Kemustahilan untuk mencapai standar Allah – T Austin Sparks

Sebaik apapun pemikiran manusia biasa, pemikirannya tetaplah pemikiran yang lain. Sebaik baiknya kehendak manusia tetaplah kehendak yang lain. Anda tidak akan pernah tahu apa yang ada di balik motif anda sendiri sampai Roh Kudus menyelidiki sampai ke kedalaman diri anda dan menunjukkannya kepada anda. Anda mungkin dapat menyatakan perasaan anda dan kehendak anda ke dalam istilah yang paling saleh. Anda mungkin, seperti Petrus yang bereaksi terhadap nasihat yang Ilahi ini, “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku”, dengan berkata, “Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!”; tetapi semuanya adalah tentang dirinya sendiri – berkat-ku sendiri. Petrus ingin berkat, sehingga dia kehilangan seluruh fokus yang sang Guru sedang mencoba untuk mengajarnya. ‘Guru sedang mencoba untuk mengajarkan anda pengosongan diri.’ Guru mungkin berkata, ‘dan engkau berusaha untuk menaati nasihat-Ku demi memenuhi dirimu sendiri, untuk kepentingan dirimu sendiri, untuk mendapatkan bagi dirimu sendiri; dan Guru mencoba untuk mengatakan, Berikan, lepaskan!’ Diri sendiri ini muncul dengan cara yang paling rohani (?). Diri sendiri muncul untuk memperoleh berkat rohani. Kita tidak tahu apa yang memotivasinya. Kita harus datang ke sekolah Roh yang disiplin seandainya kita ingin mengetahui bahwa ada niat terbaik kita yang kotor, motif kita yang  paling murni kotor di depan mata-Nya; hal-hal yang kita maksudkan untuk Allah, pada ujung-ujungnya yang ada hanyalah bagi diri kita sendiri. Diri sendiri ini tidak dapat menghasilkan apapun yang bisa diterima oleh Allah. Semua yang dapat datang kepada Allah hanya apa yang ada di dalam Kristus, bukan dari dalam diri kita. Tidak akan pernah dalam hidup ini apa yang ada di dalam diri kita seperti milik kita sendiri. Ini akan selalu menjadi perbedaan antara Kristus dan diri kita sendiri. Meskipun Kristus tinggal di dalam diri kita, Dia sendiri dan hanya Dia-lah yang merupakan objek perkenanan dan kepuasan Ilahi. dan satu pelajaran dasar yang anda dan saya sendiri harus belajar dalam kehidupan ini, di bawah bimbingan Roh Kudus dan pengurapan dan disiplin, adalah bahwa Dia adalah “lain” dari kita: dan ke “lain-an” itu adalah suatu hal yang terutama. Ini adalah salah satu pelajaran yang sangat sulit.

Roh Kudus membuat kita untuk menyadari kemustahilan untuk mencapai standar Allah dalam diri kita sendiri. Lihatlah, Allah telah menetapkan standar-Nya, Allah telah memperlihatkan model-Nya, Allah telah memberikan kita objek-Nya untuk kita teladani dan hal berikutnya yang harus kita hadapi adalah kemustahilan untuk mencapai standar itu dalam diri kita sendiri. Ya, diri sendiri ini tidak mungkin bisa. Apakah anda masih belum belajar dari keputus asaan itu? Apakah perlu bagi Roh Kudus untuk membawa kita ke tempat keputus asaan itu lagi? Mengapa tidak mengalami keputus asaan yang dalam dan belajar dari situ agar tidak perlu mengulanginya lagi? Mengapa harus mengalami keputus asaan setiap beberapa hari? Karena anda masih berburu sesuatu di suatu tempat, mencari kebaikan dalam diri sendiri untuk dipersembahkan ke hadapan Allah yang akan menyenangkan-Nya, memuaskan-Nya dan memenuhi semua persyaratan-Nya. Anda tidak akan pernah menemukannya. Terimalah fakta bahwa “segala kebenaran kita seperti kain kotor”. Kebenaran kita, semua yang berusaha mencapai kebenaran itu, Tuhan mengatakan kepada semua itu, “kain kotor!” Mari kita tuntaskan persoalan ini sekarang juga. Jika anda dapat melihat ke depan apa yang telah saya katakan, anda akan dapat melihat ke mana tujuan dari semua ini. Hal ini mengarahkan kita ke posisi yang paling mulia. Hal ini mengarahkan kita kepada kemuliaan yang dikatakan oleh Tuhan Yesus dengan cara ini, pada hari-hari sebelum di mana hal ini menjadi hal yang timbul di dalam kita: “Belajarlah pada-Ku … dan jiwamu akan mendapat ketenangan.” Inilah akhirnya. Tetapi kita tidak akan pernah mendapatkan ketenangan dalam jiwa sampai kita pertama belajar perbedaan antara Kristus dan diri kita sendiri, dan kemustahilan bagi kita untuk menjadi seperti Kristus dalam diri kita sendiri, dalam apa yang dapat kita persembahkan, dalam perbuatan kita. Hal ini tidak ada di dalam kita, dalam diri kita sendiri, kita tidak bisa mencapainya. Jadi sebaiknya kita putus asa akan diri kita sendiri untuk yang terakhir kalinya agar kita dapat maju. Dua hal ini adalah yang paling dasar.

Roh Kudus tidak akan dapat mengerjakan apapun sampai hal-hal ini diselesaikan. Oh, Allah sangat cemburu akan Anak-Nya. Anak-Nya telah melewati api karena hal ini, setelah merendahkan diri mengambil  rupa manusia dan mempunyai sebuah kehidupan yang bergantung, setelah secara sukarela Ia mengosongkan Diri-Nya dari kekuatan Ilahi-Nya yang dapat setiap saat membebaskan-Nya, menyelamatkan-Nya, menyediakan Dia segalanya, dan memelihara-Nya; setelah mengosongkan Diri-Nya dari hak tersebut dan berkata, Aku melepaskan semua hak-Ku dan hak istimewa-Ku dan kekuasaan KeAllahan-Ku untuk sementara ini dan Aku menerima posisi manusia yang bergantung kepada Allah sebagai Bapa-Ku; Aku memenuhi semua persyaratan yang harus dipenuhi manusia sebagaimana semua manusia yang hidup di bumi ! *Dia memenuhi semuanya itu dengan sempurna dan melaluinya tanpa cacat sebagai Manusia bagi manusia, dan kembali ke tahta dengan upah kemenangan penuh atas setiap pencobaan yang seharusnya dihadapi manusia demi memuaskan Allah. Apakah anda berpikir bahwa setelah itu Allah akan pernah melupakan Anak-Nya, dan semua yang telah Anak-Nya perbuat bagi manusia, dan berkata, berusahalah untuk menjadi yang terbaik maka itu akan memuaskan hati-Ku? Oh, betapa butanya kita akan Kristus, akan Allah, inilah kekristenan yang sangat populer saat ini! Jangan salah, hanya ada Satu di seluruh alam semesta tentang siapa Allah dapat berkata dari kedalaman hati-Nya “kepada-Nyalah Aku berkenan”, dan Dia adalah Tuhan Yesus Kristus. Seandainya anda dan saya ingin memiliki perkenanan itu, hal itu hanya terdapat “dalam Yesus Kristus”, tidak akan pernah ada di dalam diri kita sendiri.


Comments

Popular posts from this blog

Sebuah kajian kritis terhadap doktrin pre-tribulasi rapture

Sebuah Biografi Singkat Mengenai Kehidupan John Wesley

Masih Adakah Pewahyuan Sekarang Ini?