Cara berpikir Peziarah - Jonathan Edwards

Ibrani 11: 13 - 14 Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini Sebab mereka yang berkata demikian menyatakan, bahwa mereka dengan rindu mencari suatu tanah air.


Para Peziarah tidak dibelokan dari sasaran mereka.

Seorang Pengembara... tidak dipikat oleh pemandangan - pemandangan yang indah untuk menunda rencana perjalanannya. Tidak tujuan akhir perjalanannya ada dalam pikirannya. Jika ia mendapatkan akomodasi-akomodasi yang nyaman di sebuah penginapan, ia menikmatinya tanpa berpikir untuk menetap di situ. Ia menganggap bahwa hal - hal ini bukanlah miliknya, bahwa ia hanyalah seorang asing, dan ketika ia telah siap menyegarkan dirinya, atau tinggal untuk satu malam, ia siap untuk melanjutkan perjalanannya


Para peziarah harus mengendurkan pegangannya terhadap apa yang ada di dunia ini

Demikianlah kita harus menginginkan surga lebih daripada kenyamanan–kenyamanan dan kenikmatan-kenikmatan dari hidup ini. Hati kita tidak boleh melekat pada hal-hal ini, seperti halnya seorang yang sedang melakukan perjalanan, agar kita dapat gembira berpisah dengan semuanya kapan saja Allah memanggil.


Para peziarah menjadi seperti pengharapan yang ingin mereka capai

Kita harus berusaha untuk semakin dekat kepada surga, untuk menjadi lebih surgawi, menjadi semakin menyerupai para penghuni surga dalam hal kekudusan dan keserupaan dengan Allah, pengenalan akan Allah dan Kristus, dalam pengertian yang jelas tentang kemuliaan Allah, keindahan Kristus, dan keagungan hal-hal ilahi, saat kita semakin mendekat pada visi yang murni itu. Kita harus berusaha untuk terus menerus bertumbuh dalam kasih ilahi – sehingga hal ini dapat semakin berkobar dalam hati kita, sampai semuanya itu muncul sepenuhnya di dalam kobaran ini.


Para peziarah tidak akan dipuaskan oleh apapun selain Allah.

Allah adalah kebaikan tertinggi dari mahluk rasional ini, dan menikmati Dia merupakan satu satunya kebahagiaan yang dapat memuaskan jiwa kita. Pergi ke surga untuk sepenuhnya menikmati Allah, adalah jauh lebih baik daripada akomodasi-akomodasi yang paling menyenangkan di sini, Ayah, ibu, suami, istri, anak-anak, atau persahabatan dengan sahabat – sahabat di dunia hanyalah bayangan-bayangan. Tetapi menikmati Allah adalah substansinya. Semuanya ini hanyalah pantulan-pantulan cahaya yang menyebar, tetapi Allahlah mataharinya. Semuanya ini hanyalah aliran-aliran air, tetapi Allahlah mata airnya. Semuanya ini hanyalah tetesan-tetesan tetapi Allahlah lautannya…mengapa kita harus berjerih lelah untuk, atau mengarahkan hati kita kepada apapun juga, selain apa yang menjadi tujuan akhir kita yang sesungguhnya, dan kebahagiaan sejati ?


Para peziarah tidak berdukacita ketika mereka tiba di akhir perjalanan mereka

Menjalani kehidupan kita hanya sebagai sebuah perjalanan menuju ke surga, adalah cara untuk terbebas dari perbudakan dan memiliki prospek dan bayangan yang nyaman tentang kematian. Apakah sang pengembara memikirkan akhir perjalanannya dengan ketakutan dan kengerian ? Apakah ia merasa ngeri saat berpikir bahwa ia sudah hampir tiba di akhir perjalanannya ? Apakah anak-anak Israel menyesal setelah mengembara selama empat puluh tahun di padang belantara, ketika mereka telah hampir tiba di Kanaan ?


Para peziarah merenungkan apa yang mereka kejar

Berusahalah untuk sungguh-sungguh mengenal surga. Jika anda tidak mengenalnya, Anda mungkin tidak akan menjalani kehidupan Anda sebagai sebuah perjalanan menuju kesana. Anda tidak akan menyadari nilainya, Anda juga tidak akan merindukannya. Kecuali Anda sangat-sangat mengenal kebaikan yang lebih tinggi dalam pikiran anda, akan sangat-sangat sulit bagi anda untuk membuat hati Anda tidak melekat kepada hal-hal ini, untuk menggunakan semuanya itu hanya sebagai sub-ordinasi dari sesuatu yang lain, dan siap untuk berpisah dengan semuanya itu demi kebaikan yang lebih tinggi itu. Berusahalah karenanya untuk memperoleh pengertian yang nyata tentang suatu dunia surgawi, untuk mendapatkan keyakinan yang teguh tentang realitasnya, dan untuk sangat-sangat mengenalnya dalam pikiran-pikiran Anda.


Para peziarah melakukan perjalanan bersama sama.

Hendaknya orang Kristen bertolong tolongan dalam melakukan perjalanan ini…Pendamping sangat diharapkan dalam sebuah perjalanan, tetapi tidak ada yang menandingi harapan yang ada dalam perjalanan ini. Hendaknya mereka berjalan bersama sama dan tidak bertengkar di tengah jalan,karena itu akan membuat mereka saling menghambat, tetapi menggunakan semua sarana yang dapat mereka gunakan untuk bertolong tolongan dalam mendaki bukit itu. Hal ini akan menjamin perjalan lebih berhasil dan perjumpaan yang lebih penuh sukacita di rumah Bapa mereka dalam kemuliaan.

Semuanya ini adalah ucapan ucapan yang berharga dari seseorang yang telah menyelesaikan perjalanannya dengan baik. Ia adalah seorang peziarah. Dan darinya kita dapat mempelajari untuk melihat kehidupan ini sebaai uap dan melihat surga sebagai sukacita kekal. Hidup adalah Kristus dan mati adalaj keuntungan. Karena itu mari kita belajar untuk menghargai Kristus kina di atas segala sesuatu, dan menganggap segala sesuatu sebagai sampah dibandingkan Dia, agar hati kita tidak melekat kepada hal hal ini, seperti seseorang yang sedang melakukan perjalanan, agar kita boleh bergembira berpisah dengan semuanya itu kapan saja Allah memanggil.


Sumber : Di kutip dari buku ‘’Hidup adalah uap’’ karangan John Piper

Comments

Popular posts from this blog

Masih Adakah Pewahyuan Sekarang Ini?

Sebuah Biografi Singkat Mengenai Kehidupan John Wesley

Pengertian Kelahiran Kembali (Regenerasi) dan Efek yang mengikutinya