Perpuluhan Alkitabiah Tetapi Bukan Kekristenan - Frank Viola
TITHES
AND CLERGY SALARIES
(PERPULUHAN
DAN GAJI KEPENDETAAN)
Sebab
kami tidak sama dengan banyak orang lain yang mencari keuntungan dari firman
Allah. Sebaliknya dalam Kristus kami berbicara sebagaimana mestinya dengan
maksud-maksud murni atas perintah Allah dan di hadapan-Nya. (2 Korintus 2:17)
Bolehkah
manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: "Dengan
cara bagaimanakah kami menipu Engkau?" mengenai persembahan persepuluhan
dan persembahan khusus! Kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya
kamu seluruh bangsa! Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam
rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku,
firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap
langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. (Maleakhi 3:8-10)
Bagian
dari kitab Maleakhi tersebut menjadi teks favorit bagi banyak pendeta,
khususnya ketika persembahan dan pemberian di gereja berkurang. Jika kita punya
waktu untuk memperhatikan gereja modern maka kita akan mendengar bagian dari
kitab Maleakhi tadi sering "bergemuruh" dari mimbar. Pertimbangkan
retorika yang sering kita dengar ini: "Allah memerintahkanmu membayar
perpuluhan dengan setia. Jika kamu tidak memberi perpuluhan maka kamu sedang
merampok Allah dan menempatkanmu di bawah kutuk. Akankah kita ulangi bersama
mengucapkan "doktrin perpuluhan?" Perpuluhan milik Tuhan. Di dalam
kebenaran kita pelajari, di dalam iman kita percaya, dan di dalam sukacita kita
memberikannya. Perpuluhan! Dan persembahanmu diperlukan jika pekerjaan Tuhan
ingin jalan terus ("pekerjaan Tuhan di sini tentu artinya adalah gaji staf
kependetaan dan pembayaran listrik bulanan gedung gereja"). Apa akibat
dari tekanan ini? Umat Tuhan merasa bersalah jika tidak memberikannya. Ketika
mereka melakukannya mereka merasa membuat Tuhan senang lalu mereka dapat
mengharapkan Dia untuk memberkati secara finansial. Ketika mereka gagal akan
merasa jadi tidak taat dan kutuk finansial membayangi mereka. Tetapi marilah
kita mundur ke belakang dan bertanya: "Apakah Alkitab mengajarkan kita
tentang perpuluhan? Dan …. Apakah kita diwajibkan secara rohani untuk mendanai
pendeta dan stafnya?" jawaban dari dua pertanyaan itu mengejutkan (jika
Anda seorang pendeta, ini menarik perhatian, maka Anda mungkin akan mencabut
hatimu dan mengobatinya sekarang).
Apakah
perpuluhan alkitabiah?
Perpuluhan
muncul di dalam Alkitab. Maka, ya, perpuluhan adalah alkitabiah. Tetapi ini
bukanlah kekristenan. Perpuluhan adalah milik bangsa Israel kuno. Ini secara
esensial merupakan pajak pendapatan mereka. Anda tidak pernah menemukan
perpuluhan oleh kekristenan abad I dalam Perjanjian Baru.
Banyak
orang Kristen tidak memiliki ide tentang apa yang Alkitab ajarkan mengenai
perpuluhan maka marilah kita melihat hal tersebut. Kata "perpuluhan"
secara sederhana artinya sepersepuluh bagian. Tuhan mengenalkan tiga macam
perpuluhan bagi Israel sebagai bagian dari sistem perpajakan mereka yaitu :
•
Perpuluhan hasil dari tanah untuk men-support orang-orang Lewi yang tidak
memiliki warisan di Kanaan.
•
Perpuluhan dari hasil tanah untuk mensponsori festival-festival keagamaan di
Yerusalem. Jika hasil tanah pertanian tersebut sangat berat untuk dijinjing ke
Yerusalem maka mereka dapat merubahnya menjadi uang.
•
Perpuluhan dari hasil tanah yang dikumpulkan setiap tiga tahun untuk orang-
orang Lewi lokal, yatim piatu, orang asing dan janda-janda.
