Pandangan Apokaliptik dan Pengharapan Gereja - Art Katz

Allah memiliki maksud bagi gereja di setiap generasi untuk mempunyai ekspektasi apokaliptik yang dinamis sebagai sesuatu yang normatif bagi gereja yang sejati. ekspektasi apokaliptik meresonansi  gereja. Ekspektasi apokaliptik menjadi sebuah pengharapan yang dinamis dan sebuah karakteristik penantian gereja di setiap generasi. Isunya bukanlah kronologis tapi kesetiaan Allah yang menjanjikan kalau Dia akan datang kembali. Gereja sekarang tidak memiliki sebuah kesadaran yang  hidup bahwa kita sedang bergerak menuju “sebuah akhir” yang mana kenyataannya kita semua akan menuju sebuah permulaan yang baru.

Apokaliptik mindset percaya kalau kuasa jahat atau setan, yang kini mengendalikan segala sesuatu di dunia yang sementara ini yang penuh dengan kejahatan yang tidak ada habis habisnya ini, segera akan dikalahkan dan segala macam bentuk kejahatannya dan akan diakhiri oleh intervensi langsung Allah sendiri. Sekarang ini meskipun orang orang benar menderita karena oleh berbagai serangan setan dan oleh manusia manusia yang dipakai sebagai agennya. Ada sesuatu tentang pengaruh setan yang orang orang kristen tidak mau mempertimbangkannya, kalaupun mereka mau untuk mempertimbangkannya mereka hanya mempertimbangkannya hanya sebatas individu yang butuh pelepasan dari roh jahat, tapi mereka tidak ingin mempertimbangkan untuk melihat kehidupan dan realitas di dunia ini berada di bawah pengaruh setan. Kitab suci mengatakan kepada kita bahwa seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat. Satu satunya yang bisa mengakhiri dunia seperti ini adalah dengan melempar iblis ke dalam neraka yang hal itu merupakan kekalahan terakhirnya dan Allah sendiri akan datang untuk mendirikan sebuah kerajaan milikNya sendiri dimana kebenaran akan berdiam. Hal ini sangat terlalu supranatural untuk dipertimbangkan bagi kebanyakan orang orang kristen yang paling rasional. Dan apa yang paling membuat mereka tidak suka adalah bahwa pusat kerajaanNya sebuah tempat dimana banyak orang tidak pernah menginginkannya, yaitu Yerusalem, saat Israel nanti sudah dipulihkan. Segala sesuatu yang dilakukan Allah dianggap akan menyerang sensibilitas manusia. Dia mengetahui dengan tepat apa yang menjadi kelemahan manusia, dan Dia selalu menunjukan sesuatu yang skandal bagi pertimbangan manusia.

Kotbah yang paling menyerang untuk disampaikan adalah untuk mengatakan kepada mereka yang berdiam di bumi bahwa waktu mereka sudah hampir habis; bahwa dunia dibawah penghakiman; kesudahannya tidak lama lagi; bahwa akan ada sebuah api penghakiman yang akan datang menimpa mereka dan oleh karenanya mereka lebih baik sekarang mengenal Raja yang akan datang. Di hari kedatanganNya, akan terlambat untuk mengenalNya, karena kedatanganNya kedua kali nanti akan sebagai Hakim bukan sebagai Juruselamat. Segala sesuatu yang dilakukan manusia di dunia seakan akan dunia ini tidak pernah berakhir dan bertambah lebih baik. oleh karena itu kita mempunyai pesan yang tidak diterima oleh manusia dimana mereka akan menyumpal telinganya. Dan lebih jauh lagi apabila kita memberitakannya dengan kuasa apostolik dan penuh urapan orang orang akan menyerang kita sambil menggertakkan gigi mereka. Ada sesuatu tentang pandangan apokaliptik yang membuat gereja mula mula mempunyai urgensi tertentu, sebuah ekspektasi dan pengharapan.

Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik. Beritakanlah semuanya itu, nasihatilah dan yakinkanlah orang dengan segala kewibawaanmu. Janganlah ada orang yang menganggap engkau rendah. (Titus 2 : 11 -15)

