Roh Kudus dalam konteks sebagaimana yang Allah maksudkan, yaitu sebagai sebuah tanda pendahuluan dari kuasa kuasa masa yang akan datang, yang untuk membangkitkan hasrat kita dalam mengantisipasi hal hal yang akan datang, yang ada selamanya dan abadi. Hal ini yang seharusnya membuat gereja menjadi sekumpulan orang orang yang istimewa. Kita hidup pada masa sekarang ini, tapi kualitas hidup dan kesaksian kita sangat berkaitan atau berhubungan kepada antisipasi akhir zaman, kekekalan, kerajaan seribu tahun yang akan datang dan kemuliaan yang akan datang – kalau tidak maka hidup kita tidak benar dan juga kita bukan saksi yang benar
Apa yang ada di akhir zaman nanti sangat berkaitan dengan apa yang sekarang ini. jika kenaikan dan kebangkitan kita dari antara orang mati menunggu kebangkitan terakhir kita, maka menunggu apakah kenaikan kita sekarang ? jika kita akan memerintah dan berkuasa bersama Kristus di surga dengan otoritas yang mana Dia mengalami kenaikan berdasarkan kebangkitan-Nya, maka apakah ada gema atau sebuah ekspresi dari itu yang mungkin sekarang ini ? apakah tema kebangkitan dan kenaikan menjadi mungkin bagi kita sekarang dalam hidup kita sehari hari ? saya akan berkata, iya itu mungkin dan sangat jelas. Antithesis dari kenaikan adalah merendahkan diri sampai mati, dan jika kita tidak bersedia untuk hal itu maka kita tidak tahu apa itu kenaikan. Sebuah iman untuk percaya hal hal yang akan datang dan kekal adalah alasan kenapa kita percaya itu sekarang. Kita percaya akan kuasa kebangkitan sekarang oleh Roh Kudus. Kita tidak dapat memisahkan keduanya. Roh Kudus adalah kuasa kebangkitan, dan oleh Roh Kuduslah kita merasakan sebuah tanda pendahuluan dari masa yang akan datang, dimana di masa yang akan datang itu kuasa tersebut akan benar benar nyata. Kita memiliki itu hanya sebagian sekarang, tapi ini adalah prinsip yang sama. Ini hanya tersedia bagi putra putra yang bersedia untuk turun kebawah, supaya mereka boleh naik, karena hanya seorang putra yang bersedia.
Dipimpin Oleh Roh
Seorang putra adalah seorang yang taat pada kehendak Bapanya. Dia tidak perlu dibentak untuk bisa diperintah. Dia mengenal kehendak Bapanya dengan baik sekali dan menanti untuk menangkap setiap nada dari hembusan Bapanya sebelum dia perlu diberitahu dengan begitu banyak kata kata. Itu adalah sebuah definisi yang mendekati dengan apa yang dimaksud dari mentaati perintah Tuhan. Putra putra melampaui sekedar tampilan luar untuk memperlihatkan sikap dan prilaku yang baik, yang merupakan karakteristik kekristenan sekarang ini. putra putra memperlihatkan kehidupan dan ketaatan mereka sama seperti keputraan dan karakter keputraan yang diperlihatkan Yesus. Mereka yang tidak menunggu untuk mendapat perintah Tuhan, tapi terus menantikannya, hanya seorang putra yang bersedia, bahkan untuk mengintuisi kehendak Bapa.
Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah putra putra Allah. – Roma 8 : 14 (ESV)
Keputraan adalah sebuah fenomena Roh. Didapatkan melalui sebuah hubungan melalui roh, dan dilatih melalui roh. Putra putra Allah dipimpin oleh Roh Allah, dan itu bukanlah sebuah hal yang ringan atau murahan. Itu memerlukan suatu kebergantungan dan kepekaan, karena hal itu akan membawa kita kedalam konflik dengan diri kita sendiri dengan pertimbangan kita, rasionalitas kita, bahkan pengalaman masa lalu kita yang diberikan Allah. Jika kita membiarkan masa lalu kita menentukan apa yang akan kita lakukan sekarang, maka kita tidak bertindak dalam keputraan pada saat itu. Kita bertindak atas dasar apa yang kita pikir benar karena pertimbangan kita. Kita seharusnya tidak pernah bertindak atas dasar pertimbangan diri kita sendiri. Setiap saat adalah sebuah saat yang khusus dan sebuah tuntutan baru dari kebergantungan.
Yesus berkata kepada Nikodemus : "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah’”. Dengan kata lain Kerajaan Allah hanya bisa dibangun oleh Roh yang sama. Itu harus datang dari atas. Ada sesuatu yang mengungkapkan sebuah kebergantungan atas apa yang diberikan Allah dari atas oleh Roh, dan jika bukan karena itu, kita belum dilahirkan untuk masuk kedalam kerajaan Allah. Sekali kita dilahirkan masuk kedalam kerajaan Allah, kita akan terus menerus mempunyai kebergantungan, yang mana hal itu berasal dari atas, saat demi saat. Untuk dipimpin oleh Roh Allah sebagai putra putra Allah, berarti untuk bergantung kepada Roh Allah.