Ini
adalah perpuluhan alkitabiah. Memperhatikan bahwa Allah memerintahkan Israel
untuk memberikan 23,3% dari pendapatan mereka tiap tahun maka sepertinya
bertentangan dengan pemberian10% (20% per tahun dan 10% setiap tiga tahun =
23,3% per tahun...Allah telah memerintahkan 3 macam perpuluhan … Nehemia 12:
44, Maleakhi 3:8-12, Ibrani 7:5).
Perpuluhan
itu dari hasil tanah yaitu benih, buah atau hewan ternak. Itu adalah hasil
tanah bukan uang. Sebuah pararel yang jelas dapat dilihat antara sistem
perpuluhan Israel dan sistem perpajakan modern yang sekarang ada di Amerika.
Israel diwajibkan untuk mendukung pekerja-pekerja nasional mereka (imam-imam),
hari-hari suci mereka (festival-festival), dan orang-orang miskin di tempat
mereka (orang asing, janda dan yatim piatu) dengan perpuluhan tahunan mereka.
Kebanyakan sistem-sistem pajak modern memiliki tujuan yang sama dengan itu.
Bersama
kematian Yesus, semua upacara dan simbol-simbol agama yang dimiliki orang
Yahudi telah dipakukan pada salib-Nya dan dikuburkan … tidak pernah muncul lagi
untuk menghukum kita. Dengan alasan ini kita tidak pernah melihat orang-orang
Kristen memberikan perpuluhan di dalam Perjanjian Baru. Tidak pernah kita melihat
mereka mempersembahkan kambing domba untuk menutupi dosa-dosa mereka. Paulus
menulis, "Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh
karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama
dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita, dengan menghapuskan
surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita.
Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib: Ia telah melucuti
pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum
dalam kemenangan-Nya atas mereka. Karena itu janganlah kamu biarkan orang
menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru
ataupun hari sabat; semuanya itu hanyalah bayangan dari apa yang harus datang,
sedang wujudnya ialah Kristus." Kolose 2:13-17
Perpuluhan
dimiliki secara eksklusif oleh Israel di bawah hukum Taurat. Soal pengelolaan
keuangan, kita melihat orang-orang kudus abad pertama memberi dengan gembira
sesuai kemampuan mereka bukan tanggung jawab yang keluar dari sebuah perintah
(ini jelas tertulis di 2 Korintus 8:3-13, 9:5-12. Paulus menulis tentang
pemberian: Beri sesuai kemampuan dan kekayaan). Pemberian di gereja mula-mula
adalah sukarela dan yang diuntungkan dari pemberian tersebut adalah orang
miskin, yatim piatu, orang sakit, janda-janda, orang-orang di penjara dan
orang-orang asing.
Saya
dapat mendengarkan sekarang ini keberatan-keberatan seperti: "Tapi
bagaimana dengan Abraham? Dia hidup sebelum hukum Taurat. Dan kita melihat dia
memberikan perpuluhan kepada Imam Besar Melkisedek. Apakah ini tidak terbalik
dengan argumen Anda bahwa perpuluhan adalah bagian dari hukum Taurat?".
Ada tiga hal yang seperti menjelaskan hal tersebut. Pertama, perpuluhan Abraham
adalah sukarela sepenuhnya. Bukan sesuatu yang diwajibkan. Allah tidak pernah
memerintahkannya seperti Dia memerintahkan perpuluhan kepada Israel. Kedua,
perpuluhan Abraham berasal dari jarahan yang dia peroleh dari pertempurannya.
Dia tidak memberikan perpuluhan dari pendapatan rejekinya sendiri atau
kekayaannya. Tindakan perpuluhan Abraham tersebut sama seperti kalau Anda
memenangkan lotere, sebuah mega jackpot, atau penerimaan sebuah bonus dari
pekerjaan, lalu diberikan sepersepuluhnya. Ketiga, dan yang paling penting,
perpuluhan Abraham tersebut hanya sekali terjadi di sepanjang 175 tahun
hidupnya di muka bumi. Kita tidak punya bukti bahwa dia kembali melakukan hal
tersebut. Konsekuensinya jika kita menggunakan Abraham sebagai sebuah
pembuktian untuk argumen kita bahwa orang-orang Kristen harus memberikan
perpuluhan, maka kita hanya diharuskan memberikan perpuluhan sekali saja!
