Di utus vs Ingin pergi di utus – Art Katz

Musa berumur delapan puluh tahun, saat Allah menampakkan diri kepadanya melalui semak duri yang terbakar, apa yang Musa katakan saat Allah mengutusnya "siapakah aku ini sehingga Engkau mengutus aku ?" dia adalah seorang manusia yang hancur, seseorang yang tidak mempunyai keyakinan akan kemampuannya. Dia sama sekali sudah di kosongkan dari semua kemampuan manusianya yang unggul dan luhur, secara genealogi dia Ibraninya Ibrani berasal dari suku Lewi dan dia juga seorang pangeran Mesir yang mempunyai hikmat dan pengetahuan. Tapi dia sekarang adalah seorang manusia yang benar benar dikosongkan dari dirinya sendiri dan tidak merasa mempunyai sebuah kecerdasan, yang meyakinkan dia bahwa dia dapat melakukan sesuatu apalagi melepaskan satu bangsa dari perbudakan. Tidak ada orang yang lebih mempunyai kualifikasi daripada dia yang percaya di kedalaman hatinya bahwa dia tidak mempunyai kualifikasi sama sekali. Pekerjaan Allah yang pertama adalah untuk mendiskualifikasi kita sebelum kita dapat di kualifikasi. Ini sama sekali bertentangan dengan seluruh mindset agamawi. Ini adalah sebuah pemborosan di mata mereka karena disini ada pria berusia empat puluh tahun yang penuh energi dan siap untuk melakukan hal hal yang besar bagi Allah. Berapa banyak dari kita yang gatal untuk pergi membuat sesuatu bagi Allah?  dan Allah tidak berpikir kalau itu royal, pemborosan ataupun berlebihan untuk memberi Musa empat puluh tahun lagi untuk menunggu di padang gurun sampai dia benar benar di kosongkan dan kemudian Allah dapat memanggil dia.

Hanya karena kita melihat sesuatu layak untuk kita perbaiki bukanlah suatu pembenaran untuk kita memperbaikinya. Kita tidak dapat bertindak untuk meresponi kebutuhan. Musa di utus bukan karena dia melihat kebutuhan, tapi dikatakan karena."Sekarang seruan orang Israel telah sampai kepada-Ku" Allah melihat penderitaan mereka dan kita tidak boleh pergi atas dasar apa yang kita lihat tapi atas dasar pengutusan-Nya. Betapa berbedanya itu dari semua yang berlari kesana dan kemari yang terjadi di kekristenan saat ini

Berapa banyak kita merasa sudah cukup mengerti dengan kata “di utus” sebagaimana yang kita pikirkan? apakah kita memahami pentingnya perbedaan antara seseorang yang ingin di utus dan seseorang yang di utus ? betapapun baiknya niat kita, bukankah segala aktivitas Kristen kita karena dorongan diri kita sendiri atau dari organisasi gereja ? apakah kita tahu, maksud saya sungguh sungguh tahu apa artinya di utus Dia yang duduk diatas Tahkta ?

Hasil observasi saya adalah kebanyakan orang kristen termotivasi untuk pergi dan melakukan ini dan itu hanya karena rasa “gatal” yang sebenarnya hanya buat diri mereka dan pelayanan mereka sendiri, tapi kita tidak melihat pengutusan semacam itu terjadi di gereja mula mula. Mereka yang di utus menjungkirbalikan dunia. Apakah kita cukup menghormati dan menghargai dari kata pengutusan? apakah kita bisa memahami perbedaan dan hasil yang di peroleh antara mereka yang di utus dan mereka yang ingin di utus karena keinginan diri sendiri ? bahkan mungkin apakah kita yakin dunia ini perlu di jungkirbalikan ? ataukah kita hanya perlu melihat dunia hanya butuh di modifikasi supaya lebih baik menurut pemikiran kita yang dangkal ? apakah kita melihat dunia ini jahat ? apakah kita terluka dengan imoralitasnya. Apakah kita akan memiliki dasar persamaan dengan mereka, saat kita melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang?

Semuanya tergantung atas bagaimana kita melihat Tuhan sebagai Tuhan, karena setelah 41 tahun menjadi kristen yang melakukan pelayanan keliling dunia, melihat dan menilai gereja dalam bentuk terbaiknya, saya harus katakan kesedihan terbesar saya atas gereja adalah bahwa pemimpin pemimpin gereja dan para pelayan pelayan Tuhan di gereja tidak mengenal Tuhan secara signifikan; mereka tidak mengenal Dia secara utuh dan sebagaimana Dia harus di kenal. Tanpa pengenalan dan pengetahuan yang benar tentang Tuhan, kita akan terjebak dalam segala sesuatu yang palsu karena pelayanan kita akan di warnai oleh ambisi dan kepentingan kita sendiri. Akibatnya tidak ada rasa takut akan Tuhan dan kita akan menemukan diri kita akan mengambil kebebasan dan melakukan sesuatu yang berdasarkan inisiatif sendiri yang tidak berasal dari surga.


Comments

Popular posts from this blog

Masih Adakah Pewahyuan Sekarang Ini?

Sebuah kajian kritis terhadap doktrin pre-tribulasi rapture

Sebuah Biografi Singkat Mengenai Kehidupan John Wesley