Sebuah Sisa Umat Allah – David Wilkerson
Di setiap generasi selalu ada sebuah sisa umat yang berlari
mengejar Yesus dengan penuh hasrat dan ucapan syukur. Saya percaya orang
Samaria yang menderita kusta berlari kepada Yesus karena dia tidak terikat dengan
bentuk bentuk aturan dan ritual ritual (Lihat Lukas 17 : 11- 19). Dia tidak “melupakan”
sama sekali apa yang telah diperbuat Yesus pada dirinya. Anda lihat, sembilan
orang lainnya yang dibesarkan secara ortodok, pikiran mereka dilatih dari kecil
untuk mengikuti berbagai macam ritual dan upacara agamawi, dan sekarang mereka
masih terikat dengan tradisi mereka. Tapi begitu orang Samaria melihat seluruh
sistem keagamaan tersebut, dia berteriak, “Tidak akan”.
Dia menyaksikan sendiri kepalsuan para pemimpin agama dan
orang orang yang menghadiri gereja. Dia melihat orang orang Farisi merampok
janda janda dan merampas rumah mereka. Dia melihat imam imam melakukan
penyuapan dan disuap. Dia melihat bait Allah dipenuhi para penukar uang,
membuat rumah Allah menjadi sarang penyamun. Dia telah melihat para ahli kitab
membuat aturan bagi orang lain yang mereka tidak pernah menunjukan jari
telunjuknya ke arah diri mereka sendiri untuk memeriksa apakah mereka sendiri sudah
melakukan semua yang mereka tulis ?
Dia melihat semua kedok mereka yang dicat putih, semua wajah
wajah palsu dan standar standar ganda mereka dan berkata kepada dirinya
sendiri, “ini adalah orang buta memimpin orang buta dan saya tidak mau ini. Saya
menginginkan sesuatu yang nyata.
Selagi dia menuju sebuah desa dengan sembilan orang lainnya -
untuk menunjukan diri kepada imam imam, gereja, masyarakat dan kehidupan yang
baik - dia tiba tiba berhenti dan
berpikir “tunggu sebentar” saya ingat seperti apa rasanya sewaktu saya memiliki
segalanya – uang, harga diri, keamanan. Keadaan saya sangat menyedihkan! Mereka
yang saya anggap teman teman saya, mereka semua menolak saya pada waktu pertama
kali mereka mengetahui kalau saya menderita kusta. Saya hampa – terikat dengan
dosa dosa saya, penuh kebencian dan kepahitan. Rasanya seperti hidup di neraka.
Kenapa saya harus kembali ke situ ?
Kemudian sesuatu mulai membakar hatinya : “Lihatlah diri
saya. Saya bersih. Yesus menyembuhkan saya. Gereja dapat menunggu; keluarga dan
karir dapat menunggu. Saya akan pergi kepada Yesus! Saya ingin mengenal satu
satunya Orang yang telah menyembuhkan saya!”. Dia sampai pada kesimpulan akhir yang
sama dengan kesimpulan akhir semua sisa umat Allah :”tidak apapun yang saya
inginkan diluar sana. Semuanya itu sia sia! Saya akan pergi kepada Yesus dan
Dia akan menjadi realitas saya!”
Comments