Ini adalah salah satu dari perwujudan dari iman apostolik yang luar biasa. Ini hampir menjadi sebuah paradoks, untuk mempunyai sebuah antisipasi akan terjadinya sebuah peristiwa kosmik yang bernama kedatangan Tuhan dan kerajaanNya. Dan sementara kita menanti, kita tidak mencari tahu kapan tepatnya Tuhan datang, tapi rajin berbuat baik, karena hal itu juga mempunyai sebuah aplikasi kekekalan. Sebagai contoh, meninggalkan keinginan keinginan duniawi.  Ini adalah sebuah etika. Untuk memiliki pandangan seperti ini tentu akan menuntut persyaratan tertentu di kehidupan sekarang ini. Kita hidup didalam sebuah waktu yang sementara yang sarat dengan berbagai tujuan besar, hidup dalam ekspektasi penyelesaian akhir yang luar biasa dari zaman ini. Kesaksian akhir gereja didalam segala sesuatu yang bertambah gelap ini, yaitu gereja akan menjadi bertambah terang. Ini adalah kemurahan Allah yang terakhir, bahwa jika ada seseorang yang masih ingin diselamatkan dari kegelapan abadi, disana sini masih ada percikan percikan terang di seluruh bumi ini dimana mereka bisa menghampirinya. Jika mereka menolak kesaksian itu, mereka menolak anugerah Allah yang terakhir yang diberikan kepada sebuah dunia yang sekarat. Gereja oleh karena itu mempunyai lebih banyak kewajiban untuk hidup secara tak bercacat dan tak bercela.

Ada sesuatu tentang kekekalan dan antisipasi dan pengharapan yang akan datang, yang musuh dengan sengit melawannya, karena hal itu membawa sebuah dimensi sebuah kedinamisan kepada gereja yang membuat gereja mampu mengancam kepentingan kuasa kegelapan. Iman apokaliptik adalah sebuah iman yang mempunyai ekspektasi sebuah kesudahan bagi dunia yang ada sekarang ini dan adanya dunia baru yang menggantikan dunia yang ada sekarang ini. Dan dunia baru yang menggantikan yang lama ini akan ada sepanjang kekekalan dan ini adalah kemenangan Allah secara kosmik terhadap kuasa kegelapan, yang mempunyai sejarah memerintah, memerintah dengan cara yang salah atas ciptaan Allah. kedatangan Tuhan menandai kekalahan terakhir iblis, dengan mendirikan kerajaanNya di dalam kemuliaan dan membuktikan kebenaran orang orang kudusNya yang sabar dalam menghadapi kegeraman murka kuasa kegelapan terakhir yang menyerang mereka.  Kedatangan Tuhan juga akan membawa pemulihan bagi Israel dalam penggenapan janji perjanjian yang dijanjikan kepada Israel, akan mendirikan kembali pondok Daud yang telah roboh dan Allah akan memerintah bangsa bangsa dari sana. Ini adalah seluruh skenario dan kesimpulan  klimaks yang kurang lebih  sama sekali tidak dimiliki gereja. Kita hanya berbicara tentang kedatangan Tuhan hanya sebatas kebenaran doktrinal atau tentang menyelamatkan diri dari penganiayaan yang akan datang, tapi tidak mempunyai iman yang menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus (Titus 2 : 13)

 “Masa sekarang” menyiratkan bahwa akan ada masa yang akan datang. Meninggalkan keinginan keinginan duniawi tidak berarti  hanya menolak dosa dosa seksual. Hawa nafsu adalah sebuah keinginan yang tidak berasal dari “atas” dengan kata lain itu tidak berasal dari Allah. Dengan definisi seperti itu, sebuah hawa nafsu bisa berupa hal hal yang remeh seperti katalog barang dagangan. Jika anda di gerakan oleh katalog tersebut, dan bukan di gerakan oleh Allah, maka hal itu sudah menjadi hawa nafsu yang berasal dari “bawah”. Kita harus menyangkalnya dan itu akan menyakitkan, karena penyangkalan diri adalah sesuatu yang membuat kita menderita. Dalam barang barang yang dijual ada sebuah kekuatan yang menggoda kita yang berusaha untuk menarik kita ke kedalam pusarannya. Ada sesuatu tentang kemewahan, keanekaragaman dan sesuatu yang merangsang yang berasal dari barang barang yang dijual yang merampok perspektif kekekalan dari diri kita. sekalipun ada “jalan” yang dapat kita lakukan untuk “melegitimasi” hawa nafsu dan keinginan keinginan duniawi kita, tapi hal itu akan tetap menawan jiwa kita. Kita menjadi terbiasa melihat hal itu dan melihat orang lain tidak masalah dengan itu atau menggunakan dan mengenakan barang barang tersebut sampai suatu tahap, dunia telah mempengaruhi hidup kita dan membuat roh kita jadi tumpul.

