Kemudian Mereka Menyalibkan Dia – Art Katz

Saya rasa kita, setiap kita seharusnya dipermalukan dan menjadi rendah hati setiap kita membaca kitab Kisah Para Rasul dan membaca kemuliaan yang ada di gereja mula mula. Hal ini sangat kontras bahkan dengan kekristenan paling sukses yang kita tahu, yang paling ”kharismatik” (kotbah Art Katz ini kalau tidak salah tahun 1970an, saat gerakan kharismatik lagi bagus bagusnya), yang paling dihargai dan di elu elukan sama sekali tidak ada apa apanya dan tidak dapat dibandingkan sama sekali dengan gereja mula mula.

Bagaimana bisa orang orang yang kuno dan udik ini, dan para nelayan, yang tidak memiliki apa yang kita nikmati sekarang sanggup menjungkirbalikan kota kota dan mengguncangkan bumi ? kenapa bisa kita tidak mempunyai pengaruh yang sama di generasi kita ?

Jawabannya menurut pendapat saya adalah karena kita kehilangan salib maka kita kehilangan kuasa kebangkitan, kita telah mengesampingkan salib sebagai subyek apalagi sebagai pengalaman karena kita tidak mempunyai toleransi ataupun simpati untuk penderitaan.

Penyangkalan diri dalam apapun bentuknya adalah penderitaan dan kita tidak di dorong untuk melakukan itu.

Kita sudah terlalu memanjakan dan merusak pemuda pemuda kita, mengkompromikan kebenaran di dalam pernikahan kita, para pelayan kristen kita kalah dan berguguran, memberi pijakan kepada roh independen dan pemberontakan di gereja gereja. Semua ini terjadi karena kita tidak bisa menahan penderitaan.

Kita sebagai orang tua lebih memanjakan anak anak kita daripada menghajar anak anak kita, apakah kita mengasihi ataukah memanjakan diri ?

Kita para pendeta yang melindungi jemaat dengan mengatakan hal hal yang membuat mereka tentram, daripada mengatakan kebenaran dalam kasih, kenapa kita begitu menghindarkan kebenaran dari mereka ?

Kita orang orang kudus yang melihat adanya sesuatu hal yang salah dan perlu diperbaiki di dalam setiap kita, kenapa kita diam ?

Dimana Paulus Paulus generasi kita yang berkonfrontasi dengan Petrus Petrus ? yang mengkompromikan injil dengan sikapnya yang berbeda di dua kelompok.  Paulus mengatakan dia tidak akan membiarkan situasi seperti itu terus berlanjut untuk kebenaran injil (Galatia 2 : 14-21) saya sebut itu kasih. Tapi anda tahu bahwa kasih seperti itu ada sebuah tindakan yang menyakitkan dan memalukan.

Sangatlah mudah untuk di salah mengerti. Karena alasan inilah banyak orang lebih memilih diam, yang mana ini pula alasan kenapa dunia berjalan dengan mata yang gelap bersama kita dan alasan ini pula yang membuat kita terus lebih duniawi karena kita tidak menasihati satu sama lain.

Menghindari rasa sakit adalah sebuah penghindaran yang mahal. Simbol salib dalam jantung iman Kristen adalah undangan untuk bersekutu dalam penderitaanNya. Di sebuah dunia, dimana kekristenan kita sedang terdegradasi menjadi sebuah kebudayaan kelas menengah, sebuah “pengudusan” untuk menutupi status quo, klub pujian yang hampa, yang menganggap keuntungan sebagai kesalehan, sebuah keagamaan yang nyaman yang menyebabkan hasrat hasrat kita dan kepentingan kepentingan kita yang duniawi tidak tertantang dan terganggu sama sekali, karena kita telah menolak salib Yesus Kristus.

Entah bagaimana saya naif untuk berpikir bahwa kita seharusnya kelihatan berbeda, berbicara berbeda, bertindak berbeda karena seharusnya kita mempunyai bau yang harum dari Kristus yang bagi beberapa orang adalah bau kematian dan bagi yang lain diselamatkan adalah kehidupan. Fakta bahwa dunia dapat dengan begitu mudah mentoleransi kita, hampir tidak adanya celaan dari dunia apalagi penganiayaan adalah sebuah kesaksian yang memalukan bahwa kita begitu menyerupai dunia bahkan kita tidak bisa dibedakan dari dunia ini.

Kita bahkan telah kehilangan perbedaan, rasa perbedaan antara mana yang suci dan mana yang cemar. Saya percaya Allah dapat berdiri di pintu gereja untuk menuntut tanggung jawab penuh atas apa yang terjadi di dunia sekarang ini. Atas segala sesuatu yang lidah kita takut untuk mengucapkannya, telunjuk kita takut untuk menunjukan kesalahan, hidung kita menghirup “kotoran” dunia ini adalah hal yang dapat dikaitkan dengan kita. Karena kita tidak menetapkan sebuah standar di bumi ini dan sebuah alternatif untuk membuat dunia yang sedang sekarat ini berbalik kepada Allah.

Mereka hanya tidak tahu ada suatu hal seperti itu yaitu mana yang kudus dan mana yang suci karena kita sendiri telah membiarkan diri kita berkubang dalam hal hal yang duniawi, lazim, najis dan cemar. Satu satunya alternatif bagi sesuatu yang kebumian, duniawi, sensual dan jahat adalah sesuatu yang surgawi. Dan tidak ada jalan untuk memperoleh sesuatu yang surgawi itu terlepas dari salib Yesus Kritus.

Jika nabi Yesaya melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang berkata, “"Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir."  - Yesaya 6 : 5. Dan apa yang seharusnya kita katakan sementara kita bukanlah nabi dan bukan seseorang pembawa sabda Allah ? kita perlu mempunyai visi dan penglihatan yang benar. Kita perlu menyelaraskan hidup kita dengan garis yang telah di tetapkan Allah bagi kita. Standar Allah adalah salib Yesus Kristus. Bukan akademik kekristenan, keagamaan kekristenan ataupun kekristenan yang dangkal tapi sebuah pengalaman nyata dari kehidupan kita yang bersedia meninggalkan segalanya.

Paulus berkata, “Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.” – 1 Korintus 2 : 2. Kita perlu mati matian berusaha dan secepatnya mengenal Dia – sebagaimana Dia adanya.


Comments

Popular posts from this blog

Masih Adakah Pewahyuan Sekarang Ini?

Sebuah kajian kritis terhadap doktrin pre-tribulasi rapture

Sebuah Biografi Singkat Mengenai Kehidupan John Wesley