Ini
membawa kita kembali kepada teks yang seringkali dikutip dalam Maleakhi 3.
Apakah yang Allah katakan disana? Kutipan ini menunjukkan kepada bangsa Israel
kuno dimana mereka ada dibawah hukum Taurat. Saat itu umat Tuhan menahan
perpuluhan dan persembahan mereka. Bayangkan apa yang akan terjadi jika
sebagian besar orang Amerika menolak membayar sebagian besar pajak pendapatan
mereka. Hukum Amerika memandang hal tersebut sebagai perampasan atau
perampokan. Maka kesalahan tersebut akan ditindaklanjuti dengan hukuman oleh
pemerintah karena pencurian tersebut. Hal yang sama, ketika Israel menahan
pajak (perpuluhan mereka) maka mereka sedang mencuri dari Allah yang telah
mewajibkan sistem perpuluhan tersebut. Tuhan lalu memerintahkan umat-Nya untuk
membawa perpuluhan mereka ke dalam rumah perbekalan/persediaan. Rumah
perbekalan/persediaan tersebut lokasinya ada dalam ruangan bait suci. Ruangan
tersebut disediakan untuk menyimpan perpuluhan (yang adalah produk dan hasil-
hasil pertanian, bukan uang) untuk men-support orang Lewi, orang miskin, orang
asing dan para janda. Tuhan memberi peringatan dalam Maleakhi 3:5 dengan
berkata bahwa Dia akan menghukum orang yang menindas para janda, anak piatu dan
orang asing. Dia berkata: "Aku akan mendekati kamu untuk menghakimi dan
akan segera menjadi saksi terhadap tukang-tukang sihir, orang-orang berzinah
dan orang-orang yang bersumpah dusta dan terhadap orang-orang yang menindas
orang upahan, janda dan anak piatu, dan yang mendesak ke samping orang asing,
dengan tidak takut kepada-Ku, firman Tuhan semesta alam."
Janda-janda,
anak piatu dan orang asing adalah mereka yang paling berhak menerima
perpuluhan. Karena Israel menahan perpuluhan mereka maka mereka bersalah telah
menindas tiga kelompok orang tersebut. Di dalam hati Allah Maleakhi 3:10
merupakan penindasan kepada orang miskin.
Berapa
banyak pengkhotbah-pengkhotbah yang telah Anda dengar membukakan poin tersebut
ketika mereka bicara panjang lebar tentang Maleakhi 3 tersebut? Perpuluhan
memiliki tujuan untuk mendukung janda-janda, anak piatu, orang asing dan orang
Lewi yang termasuk kelompok yang tidak memiliki apa-apa. Inilah pandangan
firman Allah mengenai Maleakhi 3.
Asal-usul
perpuluhan dan gaji pendeta
Cyprian
(200-258) adalah orang Kristen pertama yang menulis tentang praktek dukungan
keuangan terhadap kependetaan (clergy). Dia berargumentasi bahwa imam-imam
Lewi-lah yang di dukung oleh perpuluhan, maka kependetaan Kristen akan di
dukung juga oleh perpuluhan tetapi sesungguhnya ini merupakan kesalahan
pemikiran. Hari ini, sistem keimamatan Lewi telah dihapus. Kita semua sekarang
adalah imam maka jika seorang imam menerima perpuluhan maka orang Kristen akan
memberikan perpuluhan satu sama lain. Pendapat dari Cyprian sangat luar biasa
pada zaman itu dan tidak disuarakan oleh kekristenan pada umumnya sampai
beberapa lama kemudian. Selain Cyprian tidak ada penulis Kristen sebelum
Constantine yang pernah menggunakan Perjanjian Lama sebagai referensi untuk menyokong
pandangan perpuluhan.
Hal
tersebut tidak ditemukan sampai pada abad ke-empat. 300 tahun setelah Kristus,
beberapa pemimpin Kristen mulai mendukung pandangan mengenai perpuluhan sebagai
sebuah praktek kekristenan untuk mendukung kaum clergi (kependetaan) tetapi ini
pun tidak tersebar luas di antara orang-orang Kristen sampai abad ke-delapan.