Kematian Yang Total
Seorang putra adalah seseorang yang bersedia taat kepada Bapa, bahkan menderita sampai mati. Tidak seorang pun yang dapat pernah menyatakan apa artinya bagi Yesus untuk menderita kematian-Nya. Saya tidak hanya berbicara tentang penyiksaan penyaliban-Nya, maupun kehinaan-Nya, ketelanjangan-Nya, perendahan diri-Nya – tapi Allah meninggalkan Yesus :”AllahKu AllahKu, mengapa Engkau meninggal Aku ?”. Kematian adalah kematian. Ini adalah Sebuah ketidakesksistensian yang absolut, sebuah kepunahan, kecuali jika sesuatu terjadi pada kita setelah itu, yang berasal dari luar diri kita sendiri, maka kita akan tetap dalam keadaan itu. Yesus adalah bagian dari umat manusia yang paling tertinggi yang pernah berjalan di atas muka bumi ini. Dia adalah seorang Putra Manusia dalam segala keindahan-Nya, karakter-Nya, perkataan-Nya dan dalam segala sesuatu yang menyatakan umat manusia secara lengkap dan sejati. Tetapi semuanya itu dibawa kepada kematian yang total di kayu salib. Hidup yang mengalami kuasa kebangkitan adalah saat hidup itu tidak lagi berasal sumber alamiah kita, tapi dari sumber yang ilahi.
Bahkan di akhir hidupnya yang paling sangat mengerikan. Seorang putra dapat bersedia mati tanpa merasakan hadirat Bapa. Seorang putra dapat menjalani kesendirian dan mengalami kehinaan atas penolakan manusia, dan bahkan ketidakhadiran Tuhan, tanpa mengurangi datu ioata pun ketaatannya sebagai seorang putra. Dia tidak memerlukan pujian atau tepuk tangan terus menerus untuk menguatkan. Hal itu diperlukan bagi anak anak, tapi tidak bagi putra putra. Saya dapat mengingat pernah menghadiri sebuah seminar dimana kita diajarkan bagaimana untuk menimbulkan hadirat Tuhan dengan penyembahan kita. Saat giliran saya untuk berbicara, saya katakan kepada mereka bahwa adalah lebih baik jika mereka mengajarkan umat Tuhan bagaimana untuk hidup “tanpa” rasa kehadiran Tuhan, karena ini akan menjadi sebuah bentuk pencobaan yang akan kita alami di hari hari terakhir. Dapatkah kita menyembah Tuhan di dalam Roh saat kita seperti Paulus dan Silas di penjara Filipi, tangan dan kaki kita dirantai di penjara yang gelap di bawah tanah dan segala penderitaanya, jauh dari orang orang kudus lainnya, yang bahkan tidak tahu kita ada dimana, tapi tetap memuji Allah pada malam hari ? itu adalah sebuah tindakan dan penyembahan dari putra putra. Mereka memuji Allah, bukan untuk mencoba untuk menghibur jiwa mereka karena sedih dan kesepian, tapi karena mereka tidak bisa menahan penyembahan mereka. Mereka bersukacita didalam hak istimewa mereka sebagai putra putra untuk bersekutu dalam penderitaan Kristus Tuhan mereka.
Sudahkah hari ini datang pada kita ? apakah seluruh tujuan kita adalah sebuah kecemburuan bagi kemuliaan Allah Bapa ? apakah kita masih berbicara dengan kata kata kita sendiri, melakukan hal hal kita sendiri dan mencari kepentingan kita sendiri ? apakah kita masih berusaha memenuhi persyaratan yang diberikan Allah atas dasar hidup lahiriah dan agamawi kita? Allah masih menanti kita, karena Dia akan membawa banyak putra putra kepada kemuliaan.
Kita perlu bertanya kematian seperti apa yang akan memenuhi syarat keputraan bagi kita. Jika kita hanya bermain main dengan konsep mati bagi diri sendiri, dimana itu hanyalah sebuah konsep, tapi nyatanya kita masih jelas jelas sangat hidup, maka kita tidak merasakan kematian bentuk final yang dialami Yesus melalui kayu salib. Oleh karena itu tidak ada kenaikan atau kebangkitan bagi kita. Allah hanya membangkitkan mereka yang mati secara otentik, dan oleh sebab itu kita tidak mengetahui bagaimana melayani Tuhan dalam kuasa yang hanya khusus diberikan kepada putra putra.
Paulus berkata “jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya” untuk menuju sebuah kehidupan yang baru. Kehidupan yang baru ini tidak lagi hidup untuk tujuan tujuan manusia, tapi untuk tujuan tujuan Allah. Seorang putra secara totalitas hidup hanya untuk tujuan tujuan Allah. tidak ada agenda yang lain. Tidak ada ketertarikan yang lain yang entah bagaimana bisa cocok dengan program Allah. Dia bernafas, hidup, berpikir, makan dan bermimpi, total hanya untuk Allah. itu adalah seorang putra. Itu memerlukan sebuah kuasa yang luar biasa untuk melakukannya. Adalah sangat melelahkan jika sebuah kehidupan secara total dicurahkan hanya untuk tujuan Allah, lebih lebih lagi tujuan Allah adalah tujuan yang paling tertinggi dan abadi. Yang mana itu tidak dapat dibuat main main atau digenapi dalam level agamawi. Agama pasti selalu gagal dengan kemampuannya untuk memenuhi persyaratan Allah. hanya putra putra yang diberikan kuasa untuk memenuhi tujuan tujuan Allah, yaitu kuasa yang sama yang membangkitkan Yesus dari kematian.