Untuk hidup dengan serius adalah juga hidup dengan mempunyai sebuah mata yang berhati hati untuk membiarkan apa yang akan mata kita lihat, karena kalau mata kita tidak hati hati, itu akan membahayakan roh kita. Bahkan seperti bagaimana cara makanan disajikan atau dipajang di sebuah supermarket, itu di design oleh para psikolog dan ahli ahli, mereka mengatur rak tempat memajang barang barang yang di jual agar para pengunjung supermarket melihat barang barang itu akan membelinya, walaupun pada awalnya mereka tidak berniat membelinya. Bahkan berapa banyak barang yang anda beli berhubungan dengan keinginan duniawi anda, karena anda bernafsu untuk memilikinya. Allah telah memberikan pengharapan yang menolong kita saat ada tekanan dan cobaan untuk membeli barang barang yang dijual itu. ini adalah sebuah pengharapan yang mampu menolong dan menguatkan orang orang kudus di perjanjian lama sebagaimana juga orang orang kudus di gereja mula mula. Abraham memiliki pengharapan ini, meskipun dia belum melihatnya saat dia hidup tapi pengharapan itu sanggup menopang  dia.

Pemerintah pemerintah dan penguasa penguasa di udara tidak akan membiarkan seorangpun yang mengharapkan kerajaan lain (kerajaan Allah) selain kerajaan mereka. Jika kita menjadi eskatologikal-minded  dan apokaliptikal-minded dan mempunyai sebuah antisipasi terhadap “sebuah akhir”, “sebuah masa depan yang baru” dan sebuah pemerintahan yang kekal yang berbeda dengan pemerintahan dunia sekarang ini, kita akan menjadi orang orang yang di tandai oleh penguasa kegelapan. Kita mungkin akan mengalami lebih dari sekedar kalau barang barang kita akan dirampas atau setidaknya mengalami beberapa bentuk penganiayaan. Hanya orang orang seperti itu yang dapat memiliki sukacita sejati. Jika milik kita dirampas kita dapat memuji Allah, karena kita mengerti karena hal itu tidak dapat terjadi tanpa seizin Allah dan karena kita memiliki upah yang lebih besar dan kekal di surga

Sekarang kiranya Allah sumber pengharapan memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan (Roma 15 : 13 NASB)

Ayat tersebut dimulai dengan kata sekarang. Harapan alkitabiahlah dan bukan optimisme manusia yang mempunyai ekspektasi untuk masa depan dan untuk sesuatu yang melampaui yang kelihatan dan ada sekarang. Bukanlah harapan jika itu tidak mempunyai sebuah konsekuensi yang segera dan saat ini. Itulah keunikan iman karena hal hal yang masih jauh dan di masa akan datang mempunyai sebuah konsekuensi praktis yang segera harus dilakukan di saat sekarang ini. Ada sebuah “kelimpahan” yang berhubungan dengan harapan yang tidak dapat di peroleh kecuali oleh pengharapan itu. sifat iman adalah kelimpahan. Apapun yang kurang dari kelimpahan adalah abnormal dan di bawah standar, kita perlu untuk tidak dipuaskan dengan apapun yang kurang dari kelimpahan. Sukacita berasal dari surga. Dan itu berasal dari Allah, kita tidak dapat memperolehnya dari dunia, dan satu satunya jalan untuk memilikinya kita harus berlimpah limpah dalam pengharapan, supaya kita dapat merasakan baik damai sejahtera maupun sukacita. Dalam kata lain kita hanya bisa memiliki sukacita yang otentik itu hanya jika kita berlimpah limpah dengan pengharapan – dan tidak ada jalan lain untuk memilikinya.

Pengharapan adalah antisipasi terhadap sesuatu di masa depan. Pengharapan adalah sebuah hasrat dan kepercayaan bahwa suatu hari anda menikmati sesuatu yang masih jauh dan tidak kelihatan. kita tidak dapat menjadi kudus dan sempurna tanpa pengharapan.  Pengharapan adalah salah satu unsur yang olehnya kita percaya kalau kita akan disempurnakan di dalam Dia. Salah satu hal yang harus dicari pada orang yang mengaku dirinya rasul, adalah apakah dia mempunyai pengharapan atau tidak. Pengharapan yang sejati adalah aktif, membuat kita berdebar debar, vital dan hidup. Tidak peduli keadaan apapun yang mereka alami atau keputusasaan yang sekarang menimpa mereka, pengharapan mereka mempengaruhi hidup mereka sekarang. Pengharapan adalah sebuah elemen yang membuat seseorang tetap tabah dan tidak terguncangkan. Hilangnya pengharapan akan menjamin terjadinya degradasi manusia. Manusia tanpa pengharapan di dunia ini di kutuk kepada hal hal yang hina. Mereka melihat segala sesuatunya tidak berarti dan tidak bernilai, karena mereka tidak memiliki pengharapan.



Comments

Popular posts from this blog

Masih Adakah Pewahyuan Sekarang Ini?

Sebuah kajian kritis terhadap doktrin pre-tribulasi rapture

Sebuah Biografi Singkat Mengenai Kehidupan John Wesley