Seorang terpelajar pernah berkata, "Selama 700 tahun pertama perpuluhan
sukar dijelaskan". Peta sejarah perpuluhan Kristen adalah sebuah pelajaran
yang menarik. Perpuluhan telah berkembang secara perlahan dari negara kepada
gereja. Pemberian perpuluhan dari hasil-hasil pertanian yang diperoleh
seseorang adalah pembayaran pinjaman yang lazim untuk tanah-tanah yang
disewakan di Eropa Barat. Gereja mengembangkan kepemilikan tanahnya melintasi
Eropa; sepuluh persen dari biaya sewa tanah diberikan kepada gereja. Ini telah
memberikan kepada peraturan "10% ongkos sewa tanah" sebuah makna yang
baru. Ini diidentifikasikan dengan perpuluhan keimamatan Lewi. Konsekuensinya,
perpuluhan Kristen sebagai sebuah adat atau kebiasaan yang didasarkan atas
sebuah gabungan praktek Perjanjian Lama dan institusi dunia.
Pada
abad ke-delapan perpuluhan diharuskan oleh hukum dan banyak tempat di Eropa
Barat. Akhir abad ke-sepuluh pembedaan perpuluhan sebagai sebuah ongkos sewa
dan sebuah persyaratan moral didukung oleh Perjanjian Lama telah dihilangkan.
Perpuluhan menjadi diwajibkan ke seluruh kekristenan Eropa. Sebelum abad
ke-delapan perpuluhan dipraktekkan sebagai pemberian sukarela. Tetapi pada
akhir abad ke-sepuluh dipindahkan ke dalam sebuah persyaratan legal untuk
mendanai gereja pemerintah … diminta oleh klergi dan dikuatkan oleh otoritas
sekuler! Syukurlah banyak gereja-gereja modern menghapuskan perpuluhan sebagai
persyaratan legal. Tetapi praktek perpuluhan hari ini tetap saja sebanyak
ketika hal tersebut mengikat secara legal di masa yang lalu. Tentu Anda tidak
akan dihukum secara fisik jika gagal memberi perpuluhan. Tetapi jika engkau
bukan seorang pemberi perpuluhan maka di banyak gereja-gereja modern Anda akan
disingkirkan dari posisi pelayanan. Dan Anda akan selamanya dipersalahkan dari
mimbar.
Selama
tiga abad pertama, pelayan-pelayan Tuhan tidak menerima gaji tetapi ketika
Constantine muncul, dia mewajibkan praktek pembayaran gaji tetap kepada
kependetaan dari dana-dana gereja dan pemerintahan serta kekayaan kerajaan.
Jadi lahirlah gaji kependetaan, sebuah praktek berbahaya yang tidak mempunyai
akar dalam Perjanjian Baru.
Akar
dari segala kejahatan
Jika
seorang pemercaya berharap memberikan perpuluhan karena keputusan atau
keyakinan pribadi, itu lebih baik. Perpuluhan menjadi sebuah masalah ketika
dikatakan sebagai perintah Allah yang mengikat setiap orang percaya.
Perintah
perpuluhan sama dengan penindasan terhadap orang miskin. Tidak sedikit
orang-orang Kristen yang miskin yang merasa jatuh kepada kemiskinan lebih parah
lagi sebab mereka telah mengatakan bahwa jika mereka tidak memberikan
perpuluhan, mereka sedang mencuri milik Allah. Ketika perpuluhan dikatakan
sebagai perintah Tuhan, orang-orang Kristen yang tidak dapat memenuhi perintah
tersebut akan merasa bersalah dan jatuh ke dalam kemiskinan lebih dalam lagi.
Ini menyebabkan perpuluhan telah menjauhkan Injil untuk menjadi "berita
baik untuk orang miskin". Bukannya menjadi berita baik malahan menjadi
beban berat. Bukannya kemerdekaan, hal tersebut malah menjadi penindasan. Kita
cenderung melupakan bahwa perpuluhan yang asli yang ditetapkan Allah untuk
orang Israel sebenarnya untuk mendatangkan keuntungan untuk orang Israel, bukannya
untuk melukai mereka.