Sebuah Peringatan Terakhir
Dan karena kamu adalah putra putra, maka Allah telah menyuruh Roh Putra-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!" – Galatia 4 : 6 (ESV)
Kita perlu mempunyai kecemburuan atas ayat ini. janganlah kita begitu cepat, hanya karena kita bisa “mengucapkan” kata Bapa, untuk memasukan kata itu ke dalam ucapan kita yang fasih. Marilah kita menanti untuk kebenaran dari kata kudus itu. Gereja tidak akan menjadi dasar dan tiang kebenaran jika kita hanya memakai kata kata kudus dari kemampuan kita untuk “mengucapkannya”. Marilah kita menjaga kata ”Bapa” itu kudus, dan mengakui bahwa kita belum sampai ke tempat dimana kita dapat berseru “Abba”. Itu harus merupakan pekerjaan Roh yang diberikan kepada kita untuk mencapai kedewasaan dan keadaan, yang membuat kita masuk dalam hubungan dengan Bapa sebagai “Bapa-putra”. Hanya karena kita dapat berkata “Abba” tidak berarti kita memiliki “Abba”. Kita menipu diri kita kepada sebuah kerohanian yang palsu dengan kemampuan kita mengucapkan sebuah kata. Itulah yang menghancurkan kita sebagai gereja, dan yang membuat iman kita menjadi pernyataan iman daripada kenyataan iman. Jika apapun itu adalah otentik, itu haruslah realitas keputraan, atau tidak akan ada penampakan Allah dalam kemuliaan-Nya. Dia cemburu untuk membawa putra putra kepada kemuliaan dan kiranya Allah menjauhkan dari kita untuk membuat hal ini menjadi murahan.
Ada sebuah implikasi disini jika gereja akan menjadi persekutuan yang sejati dari orang orang kudus. Bagaimana bisa kita menjadi saudara saudara dan saudari saudari seiman dalam kualitas yang sama seperti Bapa dan Putra, kecuali jika kita lebih dahulu mempunyai hubungan dengan Bapa sebagai putra putra ? sangatlah mudah untuk berkata “saudara” atau “saudari” dengan cara murahan seperti yang dilakukan “Full-Gospel Businessman” (organisasi pengusaha Kristen yang terkenal di dunia). Tapi keputraan adalah fondasi, dasar, persiapan menuju keotentikan gereja itu sendiri. Saling bergantungan satu dengan yang lainnya. Kita masih bisa berada dalam sebuah hubungan yang otentik antara satu dengan yang lainnya, yang didalam hubungan tersebut terjadi pekerjaan pengudusan yang berasal dari Allah, yang membawa kita kepada pengudusan, tapi pengakuan paling “mendalam” antara satu dengan yang lainnya sebagai saudara, menunggu dan berhubungan dengan pengakuan Allah sebagai Bapa. Ini semua berjalan bersama sama. Jika kita bisa mengucapkan secara fasih dan dangkal dalam sesuatu yang berhubungan dengan Bapa, lalu seberapa otentik kepada yang berhubungan dengan Allah?
Seorang putra tidak akan pernah menjadi putra sampai dia mempunyai kecemburuan akan keotentikan dari yang apa kita bicarakan diatas. Saya tidak pernah dapat berpikir sesuatu yang lebih buruk daripada semua hal yang kudus, final dan paling penting akan menjadi barang dagangan; bahwa ini akan menjadi sebuah trend baru dalam tubuh Kristus. Semua orang akan berbicara tentang keputraan, dan kita akan membuat hal kudus yang diberikan Tuhan itu menjadi murahan. Parodi terakhir adalah dimana hal paling kudus dan penting akan dibuat lagi menjadi sebuah inovasi baru dan sebuah kata kata baru untuk diucapkan. Biarlah ada sebuah rasa takut dan hormat untuk sebuah realitas yang belum terjadi. Janganlah kita mempergunakan kata kata ini sebagai kosakata yang mudah kita ucapkan. Dengan apa kita berharap kalau kita membuat hal hal kudus jadi murahan ? apa harapan untuk pertobatan, sekali kita membuat murahan, hal hal yang itu sendiri dapat menyelamatkan kita ? ini hampir seperti seruan yang menyuruh kita untuk sesaat diam dengan penuh hormat untuk mengerti betapa perkataan tersebut sangat berarti, apa artinya untuk menjadi seorang putra, baik di kehidupan ini ataupun di kekekalan. Jika kita tidak memiliki ini sebagai intensi dan hasrat kita secara sadar, maka saya tidak akan percaya kita akan mencapainya. Semua itu ditentukan oleh kita
Comments