Sebaliknya,
perpuluhan modern adalah berita baik untuk orang kaya. Bagi seseorang yang
berpenghasilan tinggi, 10% adalah jumlah yang sedikit. Pemberian perpuluhan
akan menenangkan hati orang kaya dan hal tersebut tidak akan mempengaruhi gaya
hidup mereka. Tidak sedikit orang Kristen yang makmur diperdaya kepada
pemikiran bahwa mereka "sedang taat kepada Allah" sebab mereka
melemparkan 10% saja dari pendapatan mereka ke dalam kantong persembahan.
Tetapi Allah memiliki pandangan yang berbeda tentang persembahan. Dalam
perumpamaan janda yang miskin, dalam Lukas 21:1-4 dikatakan: Ketika Yesus
mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka
ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan 2
peser ke dalam peti itu. Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu.
Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini
memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya."
Sungguh
menyedihkan, perpuluhan sering ditampilkan sebagai sebuah kertas lakmus penguji
bagi kepemimpinan. Jika Anda adalah seorang Kristen yang baik, Anda akan
memberikan perpuluhan. Tetapi ini adalah sebuah penerapan yang palsu.
Perpuluhan bukan tanda dari penyembahan Kristen. Jika perpuluhan adalah tanda
kekristenan, seluruh orang Kristen pada abad pertama akan dihukum karena tidak
taat.
Akar
lama dibalik penekanan perpuluhan dalam gereja modern adalah gaji kependetaan.
Tidak sedikit gembala-gembala merasa bahwa mereka harus mengkhotbahkan
perpuluhan untuk mengingatkan jemaat mereka tentang kewajiban- kewajibannya
mendukung gembala dan program-programnya. Dan mereka akan menggunakan janji
berkat keuangan atau ketakutan akan kutuk keuangan untuk memastikan perpuluhan
jalan terus.
Perpuluhan
modern sama dengan sebuah lotere Kristen. "Bayar perpuluhan dan Allah akan
memberimu kembali banyak uang. Tolak perpuluhan, dan Allah akan
menghukummu." Banyak pemikiran-pemikiran yang merobek dan mengoyak jantung
dari berita baik Injil. Hal yang sama dapat dikatakan tentang gaji kependetaan.
Ini bukan nilai Perjanjian Baru. Pada kenyataannya clergi salary (gaji
kependetaan) cenderung berlawanan dengan seluruh watak Perjanjian Baru.
Penatua-penatua (gembala-gembala) pada abad pertama tidak pernah digaji, mereka
orang-orang yang mempunyai pekerjaan dan profesi. Mereka memberi kepada jemaat
bukan mengambil dari mereka.
Penggajian
gembala-gembala membuat mereka menjadi profesional-profesional yang dibayar.
Ini mengangkat mereka melampaui umat Allah yang lain. Ini menciptakan sebuah
kasta kependetaan yang memutarbalikkan kehidupan Tubuh Kristus ke dalam sebuah
bisnis. Sejak gembala dan stafnya dibayar untuk melayani , mereka menjadi
profesional bayaran. Segala perilaku gereja masuk dalam sebuah tingkat
ketergantungan yang pasif. Jika setiap orang Kristen dipanggil untuk berfungsi
sebagai imam-imam dalam rumah Tuhan (dan mereka diijinkan untuk menggunakan
panggilan itu), pertanyaan yang segera muncul: Apakah kita harus membayar
pastor-pastor kita? Tetapi hari ini, dalam keimamatan yang pasif, banyak
pertanyaan-pertanyaan tidak pernah muncul. Sebaliknya ketika gereja berfungsi
sebagaimana seharusnya, kependetaan profesional menjadi tidak perlu. Tiba-tiba
pemikiran yang mengatakan, "itu adalah pekerjaan pendeta" terlihat
tidak alkitabiah. Sebuah kependetaan profesional akan mendorong pengembangan
pemikiran salah bahwa firman Allah digolongkan sebagai hal yang hanya dapat di
handle oleh orang- orang yang ahli saja.
Membayar
seorang pendeta atau gembala juga akan mendorongnya menjadi seorang
"man-pleaser" (asal orang lain senang). Ini membuat dia menjadi budak
manusia. "Kupon makan"-nya bergantung seberapa baik dia menyenangkan
jemaatnya. Jadi dia tidak bebas untuk bicara tanpa takut bahwa dia akan
kehilangan pemberi-pemberi perpuluhan. Bahaya lebih jauh lagi dari sistem
penggajian pendeta adalah kecenderungan menghasilkan manusia-manusia yang tidak
memiliki banyak keahlian. Sayang sekali banyak umat Tuhan sangat polos dan
tidak mengerti tentang kekuasaan yang berlebihan dari sistem kependetaan. Allah
tidak pernah mengharapkan lembaga kependetaan yang profesional untuk eksis.
Tidak ada mandat atau penegasan alkitabiah mengenai hal tersebut. Pada
kenyataannya tidak mungkin menyusun sebuah pembelaan alkitabiah untuk itu.
Seringkali
para usher dipilih untuk menangani pengumpulan keuangan selama kebaktian
berlangsung. Mereka menyodorkan "kantong persembahan" kepada jemaat.
Praktek mengedarkan kantong persembahan tersebut dimulai pada tahun 1662
meskipun peti persembahan dan piring persembahan telah ada sebelum itu. Usher
bermula dari Ratu Elizabeth I (1553-1603) yang pada waktu itu mengorganisasikan
kembali liturgi gereja di Inggris. Para usher memiliki tugas mengawasi
orang-orang duduk, mengumpulkan persembahan dan mencatat siapa yang telah
mengambil perjamuan suci. Yang ada lebih dulu dari usher adalah "kuli
pengangkut" (sama dengan "porter" gereja). Porter-porter itu
memiliki tugas mengawasi penguncian dan pembukaan pintu gereja, menjaga
bangunan dan mengawasi peraturan umum bagi para diaken.
Kesimpulan
Perpuluhan,
sekalipun alkitabiah, bukan kekristenan. Yesus Kristus tidak menyatakan hal
itu. Kekristenan abad pertama tidak melakukan hal tersebut dan selama 300 tahun
umat Allah tidak mempraktekkannya. Perpuluhan tidak menjadi praktek yang
diterima meluas di kalangan kekristenan sampai abad ke-delapan. Pemberian di
dalam Perjanjian Baru adalah sesuai kemampuan seseorang. Orang- orang Kristen
memberikan pertolongan kepada orang-orang percaya yang lain dan juga mendukung
pekerja-pekerja apostolik, mendanai perjalanan dan perintisan jemaat. Satu dari
kesaksian yang paling terkenal dari gereja mula-mula adalah betapa murah
hatinya orang-orang Kristen terhadap orang miskin dan orang-orang yang dalam
kebutuhan. Inilah yang membuat orang-orang luar, termasuk filsuf Galen, untuk
melihat hal yang mengagumkan, kekuatan yang menarik dari gereja mula-mula dan
berkata: "Lihatlah mereka mengasihi satu sama lain".
Perpuluhan
hanya disebutkan 4 kali dalam Perjanjian Baru tetapi tidak satu pun dari
konteks itu diaplikasikan kepada kekristenan. Sekali lagi, perpuluhan merupakan
bagian dari Perjanjian Lama dimana sistem perpajakan dibutuhkan untuk mendukung
orang miskin dan dalam masa dimana sebuah keimamatan dipisahkan secara khusus
untuk melayani Tuhan. Bersama dengan kedatangan Yesus Kristus ada sebuah
"perubahan hukum"--yang tua "dibatalkan" dan menjadi usang
oleh karena yang baru.
Kita
semua sekarang adalah imam, bebas berfungsi di dalam rumah Allah. Hukum Taurat,
keimamatan yang lama, dan perpuluhan semuanya telah disalibkan. Tidak ada lagi
sekarang tirai bait Allah, pajak rumah Allah atau pun keimamatan khusus yang
berdiri di antara Allah dan manusia.
Anda,
orang-orang Kristen, telah dibebaskan dari perbudakan perpuluhan dan dari
kewajiban untuk mendukung sistem klergi yang tidak alkitabiah.
Judul:
PAGAN CHRISTIANITY (The Origins of Our Modern Church Practices)
Pengarang:
Frank Viola
Penerbit:
Present Testimony Ministry
Halaman:
bab 7 "Tithes and Clergy Salaries" -- (217-229)
http://www.corneliuswing.com/quote/15-perpuluhan-alkitabiah-tetapi-bukan-kekristenan.html
Comments